Suhu tubuhnya belum juga turun, ini semakin membuat pemuda berhidung mancung sangat khawatir. Malam itu dengan terpaksa Taehyung menginap di kamar Haewon, Taehyung khawatir jika terjadi apa-apa dengan gadis itu.
Di hari berikutnya Taehyung segera membawa Go Haewon ke Dokter. Wajah pucat Haewon menjadikan Taehyung makin khawatir.
"Kenapa kau membawaku ke Dokter? Aku tidak perlu dibawa ke Dokter, aku cuma lelah dan hanya butuh isirahat saja," kata Haewon lemah.
"Sudahlah, jangan cerewet! Kau ini sakit, kenapa masih bisa cerewet seperti itu!" gerutuk Taehyung.
Sekitar menunggu lima menit, seorang perawat memanggil namanya.
"Nona Go Haewon!" panggil perawat itu.
Taehyung segera berdiri membantu Haewon dan memapahnya untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Taehyung mendudukan Haewon di kursi, lalu Taehyung sendiri duduk di kursi sampingnya. Sang dokter yang memperhatikan dari tadi hanya tersenyum.
"Apa keluhannya?" tanya sang Dokter.
"Pusing-pusing, mual-mual, dan kepala berat, Dok!" jawab Haewon.
"Kapan terakhir datang bulan?" tanya sang Dokter pada Haewon. "Dan apakah dia mengidam hal yang aneh-aneh?" tanya Dokter pada Taehyung.
"Kenapa tanya soal haid, Dok?" Heawon balik bertanya pada sang Dokter.
"Dan kenapa Anda bertanya pada Saya soal ngidam?" tanya Taehyung pada Dokter.
Sang Dokter berhenti menulis dan meletakkan bolpoin. Menatap Taehyung kemudian menatap Haewon. Menghela napasnya dan mulai berbicara.
"Bukannya kalian kemari untuk memeriksa keadaannya?" tanya dokter Oh menunjuk Haewon.
"Betul sekali Dok, kita kemari untuk periksa!" sahut Taehyung.
"Kalian pasti pasangan pengantin baru dan ini pasti kehamilan anak pertama kalian, benar kan?" tebak sang Dokter.
Mendengar kata-kata dokter Oh, Taehyung dan Haewon saling pandang.
"Hamil?" ucap Taehyung dan Haewon bersamaan dan saling pandang.
"Kenapa reaksi kalian jadi seperti itu?" dokter Oh bingung menatap keduanya.
"Kita belum menikah, Dok?" kata Taehyung menjelaskan.
"Hah?!!" reaksi dokter Oh sangat kaget. "Bagaimana bisa kalian belum menikah tapi sudah hamil duluan!"
Taehyung menatap Haewon. "Apa kau benar-benar hamil?" tanyanya pada Haewon.
"Sembarangan kau bicara!" Haewon mendelik memukul lengan Taehyung.
"Apa kita salah masuk ruangan?" kata Taehyung menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kau yang membawaku masuk kemari!" Haewon terlihat kesal. "Jangan membuatku malu, Taehyung-ah!"
Melihat sedikit perdebatan antara Kim Taehyung dan Go Haewon, dokter Oh hanya berdehem. Membuat Taehyung dan Haewon berhenti berdebat.
"Maaf, Dok!" lirih Taehyung.
"Jadi kalian mau bagaimana?" tanya dokter Oh menatap keduanya secara bergantian. "Kalian mau bertemu dengan dokter siapa?"
"Sebenarnya kami ingin menemui dokter Ji," ujar Taehyung.
"Ooh, dokter Ji. Ruangan dokter Ji ada di sebelah." dokter Oh membenarkan kacamatanya.
"Kalau begitu kami minta maaf, Dok. Kami telah salah masuk ruangan dan membuat sedikit kegaduhan," ujar Taehyung berdiri dan membungkuk kemudian membantu Haewon berdiri.
"Tak masalah!" dokter Oh tersenyum ramah. "Semoga hubungan kalian langgeng sampai kalian menikah nanti." dokter Oh melepas kacamatanya lalu meletakkan di nakas dan tersenyum pada Taehyung dan Haewon.
Ucapan dari dokter Oh membuat keduanya menjadi salah tingkah.
"Kami permisi dulu, Dok!"
Setelah keluar dari ruangan dokter Oh, mereka langsung pindah ke ruang sebelah.
Tookk!!!
Tookk!!!
Tookk!!!
"Masuk!!"
Terdengar suara mempersilahkan masuk dari dalam ruangan. Taehyung memutar knop pintu dan membukanya.
"Maaf, Dok. Kami tadi salah masuk ruangan." paparnya membantu Haewon duduk dan dia langsung duduk di sebelah.
"Tidak apa, baru saja dokter Oh sudah memberitahuku," jelas dokter Ji, "nona Haewon silahkan berbaring di ranjang, saya akan memeriksa anda."
Haewon segera membaringkan dirinya di ranjang, tepatnya berada di belakang dokter Ji. Taehyung yang duduk menunggu sambil menggerak-gerakkan kakinya mulai tak sabar. Lima menit berlalu, dokter Ji membuka kain penutup yang berwarna putih lalu kembali duduk di kursinya.
"Bagaimana, Dok?" tanya Taehyung.
"Dia hanya demam biasa, mungkin karna dari pagi dia tidak makan lalu setelah itu dia kehujanan. Dengan istirahat total selama beberapa hari, dia akan sembuh. Aku akan memberinya obat, dia harus meminumnya secara rutin." dokter Ji tersenyum pada Taehyung.
"Aah ... terimakasih, Dok!" sahut Taehyung.
"Apa kalian sepasang kekasih?" tanya dokter Ji membuat Taehyung kaget.
"Aah ... bukan, Dok! Kami hanya--" Taehyung terlihat bingung.
"Sudahlah, tak perlu dijawab." dokter Ji tersenyum dan memberi Taehyung beberapa obat untuk Haewon.
"Terimakasih, dokter Ji!" ucap Haewon.
"Semoga lekas sembuh!" dokter Ji tersenyum pada Haewon. "Jika belum sembuh, kalian bisa datang lagi kesini."
ππππππ
Tik ... tok ....
Tik ... tok ....
Tik ... tok ....
Suara dentum jam bergumandang di tengah malam. Mata yang tadinya rapat terpejam, mulai berlahan membuka. Memandang langit-langit ruang kamarnya, menyebarkan pandangannya keseluruh ruangan hingga akhirnya pandangannya berhenti pada sosok seorang pemuda yang tertidur pulas dengan posisi kepalanya berada di atas meja dengan kedua tangannya sebagai bantalan.
Haewon terhenyak menatap pemuda yang memiliki hidung mancung dan berwajah maskulin tersebut. Yah, Taehyung masih setia merawat dan menemani Haewon, bahkan dia rela tidur di kamar Haewon.
Mendapat dirinya sudah agak baikan, Haewon bangkit dari baringnya walaupun dirasa kepalanya masih agak berat. Sedikit senyum di kulum ketika melihat Taehyung.
"Apa dia nyaman tidur dengan posisi seperti itu?" gumamnya menelitik setiap inci wajah Taehyung.
Untuk sesaat Haewon terkesima dengan ketampanan wajah Taehyung, tangannya mulai terulur untuk menggapainya. Namun, dia urungkan niatnya karna Taehyung mendadak menggeliat pelan membenarkan posisi kepalanya.
Lebih baik aku kembali tidur, jika dia sampai terbangun dan melihatku kan bisa gawat, 'batinnya dalam hati.
Haewon meraih selimut dan menyelimuti Taehyung, lalu dia kembali berbaring ke ranjangnya dan meneruskan untuk tidur.
Taehyung terbangun karna sebuah getaran yang dia rasakan, nampak ponselnya bergerak perlahan mengikuti irama. Sebuah panggilan masuk. Taehyung meraihnya dan membaca siapa yang pagi-pagi menghubunginya.
Kyujung, 'batinnya menyebut nama partner kerjanya.
Taehyung menggeser ikon berwarna hijau dan menjawab panggilan dari Kyujung.
"Hallo ...." sapanya dengan keadaan masih malas beranjak dari tempatnya.
"Hari ini kau mau masuk kerja atau tidak?" tanya Kyujung dari seberang sana.
Taehyung menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Nanti aku kabari. Aku akan memastikan keadaan Haewon, dia bisa kutinggal atau tidak?"
"Baiklah, aku tunggu kabarmu!" ujar Kyujung dan mematikan sambungan telponnya.
Taehyung menatap layar ponselnya, merasa aneh dengan sahabatnya itu. "Sebenarnya dia kenapa? Tidak bisakah pisah kerja denganku?"
Taehyung pun beranjak dan menyadarinya ada sebuah selimut yang menyelimuti dirinya.
"Siapa yang menyelimutiku?" beonya menatap selimut yang dia pegang kemudian dia menatap Haewon yang masih tertidur.
Taehyung melipat rapi selimut tersebut dan melangkah mendekati Haewon. Meletakkan selimut yang sudah dia lipat di samping ranjang dan menempelkan tangannya di kening Haewon.
"Sudah tidak panas!" beonya, "mungkin hari ini dia bisa aku tinggal untuk bekerja."
Taehyung menatap jamnya lagi, jarum pendek masih berhenti di angka lima.
"Masih pagi, mungkin sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu dan setelah itu aku akan membuatkannya bubur."
Sepuluh menit kemudian setelah Taehyung selesai membersihkan diri, dia kemudian berkutat di dapur. Ya, dapur di kamar Haewon karna Taehyung semalam menginap di kamar Haewon.
Tak di pungkiri sejak mengenal Haewon, Taehyung banyak berubah. Dia sedikit demi sedikit bisa memasak.
Setelah bubur Jeonbokjuk ala-ala Taehyung matang, dia segera menaruhnya di dalam mangkok. Bubur Jeonbokjuk ala Taehyung dengan kombinasi daging alabone segar membuat Haewon terbangun.
Taehyung membawakan bubur yang masih hangat itu pada Haewon.
"Makanlah selagi hangat, setelah itu minumlah obatnya. Kau harus benar-benar istirahat total dulu, kau boleh bekerja lagi setelah kau sudah fit. Hari ini aku masuk pagi, di dalam kulkas ada roti rangkap. Kau bisa memakannya untuk makan siang nanti." jelas Taehyung sebelum meninggalkan Haewon sendiri. Taehyung harus memastikan buburnya dimakan dan obatnya diminum.
Haewon mengangguk, dia masih terlihat sangat lemah.
"Taehyung-ah, terimakasih!" ucapnya memaksa tersenyum kendati masih merasa tak enak badannya.
"Aah, terimakasih juga untuk selimutnya!" balas Taehyung sebelum akhirnya dia menghilang di telan pintu. Haewon hanya tertegun mendengarnya.
ππππππ
"Bagaimana keadaannya?" tanya Kyujung kepo.
"Sudah agak baikan!" kata Taehyung sambil merapikan botol-botol di rak.
"Lalu apa kalian sudah jadian?" tanya Kyujung lagi serasa memancing sahabatnya ini untuk bercerita.
"Belum!" jawabnya singkat.
"Yaak! Kau ini!" Kyujung merasa dicueki.
"Kan memang aku belum jadian, masa iya aku harus menjawab sudah!"
"Iya ... iya, gagal deh mendapat pajak jadian!" ucapnya kesal.
Taehyung terkekeh mendengarnya, dia merasa sahabatnya kali ini justru terlihat seperti anak kecil. Sedang dirinya merasa sudah banyak perubahan. Taehyung menatap sesuatu di depan, melihat benda tersebut dia menjadi teringat pada Ibunya. Taehyung merasa rindu pada rumahnya. Rindu pada Ibu, Ayah, dan Taejung, kakaknya. Dia merasa menjadi anak durhaka, karna sudah sekitar setengah tahun lebih dia belum pulang berkunjung dan menengok keluarganya.
Ibu, aku sangat merindukanmu ....
πΎ