Sore harinya
Naresh buru-buru merapikan penampilannya, tak lupa dia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam laci nakasnya. Naresh membuka kotak kecil yang berwarna hitam itu, lalu melihatnya isinya hingga sebuah senyum pun menyungging di wajahnya.
"Gue harap dengan kado ini Elea enggak marah lagi sama gue."
Setelah puas melihatnya, Naresh menutup kembali kotak itu dan memasukkannya ke balik jas hitamnya. Dia gegas keluar kamar, dan tak diduga ia berpapasan dengan Kenzie. Kenzie juga nampak sudah rapi dengan sebuah kotak yang cukup besar di tangannya.
"Lo mau ke acara Elea juga?" tanya Naresh berbasa-basi.
"Lo nanya apa basa-basi."
Naresh terkekeh. "Woy Ken woles kali. Lo sebenarnya ada dendam apa sih sama gue?"
Naresh mencoba tertawa mencairkan suasana. Namun, raut wajah Kenzie tak berubah. Tatapannya membuat tawa Naresh menghilang secara perlahan.
"Gue enggak suka sama sikap lo belakangan ini ke Elea. Gue enggak bisa lihat Elea sakit hati kayak kemarin," jawab Kenzie.
Naresh mengangguk kecil. Dia paham bagaimana perasaan Kenzie kepada Elea, dan tentu saja Kenzie pasti tak terima perempuan yang dia sayangi telah disakiti.
Naresh menghampiri Kenzie, lalu merangkulnya dengan akrab. "Gue minta maaf kalau sikap gue tempo hari keterlaluan sama Elea. Gue enggak sadar saat itu."
"Lo harus minta maaf ke Elea bukan ke gue." Kenzie berkata ketus. Dia menyingkirkan tangan Naresh, dan gegas menuruni tangga.
"Kenzie!" Naresh memanggil Kenzie, hingga laki-laki itu menoleh.
"Apa lagi Resh?"
"Lo kenapa enggak jujur soal perasaan lo ke Elea. Gue tahu kok lo suka kan sama Elea."
Kenzie tak menjawab apapun. Dia menatap Naresh untuk sejenak, lalu memilih mengabaikan dan lanjut menuruni tangga.
Naresh mendesah. "Hah, perasaan lo ke Elea tuh kelihatan jelas banget. Sayang aja Elea-nya enggak peka."
.....
Sesuai permintaan Tante Venita, semua rekan artis berkumpul di sebuah hotel untuk memberikan Elea kejutan. Tentu saja Max, dan Ilonna pun turut serta. Sebenarnya sejak ucapan Elea tempo hari Naresh jadi sedikit curiga kepada Ilonna dan Max, tetapi setelah dia memperhatikan, dia menyadari bahwa Ilonna dan Max memiliki hubungan yang renggang.
Ilonna yang sedari tadi ada di samping Naresh mulai menyender manja di pundaknya. "Sayang ... besok kamu bisa temenin aku enggak?"
"Besok?" Naresh berpikir sejenak. "Kayaknya besok jadwalku kosong. Kamu memang mau ngajakku kemana?"
"Aku pengen kita berdua liburan ke vila. Ada vila yang viewnya bagus banget."
Naresh sebenernya malas berpergian kemanapun. Namun, dia juga tak mau membuat Ilonna kecewa, dan dia berpikir mungkin dengan quality time bersama benih-benih cinta untuk Ilonna akan tumbuh di hatinya.
Naresh mengangguk. "Baiklah, besok kita ke Vila."
Ditengah perbincangan itu, ternyata orang-orang yang ditunggu semua orang pun muncul. Semua sontak meneriakkan kata surprise ketika Elea masuk, dan membuka penutup matanya.
"Surprise!"
Elea memegang dadanya yang serasa melompat. Dia memindai satu persatu wajah yang ada di ruangan tersebut. Senyumnya rmengembang lebar tatkala satu persatu orang yang dikenalnya mengucapkan selamat.
Begitu pun dengan kenzie. Kenzie tak mau kalah, dia menyodorkan sebuah kotak cukup besar yang tadi dibawanya ke hadapan Elea.
"Sekali lagi selamat ulang tahun. Ini kado yang kamu inginkan."
"Ya ampun kamu serius Ken, makasih ya Ken."
Naresh terus mengamati interaksi Elea dan Kenzie hingga Ilonna tiba-tiba menyikut lengannya.
"Apa kamu membelikan sebuah hadiah juga untuk Elea?" Dari nada bicaranya Ilonna terdengar tak suka dengan Elea.
"Tentu saja, aku sudah menyiapkan sebuah-"
Naresh tak melanjutkan kata-katanya. Dia tak mau Ilonna salah paham, dan marah. Perempuan itu pasti marah jika tahu dirinya menyiapkan sebuah barang yang cukup berharga fantastis untuk Elea.
"Kamu menyiapkan hadiah apa?"
"Ah, itu aku membelikan Elea sebuah album grup K-Pop kesukaannya, tetapi hadiahnya lupa aku bawa."
"Ah, baiklah kalau begitu. Awas saja kalau kamu memberikan barang yang spesial kepada Elea!" Ilonna mencubit pinggang Naresh.
Naresh pun menatap Ilonna, dan mencoba menggoda selayaknya pasangan pada umumnya. "Kamu cemburu."
"Iya, aku cemburu."
Naresh mencubit hidung ilonna lalu tertawa kecil. Naresh mencoba menikmati hubungannya dengan Ilonna, tetapi jujur dia tak merasakan debaran apapun selama di samping perempuan itu. Semuanya terasa hambar dan penuh kepalsuan.
......
"Ngapain lo ngajak gue ketemu di tempat sepi kaya gini? Lo takut ya hubungan lo sama Ilonna kebongkar." Elea mencoba terlihat tak gentar di hadapan Max.
Elea menemui Max disela pestanya, setelah laki-laki itu mengirimimya sebuah pesan, dan mengancam akan merusak pesta ulang tahun yang disiapkan oleh kedua orangtuanya.
Max tersenyum smirk, lalu menghisap rokok elektrik di tangannya, dan membuang asapnya ke udara.
"Takut? Gue enggak takut sama lo El. Lagipula udah kebukti kan kalau Naresh enggak percaya sama lo."
Elea menunjuk Max. "Sebenarnya mau lo tuh apa sih Max? Lo kenapa bisa dendam sama Naresh?"
"Apa lo iri karena Naresh lebih tenar dari lo?"
Max kembali tersenyum, membuat tubuh Elea mulai bergetar ketakutan. Elea merasa seperti sedang berhadapan dengan psiko yang ada di film-film.
Max menghampiri Elea, dia memperhatikan tangan Elea yang sedikit bergetar. "Enggak usah sok kuat lo El. Jujur lo ketakutan kan sekarang."
Elea memundurkan langkahnya dengan perlahan. "Gu-gue enggak takut sama lo, dan gue juga yakin kebusukan lo sama Ilonna bakal kebongkar."
Max tersenyum, lalu tanpa terduga dia mendorong kedua bahu Elea, dan menyudutkan perempuan itu ke tembok hingga Elea menjerit.
"Maxim!"
Max menahan kedua tangan Elea, dan mulai mencondongkan wajahnya.
"Lo mau apa Max?" Elea tak bisa berteriak, suaranya jadi tercekat begitu saja.
"Ini hukuman buat lo, karena ikut campur urusan gue."
"Max lepas ...."
Dalam hitungan detik Max merampas ciuman pertama Elea tanpa seijinnya. Dia bahkan melakukannya seperti binatang buas. Elea mulai kesulitan untuk menghirup udara, jantungnya juga berpacu tak beraturan. Dia sungguh takut Max akan nekat melakukan hal lain. Elea mencoba meronta membebaskan dirinya tapi tenaga Elea kalah oleh tenaga Max.
Elea hanya bisa berharap dalam hati akan ada seseorang yang datang menolongnya. Tolong ... tolong gue Naresh ....
Max menjauhkan bibirnya setelah dia cukup merasa puas dengan apa yang dilakukannya. Max terkekeh seraya menyeka air mata Elea dengan ujung jemarinya. "Tenyata lo begitu polos El, don't tell me this is your first kiss?"
Tanpa berkata apapun Elea melayangkan tamparan ke arah pipi Max. Dia melakukan itu dengan seluruh tenaga dan amarahnya, hingga menimbulkan suara cukup keras, dan Max meringis.
"Lo ... enggak pantas jadi seorang laki-laki Max!"
Elea mengumpat Max, lalu berlari meninggalkannya. Air mata yang jatuh turut mengiringi setiap hentakan kaki Elea yang cepat. Elea juga tak ingin menoleh ke belakang, dia tak peduli kalau Max kini sedang merasa kesakitan atau apa.
Elea terus berlari hingga akhirnya dia menabrak dada seseorang laki-laki.
"Maaf saya sedang buru-buru, maaf ...."
Elea menundukkan kepala, dan hendak melangkah. Namun, lengannya dicekal oleh orang yang tak sengaja bertabrakan dengannya.
"Tunggu El, lo kenapa?"
Naresh! Elea mendongak dan menatap wajah laki-laki yang tak lain adalah Naresh.
Naresh menempelkan kedua tangannya di sisi wajah Elea. Dia mengamati wajah Elea dengan lekat. "Lo habis nangis El? Lo nangis kenapa?"
Saat Naresh bertanya perihal kondisinya. Hati Elea malah terasa semakin sakit. Dia sungguh ingin bercerita apa yang dilakukan Max padanya, tetapi Elea takut Naresh tak mempercayainya.
"Gue enggak apa-apa kok. Tadi ada masalah sedikit."
"Masalah apa El?"
Elea menggeleng. "Sorry gue enggak bisa cerita sama lo."
Naresh menahan lengan Elea. "Lo harus ingat kita ini bersahabat El. Gue akan selalu ada disaat lo susah."
Elea begitu muak mendengar kata sahabat yang terlontar dari mulut Naresh. Kata-kata itu sangat tajam, menyakitkan dan menyadarkan dirinya tentang statusnya dengan Naresh yang tak bisa lebih dari sekedar sahabat.
"Cukup Resh! Gue muak sama lo!"
Elea menghempaskan tangan Naresh dengan segenap tenaganya, dan melewatinya. Hingga Naresh kembali menghalangi jalan Elea, dan menyodorkan sebuah kotak hitam ke hadapan Elea. Langkah Elea terhenti saat melihat kotak hitam kecil yang ada di atas telapak tangan Naresh.
Naresh membuka kotak itu, dan tentu saja membuat Elea kaget hingga berkata dengan terbata. "I-ini kan kalung yang waktu itu."
"Iya, ini kalung yang lo pilih waktu itu. Semoga lo suka dan setelah menerima kalung ini semua kesedihan lo bakal hilang."
Elea masih mematung dengan sedikit senyum simpul. Naresh mengeluarkan kalung tersebut, dan hendak melingkarkannya di leher Elea.
Amarah Elea sedikit terkikis, hingga dia membiarkan Naresh mendekat ke arahnya. Rasa amarah dan takutnya kini berubah menjadi debaran kebahagiaan. Untuk sesaat Elea merasa ada di dalam sinetron. Dia menjadi pemeran utama yang akan menerima kalung dari kekasihnya.
Namun, semua khayalan itu pupus karena tiba-tiba gerakan tangan Naresh terhenti. Mata Naresh membelalak, dan mulutnya menganga seperti melihat sesuatu.
Elea pun mengikuti arah tatapan Naresh, dan dia kejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah setahun menghilang dari kehidupannya.
"Shaera ...."