Sepuluh menit lagi tepat jam 12 malam. Itu artinya Elea resmi berulang tahun yang ke-25. Dan itu juga artinya sudah tepat sepuluh tahun sejak Elea memendam perasaannya kepada Naresh.
Elea dan Naresh sudah mengenal dari sejak mereka masih di sekolah dasar. Tepatnya kelas 5 SD Elea pindah ke daerahnya kini. Lalu Elea dan Naresh yang ternyata bersekolah di tempat sama pun bersahabat akrab karena tinggal bertetangga.
Ketika menginjak SMA mereka berdua masuk ke sebuah agensi artis yang sama, dan saat itu mereka mengenal Kenzie, yang ternyata merupakan anak kandung dari ibu tiri Naresh yang saat itu masih berstatus pacar dari ayah Naresh. Kenzie juga sudah terjun lebih dulu ke dunia entertainment sebagai aktor FTV. Setelah ayah Naresh dan Ibu Kenzie menikah, hubungan ketiganya pun semakin akrab.
Elea menyadari perasaannya terhadap Naresh berubah ketika tiba-tiba Naresh memperkenalkan pacarnya. Sejak saat itu Elea mengalami rasa cemburu yang sangat hebat. Tanpa alasan jelas Elsa membenci Naresh, dan tak mau bertegur sapa selama sebulan.
Hingga di ulang tahun Elea yang ke-15 Naresh mengajak Elea berbaikan. Seperti seorang Jin dia memberi Elea tiga permintaan. Dan salah satu permintaannya Elea meminta Naresh menjadi pacar seharinya.
Naresh yang masih remaja saat itu tentu memenuhi permintaan Elea tanpa rasa curiga sedikit pun. Bahkan setelah hari itu usai Naresh bersikap biasa saja pada Elea. Sementara Elea sadar bahwa dia menyukai Naresh, dan semakin tergila-gila seiring berjalannya waktu.
Sampai detik ini Elea memendam saja perasaannya karena dia tahu sudah ada satu perempuan yang mengisi relung hati Naresh. Lalu setelah percekcokannya dengan Naresh beberapa hari yang lalu Elea semakin yakin bahwa dia harus membuang jauh-jauh perasaannya terhadap Naresh.
"Bye-bye semua cerita yang tak bertepi." Elea melambaikan tangan ke arah tumpukan kertas yang berisi curahan hatinya untuk Naresh, yang telah dia masukkan ke sebuah box berwarna ungu.
"Mulai hari ini gue akan buang jauh-jauh semua perasaan gue sama Naresh. Untuk seterusnya gue harus bisa anggap Naresh sekedar sahabat biasa."
"Gue pasti bisa! Gue harus bisa!" Elea berteriak meyakinkan dirinya.
Tiba-tiba alarm ponselnya berdering, itu artinya dia sudah memasuki usia 25 tahun. Dalam seketika banyak notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Elea. Tentu saja itu pesan dari rekan sesama artis, produser, manager, ketua fansclub, dan beberapa fans lainnya. Mereka semua memanjatkan doa yang terbaik untuk kehidupan Elea.
Elea tentu saja tidak bisa membalas satu persatu. Dia memutuskan membuat sebuah video untuk dipajang di salah satu sosmed miliknya.
Seraya merekam menggunakan tripods. Elea mengeluarkan mini korean cake yang dia pesan. Cake itu tentu saja berwarna ungu, dan dihiasi gambar member grup Korea kesukaannya.
Elea meletakkan sebuah lilin kecil ditengah kuenya yang mini, dan menyalakannya, lalu mulai bernyanyi seorang diri.
"Happy birthday to me ... happy birthday to me ... happy birthday ... happy birthday ... happy birthday to meeee."
Elea meniup lilin bersamaan dengan lirik yang berhenti. Dia juga bertepuk tangan seorang diri. Lalu menyampaikan rasa terima kasihnya melalui rekaman.
"Halo ...." Elea melambaikan tangan ke kamera.
"Aku Elea Almahyra, cuma mau memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kehendaknya aku bisa sampai di posisi seperti ini. Aku juga mau bilang makasih sama Mama dan Papa yang udah membuat aku ada di dunia ini." Suara Elea mulai bergetar. Dia sedikit emosional jika membahas kedua orang tuanya.
"Aku juga mau bilang makasih buat para rekan artis yang udah kirim doanya. Juga buat para fans setiaku. Pokoknya terima kasih banyak karena sudah mendukung karirku sampai seperti sekarang. Maaf kalau aku enggak bisa balas satu persatu."
Elea menyampaikan begitu banyak ungkapan terima kasih seperti orang-orang yang memenangkan sebuah penghargaan. Dia juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kenzie, tetapi dia tak menyebut nama Naresh sama sekali. Mungkin ini salah satu usaha Elea yang bertekad untuk berhenti menyukai Naresh.
Setelah beres merekam Elea pun menguploadnya. Tentu saja dalam hitungan detik sudah banyak komentar berseliweran di postingan tersebut.
"Ah, lebih baik gue tidur. Mama dan Papa juga enggak mungkin menyiapkan surprise lagi. Gue kan bukan anak kecil lagi."
Elea meletakkan ponsel, lalu berbaring dan menarik selimut. Hingga tiba-tiba dering ponselnya berbunyi membuatnya tak jadi memejamkan mata.
Elea membuka selimutnya dengan sedikit kesal. "Baru juga mau merem, udah ada telpon aja."
Dia meraih ponsel dan melihat nama sang penelepon.
"Na-naresh." Elea terbata seraya menutup mulutnya saking kaget mendapat pesan dari Naresh.
Elea yang begitu gembira hendak menekan tombol menerima, hingga tiba-tiba dia teringat dengan semua kata-kata Naresh tempo hari lalu, dan juga teringat bahwa dia sudah bertekad untuk menjauh dan melupakan Naresh.
Elea menggeleng, lalu meletakkan ponselnya. "Cukup Resh! Cukup gue bucin sama lo. Gue enggak akan pernah tergoda lagi sama lo."
Untunglah tak lama panggilan itu terhenti, tetapi ternyata Naresh tak pantang menyerah. Dia kembali menghubungi Elea, tapi Elea tetap berusaha mengabaikannya. Walaupun sebenarnya tangannya begitu ingin menerima panggilan tersebut.
"Gue harus kuat! Ini tuh cobaan!"
"Gue harus bisa ngelupain Naresh!"
Berkali-kali Naresh memanggil tapi Elea menutup telinga mengabaikannya. Hingga akhirnya Naresh mengirimi Elea pesan.
Naresh : Gue tahu Lo belum tidur El. Gue tahu lo masih marah sama gue karena tempo hari.
Naresh : Gue sadar udah keterlaluan bicara seperti itu, dan seharusnya gue memahami semua sikap lo.
Naresh : Gue juga baru sadar kalau lo kayaknya cemburu karena Ilonna. Tenang aja Ilonna itu kekasih gue dan status Lo sebagai sahabat enggak akan tergantikan.
Elea tersenyum miris membaca pesan tersebut. "Terserah lo Resh, gue enggak peduli mau lo percaya atau enggak sama gue. Gue enggak akan ganggu lagi kisah asmara lo."
Naresh : El, balas lah. Gue tahu lo baca chat gue.
Elea terus membaca pesan Naresh, dan masih tetap bersikukuh mengabaikan pesan dari Naresh.
Naresh : Elea
Naresh : Elea
Naresh : Ya udah kalau Lo lagi tidur semoga mimpi indah, tetapi klo lagi enggak tidur semoga pas tidur nanti Lo mimpi buruk.
"Aish! Ini cowok malah doain gue mimpi buruk!"
Naresh : Kalau enggak mau mimpi buruk ayo balas chat gue. Gue cuma mau ngomong sesuatu yang penting sama lo.
Elea menarik nafas, lalu akhirnya memutuskan membalas pesan Naresh. Dia tak ingin doa Naresh menjadi kenyataan.
Elea : Apa Resh? Gue baru bangun.
Naresh : Jangan pura-pura, gue juga tahu tadi lo bikin postingan di sosmed. Enggak mungkin lo udah tidur.
Elea : Memang ada apa sih manggil gue? Kangen ya?
Elea mengetuk kepalanya sendiri. "Ih ngapain coba mesti nanya dia kangen apa enggak. Sadar! Sadar gue kan lagi berusaha melupakan Naresh."
Terlihat Naresh sedang mengetikkan sesuatu di pesannya, dan ternyata jawabannya cukup bisa membuat Elea mengangkat sedikit tepi bibirnya.
Naresh : Iya gue kangen sama lo. Enggak ngobrol sama lo rasanya hidup gue redup.
Elea : Ceileee redup, memang gue lampu
Naresh : Bisa jadi sih lo tuh sumber cahaya yang menerangi hidup gue. Pokoknya selama berapa hari ini gue enggak ngobrol sama lo rasanya ada yang kurang.
Elea menepuk pipinya, mencoba untuk tetap tersadar dan tak terbang melayang karena semua kata-kata yang ditulis Naresh.
Elea : Enggak usah gombal Resh. Enggak mempan, gue tahu lo bilang semua kata-kata begini ke semua cewek lo.
Elea : Udah ah gue mau bobo cantik, kalau lo cuma mau ngegombal doang.
Naresh : Gue serius El, gue enggak mau kehilangan sahabat kayak lo. Gue merasa beruntung punya sahabat sepeduli lo. Maaf kalau-kalau kata gue kemarin nyakitin lo.
Naresh : Gue juga mau mengucapkan Happy birthday ya Elea, semoga semua yang lo mau tercapai, dan semoga persahabatan kita langgeng sampai tua nanti.
Elea tak membalas lagi pesan Naresh. Dia memutuskan menonaktifkan ponselnya.
Elea menghembuskan nafasnya dengan cukup kencang. Awalnya dia bahagia mendapat pesan dari Naresh, tetapi kini perasaan bahagia itu berubah menjadi rasa sakit yang menyesakkan dada.
"Sahabat ... Apakah Lo dan gue cuma bisa jadi sahabat?" Suara Elea terdengar mulai bergetar.
"Apakah gue berdosa jika ingin lebih dari sekedar sahabat? Gue suka sama lo Resh. Udah sepuluh tahun gue suka sama lo."
Elea menundukkan kepalanya. "Gue enggak mau jadi sahabat, gue mau jadi pacar lo Naresh!"