"Cut!" teriakan Pak Sutradara Halim Bramasta menjadi tanda bahwa pengambilan gambar yang Elea lakukan sudah sempurna.
"Bagus! Bungkus!"
"Kita break dulu 15 menit!" teriak Pak Halim.
Asisten Elea gegas menghampiri Elea dan menggiringnya menuju kursi yang sudah disediakan untuk beristirahat.
Namun, tiba-tiba Elea merasakan sesuatu yang tak beres dengan perutnya. Perutnya sakit dan melilit, Itu pasti karena hari kemarin dia banyak mengkonsumsi makanan pedas.
"Kak Icha gue ijin ke toilet ya. Perut gue agak sakit nih," ucap Elea meminta ijin kepada perempuan yang ada di sampingnya.
"Ok ok, ntar gue suruh Mang Agus bikinin teh hangat buat lo El, biar enakan perutnya."
"Ok siap kak, makasih," ucap Elea lalu berlari ke toilet yang kebetulan berada di bagian belakang gedung.
Untuk menuju ke toilet itu Elea harus melewati lorong yang sedikit sepi. Padahal masih siang tapi lorong yang sepi dan sedikit gelap itu membuat bulu kuduknya merinding.
"Aduh, tahu sepi begini gue minta antar kak Icha tadi."
Karena tak kuat dengan rasa melilit di perutnya. Elea memberanikan diri untuk melangkah melewati lorong-lorong tersebut. Namun saat hampir tiba di area belakang yang juga sepi dia terkesiap saat melihat sesuatu. Elea refleks menyembunyikan diri di balik tembok saat melihat sosok Ilonna berada di sana. Apalagi ternyata Ilonna tak seorang diri. Dia sedang berduaan dengan Max, atau yang bernama lengkap Maxim Sugantara.
"Ilonna sama Max, mereka lagi ngapain?"
Elea memberanikan diri mengintip dari balik tembok. Terlihat jelas oleh matanya kalau Ilonna mengalungkan tangannya di leher Max, dan Max membalas melingkarkan tangannya di pinggang Ilonna yang ramping.
Dengan perasaan yang sedikit takut, Elea menajamkan telinganya agar dapat mendengar apa yang keduanya bicarakan. Firasat Elea mengatakan bahwa Ilonna dan Max tak sekedar berteman biasa.
"Jadi dia membelikan kamu cincin?" tanya Max.
"Iya, beberapa hari lalu dia membelikan aku cincin, katanya sih buat tunangan. Kamu enggak cemburu kan sayang?"
Deg! Sayang!
Kok Ilonna manggil Max dengan panggilan sayang? Apa mereka selingkuh? Ah sial gue enggak bawa ponsel lagi buat merekam mereka. Batin Elea merutuki kebodohannya yang tak membawa ponsel.
Gua harus pastiin apakah Ilonna benar-benar selingkuh atau enggak. Elea kembali mengamati keduanya.
Kini jari jemari Max mulai membelai lembut inci demi inci wajah Ilonna yang cantik rupawan. "Aku sedikit cemburu sih sebenarnya, tapi yang penting kamu enggak beneran jatuh cinta sama dia."
"Enggaklah aku sama sekali enggak pakai hatiku. Hatiku kan cuma buat kamu Max. Aku kangen permainan gilamu Max," ucap Ilonna seraya menggigit bibirnya sendiri.
"Haha aku juga kangen kamu Ilonna, tetapi kita harus menahannya dulu. Ini semua demi rencana yang kita susun. Aku tak ingin semua hancur sia-sia."
"Jangan khawatir sayang, nanti malam sesuai rencana akan aku buat nama Naresh masuk ke semua berita di negeri ini. Bukan cuma masuk berita. Akan aku pastikan dia juga masuk penjara seperti maumu sayang."
"Jalankan semua rencana kita dengan hati-hati sayang. Aku tak sabar melihat laki-laki itu terjatuh dari puncak karirnya. Lalu setelah itu kita umumkan kepada seluruh negeri kalau kamu hanya milik Maxim Sugantara seorang," sahut Max, lalu mengecup bibir ranum milik Ilonna.
Elea menutup mulutnya yang hampir berteriak tak percaya. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kedua orang itu melakukan aksi adu bibir dengan begitu panasnya. Sudah jelas sekali kalau Ilonna itu sebenarnya menjalin hubungan yang spesial dengan Max, bahkan dia ingin menjatuhkan Naresh.
Elea mengepalkan tangannya, ingin sekali dia melabrak kedua orang tersebut. "Ini gila! Ilonna ternyata dia punya niat jahat sama Naresh! Gue enggak akan biarin dia nyakitin Naresh!"
Namun, Elea mengurungkan niatnya. Dia berpikir dia lebih baik memberitahu Naresh terlebih dahulu. Dengan perlahan Elea memundurkan langkah, dan pergi dari tempat itu sebelum Ilonna dan Max menyadari kehadirannya.
Seperti orang yang dikejar setan, Elea berlari mencari keberadaan Naresh ke semua penjuru tempat. Dia bertanya ke semua kru tapi tak ada yang melihat batang hidung Naresh, hingga ia akhirnya bertemu dengan asisten pribadi Naresh di area taman.
"Kak Aryo lihat Naresh enggak?" tanya Elea pada Aryo—asistennya Naresh.
"Dia lagi ngadem tuh di bawa pohon," jawab Aryo, dia menunjuk ke sebuah sosok yang sedikit bersembunyi di bawah pohon sambil membaca lembaran script naskah.
"Ok makasih kak."
Saat Elea hendak menghampiri Naresh, tiba-tiba lengannya dikecal oleh Kenzie yang kebetulan ada di sana. "Ada apa El? Kok lo panik begitu?"
"Gue ada urusan penting sama Naresh," jawab Elea sedikit berbisik karena tak ingin ada orang lain yang mendengar.
"Urusan apa? Coba cerita sama gue."
"Gue bingung jelasinnya. Pokoknya gue mesti nemuin Naresh dulu."
"Ya, tinggal jelasin aja sih. Apa susahnya." Desak Kenzie yang ngotot ingin tahu.
Elea tak bisa memberitahu soal Ilonna di tempat keramaian. Karena yang penting menurutnya untuk tahu ya Naresh bukan Kenzie atau pun yang lainnya.
"Ya udah enggak usah dipegangin mulu tangan gue. Lo kayak ke tahanan aja main cekal-cekal."
"Opss sorry gue enggak sadar," ucap kenzie seraya melepas tangan Elea yang dicekalnya.
"Ya udah lo ikut gue kalau pengen tahu." Elea memutuskan mengajak Kenzie.
Kenzie mengangguk, lalu mengikuti langkah Elea. Keduanya pun menghampiri Naresh.
"Naresh! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Elea to the point saat sudah berada di hadapan Naresh.
Sontak Naresh memandang Elea dengan tatapan penuh tanda tanya. Dia bertanya-tanya dengan ekspresi Elea yang terlihat tak seperti biasanya. Naresh melepas ear phone wireless yang menempel di kedua telinganya. "Ada apa El, lo kok kayak marah gitu?"
"Gue mau bicara sama lo penting. Cuma jangan di sini. Gue takut ntar ada yang dengar."
"Terus mau bicara dimana?" tanya Naresh.
"Gimana kalau di mobil lo Resh," usul Kenzie.
Naresh menatap Kenzie dengan tatapan sedikit tak suka. Entah apa yang terjadi belakangan ini, hubungan antara Kenzie dan Naresh seperti sedang tak baik-baik saja.
"Ya, udah ayo di mobil gue."
Ketiganya menuju mobil Naresh yang terparkir tak jauh dari area taman. Ini bukan mobil Ferarri tetapi melainkan mobil artis yang merupakan inventaris dari pihak agensi.
Naresh membuka pintu mobil tesebut. Namun, saat akan naik tiba-tiba Ilonna datang dan menahan tangan Naresh.
"Sayang, kamu mau kemana?"
Naresh menoleh. "Hai, sayang aku ada urusan dengan Elea. Katanya dia mau bicara masalah penting."
"Masalah penting apa?" Ilonna menatap Elea dengan tatapan yang mengisyaratkan persaingan.
Elea sendiri sebenarnya sangat ingin menjambak rambut Ilonna. Namun, dia harus menahan agar tak melakukan tindakan fisik.
"Lo boleh ikut masuk kok karena masalah ini ada kaitannya sama lo!" tunjuk Elea ke arah Ilonna.