"Nama gue Aline, gue ceweknya Ardian. Dan lo.. " Aline melempar telunjuk di depan wajah Claudia. "Lo udah rebut cowok gue!" Kelly dan Drena melotot dengan mulut terbuka. Mereka tak percaya dengan ucapan Aline tersebut. Claudia menatap tajam manik mata gadis itu.
"Jaga ucapan lo! Mana buktinya kalau gue rebut cowok lo! Orang gue kagak ada hubungan apa-apa sama Ardian!" tegas Claudia. Aline maraih benda pipih dari sakunya lalu memutar sebuah vidio yang menunjukkan Ardian tengah menangkap tubuh Claudia yang hendak terjatuh lalu bertukar pandang. Ya, itulah peristiwa yang terjadi di Pantai Ancol kemarin. Drena dan Kelly saling menatap. Mereka tak menyangka bahwa itu terjadi. Padahal sebelumnya, Claudia tampak tak merespon Ardian. Namun, mengapa di vidio itu romantis?
"Gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia! Dia dulu yang gangguin gue! Lagian lo juga ngapain ngaku-ngaku jadi ceweknya Ardian. Mana buktinya?" Claudia sangat bingung dengan kondisi ini. Aline menggeser layar handphone. Menampakkan foto wajah Ardian dengannya yang sangat berdekatan bak insan yang berpacaran.
"Ini buktinya. Kemarin gue liburan sama dia ke pantai ancol, dan dia menjauh dari gue, nggak taunya malah berduaan sama lo. Hati gue sakit tau!" Aline mengeluarkan nada tinggi sembari meneteskan air mata. Claudia menutup mulut. Sungguh, ia tak menyangka akan itu.
"Clau. Kenapa kamu bisa kayak gitu?" tanya Kelly.
"Aku beneran nggak tau kalau dia udah punya cewek. Dan di foto yang tadi, awalnya gue nggak tau kalau yang menangkap gue itu Ardian. Karena posisi itu gue mau jatuh untung ada dia yang nyelametin gue!" jelas Claudia.
"Udahlah. Tidak usah banyak bicara. Semua udah jelas kalau lo rebut cowok gue. Dan lo tau nggak? Sejak kejadian itu, Ardian ngejauh dari gue dan meminta gue untuk pulang sendirian, itu semua gara-gara lo tau! Dasar cewek murahan, nggak laku main rebut cowok orang!" cerca Aline melayangkan sebuah tamparan hebat di pipi kiri Claudia dan membuatnya meringis kesakitan.
"Clau. Apa itu benar Clau?Plis.. Jelasin ke kita, kita nggak mau punya temen pelakor kayak lo!" desak Kelly. Claudia sontak terkejut dengan ini semua. Padahal, selama ini Ardian terlihat jomblo. Yang ia tahu hanyalah sikap pemuda itu yang selalu perhatian padanya tanpa terlihat bahwa dia telah memiliki pujaan hati. Munafik, itulah sebutan Claudia untuk Ardian. Gadis itu menyesal dengan kejadian kemarin. Seandainya Claudia tahu bahwa Ardian yang menangkap tubuhnya dan tahu bahwa Ardian telah memiliki kekasih, ia akan langsung menjauh. Namun, apalah daya, itu hanya angan semata. Nasi telah menjadi bubur. Semuanya telah terjadi tanpa bisa terulang lagi. Andaikan waktu dapat diputar, Claudia akan mengulang hari kemarin untuk membenarkan semua. Ia tidak ingin masalah ini terjadi.
"Gue beneran nggak tau kalau Ardian udah punya pacar!" jawab Claudia berbisik.
"Bisa-bisanya dia terlihat baik sama lo selama ini dan ternyata udah punya pacar. Hish.. Dasar munafik!" omel Drena.
"Hei, kenapa kalian berbisik?" tanya Aline mengalihkan atensi mereka. "Untuk lo, Claudia, cewek murahan nan kampungan. Tolong jauhi cowok gue!" Telunjuk Aline menyentuh hidung mancung Claudia.
"Jaga ucapan lo!" emosi Claudia memukul bibir Aline.
"Auuuuuu," ringis Aline. Bibirnya terasa panas sekarang.
"Lo harus bilangin cowok lo, suruh dia jauhin gue sejauh-jauhnya!" pinta Claudia. Drena dan Kelly menatap serius perdebatan itu.
"Harusnya lo yang jauhin dia, bego," timpal Aline. Gadis itu memaki Claudia sehabis-habisnya lantaran ingin meluapkan emosi dan sakit hatinya mendapati sang kekasih beradegan romantis dengan Claudia.
"Cowok lo yang seharusnya jauhin gue. Lagian gue juga nggak cinta sama dia. Dia aja yang gatel sama gue!" sahut Claudia memutar bola mata. Aline melipat tangan di dada. Ia tak habis pikir dengan gadis dihadapannya itu. Begitupun dengan Claudia yang terheran dengan sikap Aline padanya.
"Semua itu juga karena lo suka deket-deket Ardian!" tuduh Aline.
"Terserah lo, mau percaya sama omongan gue atau tidak. Yang jelas gue nggak ada hubungan apapun sama cowok lo itu. Sana pergi, makanlah cowok lo sampai habis, biar kagak bisa deketin gue lagi!" sentak Claudia.
"Gue benci sama lo!" ungkap Aline seraya meninggalkan kelas 7G.
"Dasar cewek gila!" cibir Claudia melirik sinis Alina di balik kaca jendela.
****
Waktu istirahat tiba, Claudia, Drena dan Kelly datang ke 9A untuk mengajak Falko ke kantin. Setiba di kantin yang cukup ramai, Claudia menceritakan masalah yang dialami dari awal hingga akhir. Falko bungkam mendengar cerita Claudia. Tangannya mengepal di balik meja, rahangnya mengeras siap menunju apapun di hadapannya. Pemuda itu turut emosi dengan Ardian. Namun, ia sembunyikan itu di hadapan sang adik dan kedua temannya.
Falko beranjak dari duduk lalu meninggalkan kantin tanpa sepatah kata apapun. "Kira-kira dia mau ngapain ya?" tanya Drena.
"Entahlah!" jawab Kelly.
"Permisi Mbak, ini makanannya!" Bu Lika mengantar 3 porsi mie ayam.
"Terima kasih Bu!" ucap Claudia menatap punggung Bu Aca yang menjauh. Tangan Claudia menuangkan banyak saos ke mangkok mie ayamnya sebelum diaduk. Gadis itu memasukkan beberapa helai mie ke mulut dengan garpu. Drena meneguk es teh di hadapannya dan Kelly menggulung mie dengan garpu sebelum makan.
Sembari mengunyah mie ayam, kejadian tadi pagi terputar di benak Claudia. Ia tak menyangka akan mendapat tuduhan dan caci maki dari Aline, kekasih Ardian. Sungguh, itulah kali pertama Claudia mendapatkan tuduhan dan caci maki yang sangat buruk. Sontak saja membuat pikirannya tergoncang. Hingga makanan dan minumannya habis pun, ia masih memikirkan hal yang sama. Teringin ia mengembalikan semuanya. Namun, tak bisa. Claudia hanya diam meratapi masalah itu.
"Clau, kau mau bayar pesananmu tidak?" tanya Kelly yang hendak membayar pesanannya.
"Iya. Nih, duitnya tolong bayarin ya!" Claudia memberi selembar uang berwarna ungu pada Kelly.
Mereka kembali ke kelas kala bel berbunyi nyaring. "Hai anak-anak!" sapa Bu Gina, wali kelas 7G yang merupakan guru IPA melangkah ke bangku guru.
"Hallo Bu Gina!" jawab siswa/siswi 7G serempak.
"Baik, sekarang kita mulai pelajaran ya!" Bu Gina mengeluarkan spidol lalu melangkah ke papan tulis guna menerangkan materi.
Sepulang sekolah, Falko menemui Ardian di taman sekolah. Pemuda itu meloloskan mata ke arah Ardian. "Apa maksud lo?" tanya Falko mencengkeram kerah Ardian.
"Lo kenapa Ko? Emangnya gue salah apa?" tanya Ardian.
"Lo bikin mau adik gue!" jawab Falko.
"Bikin malu gimana? Maksud lo apaan sih, gue nggak ngerti deh?" Ardian bertanya-tanya seolah tak mengerti maksud Falko.
"Kagak usah pura-pura nggak ngerti lo!" Falko melayangkan kepalan tangan tetap di bibir Ardian hingga mengeluarkan darah segar yang membuatnya meringis kesakitan.