1. Claudia Renase Ardhitalko
"Oeeek.. Oeeeek.. Oeeek!" Tangisan bayi terdengan nyaring di telinga seorang wanita 24 tahun yang tengah berjalan. Ciandra Louise Ardhitalko, namanya. Ia menghentikan langkah. Mengerutkan kening sembari mengedarkan pandangan. Suara tangisan bayi itu kian terdengar, membuatnya bertekad untuk mencari. Ciandra berjalan ke kanan menerobos semak belukar di sana. Netranya menangkap seorang bayi perempuan di kardus terbuka. Ia memberanikan diri untuk mengambil bayi itu lalu menimangnya.
"Uussstt.. Usssstt.. Uust.. Usst. " Suara itulah yang dikeluarkan Ciandra hingga tiba di pekarangan rumah megahnya.
Pepohonan dan bunga-bunga bergoyang pelan seolah menyambut kedatangan bayi itu. Keindahan rumah Ciandra memang tak diragukan lagi. Tembok rumah yang berwarna putih disertai hiasan tanaman gantung di teras membuat rumah itu tampak asri. Selain indah, kemegahan pun telah tampak dari luar. Rumah dengan 3 lantai itu selalu memikat orang yang melihatnya.
Cklek...
"Mas Reyno, Falko!" Ciandra menaiki tangga ke lantai 2 guna menemui sang suami dan anaknya.
"Mama. Itu anak siapa?" tanya Falko Andika Ardhitalko, anak lelaki Ciandra dan Reyno Ardhitalko yang kini berumur 2 tahun. Reyno Ardhitalko merupakan pengusaha tekstil ternama dan terkaya di Jakarta.
"Itu anak siapa?" Reyno beranjak dari sofa.
"Dia perempuan, aku menemukannya di semak belukar tadi. Biarkan aku merawatnya!" jawab Ciandra.
"Apa kamu yakin dengan itu?" tanya Reyno diangguki Ciandra.
"Waahh.. Berarti aku punya adik dong!" ucap Falko girang. Ciandra mengangguk dan tersenyum ke arah anak lelakinya itu. "Yeeyy aku punya adik!" ucap Falko berlari sembari mengangkat kepalan dua tangannya. Reyno dan Ciandra hanya menatap polos anak itu.
"Mas, apa aku boleh ngerawat dia?" tanya Ciandra pada sang suami.
"Boleh sayang," jawab Reyno.
"Wah.. Terima kasih suamiku!" Ciandra menyudutkan bibir. "Tapi, apa kamu punya nama buat dia?"
"Claudia Renase Ardhitalko. "
"Wah bagus sekali namanya, aku suka!" ungkap Ciandra. Reyno hanya membalas dengan senyuman. Dengan penuh semangat, Ciandra membawa Claudia ke kamar untuk tidur bersamanya dan Reyno.
Di tengah malam, meninggalkan Claudia yang terlelap, Ciandra dan Reyno berjalan ke ruang keluarga. Mereka hendak mendiskusikan tentang keluarganya sekarang. "Mulai, sekarang aku lebih mementingkan Claudia daripada restoranku! Aku akan meminta managerku untuk mengurus restoran itu, supaya aku bisa fokus pada Claudia. Dan aku akan kembali aktif di restoranku setelah Claudia besar nanti! " ujar Ciandra. Merawat Claudia bukanlah hal yang mudah bagi pasangan suami istri kaya itu. Karena Ciandra harus rela meninggalkan restoran miliknya demi merawat bayi itu. Dan Reyno harus rela jika Ciandra tak dapat memberi perhatian penuh padanya. Sebab, wanita itu akan lebih memperhatikan sang bayi.
"Apa kamu yakin akan melakukan itu?"
"Entah yakin atau tidak, tapi itu harus kulakukan demi Claudia, anak perempuan kita satu-satunya!" jawab Ciandra.
"Kalau kamu kurang yakin, lebih baik kamu cari baby sister buat membantumu merawat Claudia agar kamu bisa tetap aktif di restoranmu! Jika kamu terus aktif di sana, memantau para karyawanmu untuk memastikan mereka kerja dengan baik, pasti restoran kamu akan terus berkembang dan penghasilan kamu pun bertambah bisa untuk mencukupi kebutuhan Claudia nanti, dan pasti juga dengan campur tanganku!"
"Ide yang bagus, secepatnya aku akan mencari baby sister untuk Claudia!" jawab Ciandra. Reyno mengangguk.
---------------
"Mama... Aku udah keterima di SMP 05 Ganaspati, sekolah favorite-ku!" ucap Claudia berlari menghampiri Ciandra di ruang keluarga. Gadis itu menampakkan aura bahagianya. Kini, ia telah berumur 13 tahun dan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Claudia memiliki kulit putih, berhidung mancung dan berambut lurus disertai bibir pink tipis membuatnya sangat mempesona.
"Waahh... Mama senang dengarnya. Selamat ya nak, kamu yang semangat belajarnya biar jadi anak pintar yang bisa banggain Mama sama Papa!" jawab Ciandra menasihati.
"Oh iya, sekolah aku setempat sama Kak Falko, kan, Ma? Nanti aku bisa berangkat sama Kakak dong, berarti?"
"Bisa kok!" jawab Ciandra tersenyum.
"Okay Ma." Claudia duduk di sofa. "Ma."
Ciandra menoleh. Claudia memberi kode pada Ciandra untuk duduk bersamanya. Gadis itu menggenggam erat tangan sang Mama. "Terima kasih banyak ya Ma, sudah merawat aku sebesar ini!"
"Sama-sama nak. Mama bangga sama kamu, udah cantik, baik, pintar pula!" jawab Ciandra. Ucapannya memang benar, selain cantik, Claudia juga pintar. Di umur yang ke-13 tahun ini, ia telah memiliki banyak prestasi dari sekolahnya. Mulai dari akademik hingga non akademik. Berbagai piala dan tropi yang memenuhi lemari kaca rumahnya menjadi bukti kepintaran Claudia. Gadis itu memiliki hobi berenang yang ditekuni sejak 7 tahun lalu dan telah mengikuti banyak perlombaan hingga menjadi pemenang. Hal itu pun pantas menjadikan Claudia sebagai anak kebanggan orang tuanya.
"Aku juga bangga punya Mama yang sempurna kayak Mama ini!" puji Claudia.
"Jangan anggap Mama sempurna, karena Mama sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam diri Mama. Mama kurang ada waktu sama kamu. Mama lebih banyak waktu di restoran daripada di rumah sama kamu! Maafkan Mama ya, nak!" elak Ciandra menatap sendu Claudia. Yang ditatapnya pun tersenyum.
"Mamaku yang cantik. Aku tau itu Ma. Tapi, itu tidak masalah buatku, karena Mama melakukan itu juga demi aku kan? Pokoknya Mama adalah wanita paling sempurna di hidupku yang sangat aku cinta dan sayangi. I love you Ma!" Claudia mencium tangan Ciandra. Wanita 37 tahun itu memeluk erat sang putri lalu mencium keningnya.
"I Love you to, anak Mama, Claudia Renase Ardhitalko!" Dua insan itu saling melempar senyuman.
****
Cahaya matahari telah hilang sepenuhnya. Kini hanya bulan dan bintang yang menghias nabastala. Cahayanya yang temaram bertemu dengan cahaya lampu warna-warni di seluruh sudut Jakarta membuat kota itu tampak sangat cantik di mata para insan.
Mobil hitam Reyno tengah melaju kencang membelah jalan raya yang begitu ramai. Lelaki 40 tahun itu hendak pulang usai mengurus perusahaannya hari ini.
Setiba di rumah, ia memarkir mobil di garasi. "Selamat malam suamiku!" sambut Ciandra dengan secangkir kopi di tangan kanannya. Ia memberikan kopi itu pada Reyno dan mempersilakannya untuk duduk. Reyno menyeruput kopi buatan sang istri hingga habis. "Terima kasih istriku!" ucap Reyno mengelus puncak kepala Ciandra sembari tersenyum.
"Sama-sama!"
Keluarga kecil Reyno Ardhitalko tengah makan malam bersama. Mulai dari ikan madu, sop iga, ayam pedas hingga ikan bakar tersaji menggiurkan di meja makan. Claudia dan Falko tampak kompak mengambil makanan itu. "Oh iya Mas, aku punya kabar gembira buat kamu!" ucap Ciandra mengambil ikan madu untuk Reyno.
"Apa itu?"
"Claudia keterima di sekolah favorite-nya loh, sama kayak Falko!" jawab Ciandra usai menyiapkan makanan sang suami.
"Bagus dong, anak Papa dua-duanya memang pintar!" puji Reyno. Claudia dan Falko saling menatap.
"Iyalah, siapa dulu namanya. Falko, ya kan?" jawab Falko mengangkat satu alisnya.
"Kalau nggak pintar bukan Claudia namanya!" imbuh Claudia.
"Iya.. iya kalian memang pintar!" puji Ciandra sembari menyendok makanannya.
"Setelah ini kalian lekas tidur ya, besok sekolah!" pinta Reyno yang mengunyah sepotong ikan madu.
"Iya Pa."
Claudia masuk kamar. Ia tidur sendiri sejak berumur 1 tahun. Kamarnya berdekatan dengan kamar Falko yang berada di lantai 3.