Read More >>"> Edelweiss: The One That Stays (Chapter Ten) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Edelweiss: The One That Stays
MENU
About Us  

Tiga bulan sebelum kematian Marcus.

Hari ini, Ibu mengajari Reza memasak sayur setelah tahu bahwa remaja itu menyukai sayur bayam buatan Ibu. Aura tersenyum kagum menonton Reza yang melakukan segala hal sesuai intruksi Ibu dengan lihai dan sempurna. Persis kuah sayur mendidih, terdengar suara dorongan pintu kasar dari luar.

Ketiga insan di dapur menoleh serempak. Suara itu khas tanda Marcus datang. Aura menghela napas tidak suka. Tidak butuh waktu lama hingga pria itu menampakkan sosoknya yang langsung melangkah ke kamar Ibu. Untuk apa lagi selain dengan tujuan mengambil lembaran uang di dompet Ibu.

Aura hendak mengikuti ayahnya untuk mencegah uang hasil kerja susah payah ibunya hilang sia-sia kesekian kalinya, tetapi ditahan. Ibu tersenyum pelan, beranjak menghampiri suaminya. Akhir-akhir ini, Marcus sudah jarang berteriak-teriak marah atau memukuli Ibu dengan sesuatu. Tetapi masih sering tiba-tiba datang untuk meraup semua uang yang ada.

“Di mana sisa uangmu?” tanya Marcus dengan suara berat yang serak tanpa memandang istrirnya.

Ibu membuka loker lemari, mengambil beberapa lembar uang tersisa di sana. Menurut menyerahkannya. Aura yang menyaksikan dari luar pintu mengepalkan tangannya erat-erat. Ibu memberikan uang terakhir yang ia punya.

“Hanya ini?” tanya Marcus lagi, menghitung jumlah uang.

Ibu mengangguk.

Marcus mengomel pelan sebelum meninggalkan kamar, hendak pergi lagi dari rumah. tetapi lengannya dicegah Ibu. Pria tersebut menoleh dengan wajah acak-acakannya yang seram seperti preman.

“Kamu pasti belum makan. Reza baru saja membuat sayur bayam pertamanya, cobalah terlebih dulu.” Ibu tersenyum menuntun Marcus ke dapur.

“Aku tidak tertarik!” seru Marcus saat Ibu menuangkan sayur panas yang baru saja diangkat dari panci ke dalam mangkuk.

Ibu memberikan sendok ke jemari suaminya, tersenyum lembut. “Setidaknya cobalah sedikit. Sudah lama kamu tidak makan makanan rumah.”

“Kubilang tidak—” tolak Marcus lagi.

“Ayolah—”

“MENYINGKIR!” bentak Marcus mendorong mangkuk sayur di hadapannya hingga menumpahi lengan Ibu yang langsung meringis kepanasan. Kulitnya langsung melepuh merah.

Aura refleks mendekat, berjalan di antara pecahan mangkuk yang berserakan. “Astaga, Ibu nggak apa-apa?” tanyanya cemas.

Reza juga ikut memeriksa lengan Ibu dengan raut wajah khawatir.

“Tidak bisakah Ayah berhenti menyakiti Ibu?!” seru Aura menatap ayahnya marah. “Sekali saja menghormatinya yang sudah mencari uang yang selama ini Ayah ambil sembarangan! Ingat berapa kali pukulan yang sudah dirasakan sosok tanpa dosanya karena dirimu!”

Marcus tidak mendengarkan, bahkan tidak melihat ke arah putrinya.

“Pikirkan lagi apakah kau bisa disebut suami yang baik dengan semua perilakumu. Karena aku bahkan tidak bisa terima menganggapmu sebagai seorang ayah.” Kedua mata Aura mulai memerah dan berkaca-kaca. “Jangan pernah kembali ke rumah ini. Jangan pernah kembali karena kau bukan siapa-siapa lagi di keluarga ini! Aku tidak akan pernah sudi memanggilmu ayahku lagi! Pergi!”

Marcus mengembuskan napas keras, lalu berjalan meninggalkan mereka.

Reza membantu Aura mengantar Ibu ke puskesmas lewat pintu belakang, bahkan sebelum Marcus benar-benar keluar.

♦♦♦

“Aku benar-benar benci! Kenapa Tuhan harus menakdirkanku menjadi anak dari pria itu?” gusar Aura saat menunggu di luar kamar puskesmas. Ibu sedang diobati.

Reza menelan ludah, salah tingkah menghibur Aura.

Dokter puskesmas keluar dari ruangan, menghampiri Aura yang langsung berdiri. “Kulitnya yang melepuh mungkin perlu waktu untuk disembuhkan. Tetapi ibumu baik-baik saja, kamu bisa masuk ke dalam untuk menemuinya.”

Aura mengangguk, cepat-cepat membuka pintu ruangan ibunya berada. Dilihatnya Ibu sedang menutup mata. Aura tidak berani membangunkannya, ia hanya diam menunggu ibunya membuka mata.

“Ibu tahu kamu marah, Aura,” ucap ibunya tanpa membuka mata. “Tetapi kalimatmu keterlaluan. Dia tetap ayahmu, apapun yang terjadi. Tidak ada hal yang bisa memutus hubungan darah antara orang tua dan anaknya. Tidak ada.”

Aura termangu.

Ibu menghela napas sembari menatap putrinya.

“Kita tidak bisa memilih oleh siapa kita dilahirkan, tidak bisa meminta seperti apa orang tua kita. Tetapi kita selalu bisa memilih akan jadi seperti apa anak kita. Jadi Ibu harap, kamu menjadi anak yang baik dan sabar, tak peduli seberapa kejam takdir yang datang mengunjungi. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya.”

“Kenapa … Ibu memberi semua uang yang ada?” tanya Aura pelan.

“Jika ayahmu memintanya, maka berarti dia memang membutuhkannya. Apa salahnya berbakti kepada suami sendiri?” Ibu bertanya balik.

Aura keluar dari ruangan dengan wajah murung. Kenapa pikirannya dengan ibunya tidak pernah sejalur? Tidak dapat dipercaya, Ibu masih membela ayahnya sampai saat ini. Tidak ada tanda-tanda kekecewaan apalagi kemarahan sama sekali. Sungguh aneh.

“Hey, aku membawakanku sayur yang tadi kumasak. Mau coba, nggak?” Reza tiba-tiba menghampiri dengan sekotak tempat makan.

Sebenarnya ingin sekali Aura tolak dengan alasan tidak lapar, tapi melihat wajah antusias Reza memamerkan makanan buatannya, gadis itu mengangguk. Reza tersenyum lebar, membuka kotak bekal sembari duduk di kursi panjang besi.

Pandangan lelaki tersebut lamat-lamat pada Aura yang menyuap sayur bayam dengan senyum menghiasi.

“Bagaimana rasanya?”

Aura balas tersenyum, setengah lebih ceria dari sebelumnya. “Untuk pemula sepertimu, sayur ini sudah lebih dari kata enak. Meskipun garamnya kebanyakan sedikit, tapi bukan masalah bagiku, aku lebih suka asin daripada hambar.”

Reza bersorak pelan, “Nilainya?”

“Delapan per sepuluh? Atau mungkin, sembilan per sepuluh karena kamu yang memasaknya.” Aura menyantap lagi makanan di hadapannya, kali ini dengan nasi putih yang sudah disiapkan Reza di kotak makan sebelumnya.

Reza tertawa pelan, “Penilaian yang bagus.”

“Tapi subjektif,”

“Biarin,” balas Reza. “Nanti mungkin seru kalau aku jadi koki, terus banyak yang suka makanan buatanku. Apa aku buat restoran saja, ya?”

“Kalau kamu jadi koki, aku jadi kepala kokinya.”

“Nggak lah, kan restorannya punyaku, kamu nggak jadi apa-apa. Kalau mau makan, bayar dulu dua kali lipat.”

“Heh!” Aura memukul Reza pelan dengan seringai lucu.

♦♦♦

Sejak awal, Reza tidak pernah merepoti siapapun. Bahkan saat masih di panti asuhan, pengurus panti senang sekali menyekolahkannya dengan beasiswa di sekolah yang cukup bagus dibanding sekolah anak-anak panti lainnya. Ia tidak pindah sekolah meski sudah berada di bawah naungan Marcus ketika usianya hampir 13 tahun.

Sementara Aura yang ketika keluarganya masih baik-baik saja bersekolah di sekolah swasta yang banyak digemari di kotanya, harus pindah ke sekolah yang sama dengan Reza saat menginjak kelas sembilan dikarenakan biaya yang bengkak di sekolah lamanya. Syukurlah, di sekolah yang sama seperti Reza, Aura juga bisa mendapat beasiswa karena kepintarannya.

Sudah hampir setengah tahun keluarga Aura pindah ke kontrakan kecil dekat dengan sekolah. Enam bulan pula lamanya Aura belajar di tempat yang sama dengan Reza. Kelas mereka bersebelahan.

“Seperti yang kamu minta, Aura, besok aku akan pergi meninggalkan kalian.” Reza berbicara ketika mereka sedang mencoba baso aci di kantin sekolah.

“Pergi?” Bibir Aura hampir melepuh karena kuah baso yang panas, ditambah keterkejutannya gara-gara kalimat yang didengar.

Reza mengangguk, memasang wajah serius.

“Ke-kenapa?” Aura menyembunyikan wajah kagetnya, bersikap biasa saja.

Reza menyeringai kecil, “Pertanyaan yang tepat saat seseorang mau pergi harusnya bukan kenapa, tapi ke mana. Hey, kamu sedih ya, aku mau pergi?”

Aura menelan ludah, “Aku baru saja mau bertanya ke mana setelah kamu menjawab kenapa.” Malas melihat wajah puas Reza, gadis itu kembali mencicipi kuah baso seusai meniup beberapa kali.

Reza tertawa, “Kasihan. Bukan kok, aku bukan pergi jauh nggak kembali seperti yang kamu cemaskan. Besok ada lomba iptek tingkat nasional di ibukota, sekolah mengutusku mengikuti lomba tersebut besok.”

Aura menoleh lagi, “Serius? Keren! Berapa hari?”

“Tiga hari. Kalau lama-lama, takut kamu kangen. Nanti galau lagi, bahaya.” Reza santai menggigit basonya. Ber-hah kepedesan.

“Dihh,” cibir Aura. “Lalu bagaimana dengan study tour? Masa kamu nggak ikut?”

Reza menggeleng, “Ikut kok. Nanti kasihan kalau kamu sendirian di sana, jomblo, bakal aku temani kok.”

Aura tidak menggubris kalimat lelucon Reza. “Study tour kan tiga hari lagi. Nanti pas kamu masih di sana, yang lain sudah pada berangkat. Ketinggalan, dong.”

“Jangan khawatir, wali kelas siap mengantarku ke sana sehabis lombanya usai. Priviledge, khusus untukku.” Reza menyatukan ibu jari dan telunjuknya di dagu, bergaya sombong.

Meski sudah ditahan, Aura tetap tersenyum melihatnya. Dia malah sedikit terkekeh akibat tingkah Reza yang konyol.

Reza dan Aura merupakan peraih peringkat pertama dan kedua paralel seangkatan. Bayangkan betapa senang Ibu mendengar kabar tersebut. Apalagi khusus untuk ketiga besar murid peringkat paralel, biaya study tour digratiskan. Mereka hanya perlu membawa uang saku jika ingin membeli sesuatu.

♦♦♦

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
HEARTBURN
345      250     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
5522      1407     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
Ansos and Kokuhaku
2952      859     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...
Fairytale Love
532      367     4     
Short Story
Peri? Kata orang cuma ada didongeng. Tapi bagi Daffa peri ada di dunia nyata. Selain itu, peri ini juga mempunyai hati yang sangat baik.
FIREWORKS
365      258     1     
Fan Fiction
Semua orang pasti memiliki kisah sedih dan bahagia tersendiri yang membentuk sejarah kehidupan setiap orang. Sama halnya seperti Suhyon. Suhyon adalah seorang remaja berusia 12 tahun yang terlahir dari keluarga yang kurang bahagia. Orang tuanya selalu saja bertengkar. Mamanya hanya menyayangi kedua adiknya semata-mata karena Suhyon merupakan anak adopsi. Berbeda dengan papanya, ...
Antara Depok dan Jatinangor
278      177     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin × MahasiswiUI!Maria
My Rival Was Crazy
88      75     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
Secret’s
3454      1156     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Hello Goodbye, Mr. Tsundere
790      577     2     
Romance
Ulya tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Natan di kampus. Natan adalah panggilan kesayangan Ulya untuk seorang cowok cool, jenius, dan anti sosial Hide Nataneo. Ketika para siswa di SMU Hibaraki memanggilnya, Hide, Ulya malah lain sendiri. Ulya yakin si cowok misterius dan Tsundere ini punya sisi lain yang menakjubkan. Hingga suatu hari, seorang wanita paruh baya bertopi fedora beludru...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
95      81     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.