Seorang gadis tengah berlari mengejar seekor kelinci yang tengah berlarian kesana kemari. Terlihat raut bahagia dari wajah gadis itu. Meski dress berwarna biru laut yang ia kenakan harus kotor terkena lumpur taman yang disebabkan oleh hujan. Meski begitu sama sekali tak membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya.
Dari kejauhan seorang laki-laki datang dengan membawa dua buah es krim di masing-masing tangannya. "Hey, stop it baby. Kamu ngapain?." laki-laki itu mengerutkan kening heran melihat penampilan gadisnya.
"Kelincinya kabur." Adu gadis itu pada pemuda yang baru saja datang.
Laki-laki itu terkekeh, "Kita bisa beli lagi. Kamu ngga perlu kejar dia sampe kayak gitu."
"Tapi aku mau yang itu, Ken." Katanya sembari memajukan bibir bawahnya.
Laki-laki yang di panggil Ken itu, menempelkan es krim pada bibir gadisnya, "Don't do it, if you don't want me to bite"
Gadis itu terkejut, "Apa? Ya udah tinggal gigit aja es krim mu sendiri." Katanya sembari memakan es krim miliknya.
"Not ice cream, but your lips." Ujarnya, membuat gadis itu seketika tersedak.
"Kamu gila?." Cibir gadis itu. Diam-diam wajahnya tengah bersemu merah karena menahan malu.
Ken terkekeh, ia merapikan rambut gadisnya yang berantakan lantaran sebelumnya berlari-larian mengejar kelinci, "You're beautiful, Adira." Pujinya.
"Aku tau." Jawab Adira singkat.
"Iya, kamu selalu cantik." Ujarnya dengan nada suara pelan.
Adira mengerutkan kening, "Kenapa, Kenzo? Ada masalah?."
Kenzo mendengus, "Ada, My friend bilang mereka mau coba ambil kamu dari aku. Kamu ngga akan mau sama mereka kan? Kamu ngga akan tinggalin aku kan? why are you so beautiful? you almost drive me crazy." Ujarnya kesal sendiri.
Adira terkekeh, "So cute." kemudian ia mencubit pipi pemuda itu, "Aku kan ada di sini emangnya mau pergi kemana?."
"Kamu bilang mau balik ke Indonesia minggu ini." Sahut laki-laki itu.
"Oh iya aku berangkat lusa." Ujar Adira.
"Boleh aku ikut?." Pinta Kenzo sembari menunjukkan tampang melas.
"No." Sahut Adira.
"Why?."
"Nothing, cuma aku ngga mau kamu ikut." Jawab Adira asal.
"Why?." Ia kembali bertanya.
"Aku ngga mau ada yang ganggu."
"Oh gitu, jadi kamu merasa terganggu sama aku? Oke fine." Pemuda itu memberi jarak di antara mereka.
"Nice, bisa mundur lagi?."
"What?." Kenzo menatap tak percaya.
"Mundur dikit." Pinta Adira lagi.
Dengan terpaksa laki-laki itu mundur beberapa langkah ke belakang. "Nice, soalnya gantengnya kelewatan."
Kenzo melirik Adira sekilas, "Dih."
Adira memeluk lengan pemuda itu, "Baby, Aku lapar. Kamu mau makan?."
"Iya, i want to eat you."
"Hey, stop it. Aku aduin papa mau?"
"Silahkan."
"Pap–" Kenzo membekap mulut gadis itu.
"S*alan." Adira mendorong tubuh Kenzo, "I will kill you." Ancamnya sembari berlari masuk ke dalam rumah.
Laki-laki itu menatap gadisnya yang tengah berlari ke dalam rumah. Setelah itu ia memegang sudut bibirnya sambil mengukir senyum, "Sangat manis, and i like it."
Dia Kenzo, salah satu teman Adira di Singapura. Dia berasal dari Indonesia tapi menetap ke Singapura. Sejak pertemuan pertama mereka laki-laki itu selalu mengikuti Adira kemanapun gadis itu pergi. Pada awalnya Adira merasa tidak nyaman dengan kehadiran Kenzo. Namun semakin lama karena terbiasa dan lagi pula hanya Kenzo satu-satunya orang yang mau berteman dengan Adira akhirnya mereka menjadi dekat. Hingga akhirnya mereka menjalin hubungan. Dan hari ini adalah tepat satu tahun mereka menjalin hubungan.
Selain tampan Kenzo juga sosok yang humoris. Ia selalu berusaha membuat orang-orang yang berada di sekitarnya merasa nyaman. Bahkan Tio yang notabennya orang yang kaku bisa dengan mudah dekat dengan Kenzo. Lagi pula tidak ada salahnya belajar menghargai orang yang mencintai kita. Dengan begini Adira belajar bahwa lebih baik memiliki seseorang yang mencintai kita dibandingkan orang yang kita cintai. Tapi akan lebih baik jika keduanya saling mencintai.
***
"Kak Daniel apa kabar?." Tanya Adira pada Daniel. Saat ini mereka tengah melakukan panggilan Video.
"Baik, lo gimana?."
"Baik juga."
"Bagus, jaga kesehatan ya. Lo udah prepare?." Tanya Daniel
Adira menggeleng, "Belum sih, besok aja lah. Lagian berangkatnya juga masih lusa."
"Prepare dulu sana, biar nanti lo tinggal berangkat." Suruh Daniel, karena tau adiknya ini pasti akan ribut sendiri nantinya.
"Santai aja lah." Jawab Adira.
"Nanti sebelum take off jangan kebanyakan minum ya. Usahain sarapan dulu. Lo mau gue beliin apa? Lo lebih suka buah mangga apa apel? Lo–"
"Pelan-pelan kali bro nanyanya, kasian dia bingung." Tiba-tiba Kenzo duduk disebelah Adira.
"Woy Ken, gimana kuliah lo lancar?."
"Of course, kebetulan ini gue lagi libur."
"Oh ya? Kenapa ngga sekalian ikut ke Indonesia nanti kita hiking."
"Bo–"
"Ken." Adira melotot pada laki-laki itu.
Kenzo mendengus, "Ngga boleh sama ibu negara."
Daniel terkekeh, "Kenapa ngga boleh?."
"Tanyain lah ke orangnya."
Adira menghela napas, "Aku cuma takut kamu ngga bisa menyesuaikan diri di lingkungan sana."
"Masa sih, bukan karena mau ketemu Naufal kan?." Ceplos Daniel.
"Naufal? Naufal siapa?." Tanya Kenzo penasaran
"Bukan siapa-siapa." Ralat Adira cepat.
"Dia cinta pertama Adira. Naufal juga jadi tokoh utama di buku Adira." Jelas Daniel.
Adira membelalak, "See you, kak Daniel" Gadis itu segera menutup layar laptopnya.
"Kamu mau pancake?." Tawar Adira.
"Yang di bilang Daniel bener?."
"Yang apa?."
"Tentang Naufal."
Adira menghela napas, kemudian mengangguk pelan, "Tapi aku ke Indonesia bukan mau nemuin dia, serius."
Terlihat ada rasa kecewa dari tatapan mata Kenzo "Aku mau pulang. have fun." Ia mengusap rambut gadisnya. Meskipun sedang tidak baik-baik saja ia tetap menunjukkan kasih sayang pada Adira. Baru saja Kenzo akan keluar Adira menahan tangannya.
"Kamu marah?." Tanya Adira. Kenzo menggeleng.
"Lalu?."
"Aku cuma iri sama Naufal. Dia bisa kamu cintai dengan sedemikian rupa bahkan dipertemuan pertama kalian. Sedangkan aku harus berjuang dulu baru akhirnya kamu mau nerima aku." Aku Kenzo.
Adira tersenyum, "Tapi kamu ngga gagal kayak aku kan? Pada akhirnya aku mau nerima kamu meskipun itu butuh waktu. Sedangkan Naufal sama sekali ngga pernah melihat ke arahku, Ken."
"Adira, kamu suka Naufal?." Tanya Kenzo tiba-tiba.
"Iya, tapi itu dulu. dia cuma bagian masa lalu yang hanya bisa aku tulis dalam sebuah buku. Sedangkan kamu adalah seseorang yang figurnya ada di sini dan bisa aku genggam. Saat ini bagi orang Naufal itu cuma tokoh fiksi. Dan kamu ngga mungkin iri sama tokoh fiksi kan?."
Kenzo tersenyum, "Naufal pasti nyesel karena ngga pilih kamu dan ngga pernah bisa milikin kamu."
Adira balik tersenyum, "Aku lebih beruntung punya kamu, Ken." Kenzo tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Jadi mau ikut ke Indonesia? Jawab cepat sebelum aku berubah pikiran."
"Mau." Jawab Kenzo cepat.
Adira terkekeh, "Kamu lucu banget, boleh aku peluk?."
Tanpa banyak bicara Kenzo segera membawa kekasihnya ke dalam pelukannya, "I love you, Adira. I love you so much, and i love you more."
"I know."
***
Gadis itu menyeret kopernya di koridor bandara. Semua mata sedari tadi tengah menatap ke arahnya. Lebih tepatnya ke arah laki-laki tinggi yang berdiri di sebelahnya. Dari awal ia sudah menduga bahwa Lelaki yang berada disampingnya ini pasti akan menjadi pusat perhatian. Karena selain tinggi ia juga tampan. Bahkan bisa di bilang lebih dari Arion. Ngomong-ngomong soal Arion, Adira sama sekali tidak pernah mendengar lagi kabar tentang laki-laki itu semenjak kejadian waktu itu.
"Adira." Panggilan itu menarik perhatian Adira. Ia kenal dengan baik suara orang itu.
"Nasya." Teriak Adira tak kalah kencang. Kenzo sampai diam-diam terkekeh melihat tingkah kekasihnya.
Kedua orang itu kemudian saling berpelukan, "Jangan lama-lama." Peringat Kenzo.
Nasya mengernyit, "Dia?."
"Kenzo." Jawab Adira sembari tersenyum.
"Oh gue inget, yang kata lo kayak buronan karena ada dimana-mana?." Celetuk Nasya
Kenzo menunjukkan reaksi tidak mengerti, "Hah?."
Adira menepuk dahinya, "Apa sih, aku ngga pernah bilang gitu." Ujar Adira sambil menarik Nasya menjauh dari Kenzo.
"Mama apa kabar?." Gadis itu memeluk Sinta dengan sangat erat.
"Mama baik, kamu jadi kurusan ya, Adira." Puji Sinta.
Adira tersenyum, "Dokter minta aku jaga pola makan" Katanya.
"Syukurlah, Adira bahagia?."
Adira mengangguk cepat, "Bahagia karena sekarang aku bisa ketemu mama dan hidup bareng kalian." Sinta tersenyum.
Kemudian giliran Daniel memeluk Adira, "Lo makin cantik." Puji Daniel.
Adira tersenyum, "Kak Daniel baru sadar?."
"Ya." Sahut Daniel.
Terdengar suara dehaman seseorang, "Pacar gue emang cantik sih." Sindir Kenzo. "Tapi ya jangan lama-lama juga."
"Sirik amat sih loh, gue ketemu dia setahun sekali, ya suka-suka gue."
Kenzo mendecih, "Cih."
Daniel menatap Kenzo dari atas hingga bawah, "Lumayan sih, tapi sayang akhlaknya minus."
"Lo lupa tinggi kita beda? Gue bisa aja lempar lo dari sini." Ancam Kenzo.
"Lo lupa gue kakaknya Adira? Emang lo berani?." Daniel tak mau kalah.
"Lo mah kecil." Ejek Kenzo.
"Udah." Adira menengahi, "kalian ngga di video call di real ribut terus. Aku sampe pusing"
"Maaf." Ujar Kenzo.
"Ngga gue maafin." Sahut Daniel.
"Ngga ada yang minta maaf sama lo."
Adira kembali memijat pangkal hidungnya. Hingga seruan dari Rey mampu menarik perhatian mereka semua.
"Adira ada yang nyariin lo."
Gadis itu tertegun kala seorang laki-laki tengah berjalan mendekatinya. Untuk kesekian kalinya jantungnya kembali berdetak dengan ritme tidak normal. Bukan karena takut atau sebagainya. Hanya saja ia tidak menyangka mereka akan bertemu di sini.
"Kak Naufal." Panggil Adira.
Laki-laki itu tersenyum, senyum yang dulu selalu ia harapkan akan ditunjukkan padanya, "Selamat atas buku baru lo." Katanya. "Gue udah baca, dan lo keren." Kemudian mereka saling berjabat tangan.
Kenzo hendak mendekat tapi tangannya ditahan oleh Daniel, "Biarin mereka ngobrol."
"Thanks, karena waktu itu lo minta gue buat terus kejar mimpi gue. Gue selalu inget kata-kata itu sampe akhirnya gue bisa berdiri di sini dengan cita-cita yang selalu gue impikan selama ini, sebagai pilot." Ujar Naufal.
Adira tersenyum "Aku seneng dengar itu."
"Sorry, karena sikap gue pada saat itu terlalu cuek." Ujar Naufal.
Adira mengangguk, "Kak Naufal tau? Sekarang aku ngerti kenapa sikap kakak kayak gitu. Kak Naufal cuma ngga mau aku terlalu berharap sampai pada akhirnya aku jatuh sama ekspetasiku sendiri. Makasih untuk itu."
Naufal tersenyum, ia tak menyangka gadis yang baru ia temui beberapa tahun lalu kini sudah berubah dengan sedemikian rupa. Gadis yang sebelumnya selalu heboh kala menemuinya kini menjadi sosok yang dewasa dan lebih tenang. Sejujurnya tanpa Naufal sadari ia juga belajar banyak dari Adira. Saat ini ia menjadi sosok yang lebih hangat dibandingkan sebelumnya.