Kinara tidak peduli yang ia tahu sekarang adalah bagaimana bisa kabur dari pertarungan. Berbalik, berlari secepat-cepatnya. Ia tidak percaya. Bahwa dirinya telah diawasi sangat lama oleh pemimpin gadis itu? Untuk apa dirinya diawasi? Apa ini ada hubungannya dengan dirinya?
Kinara menggeleng."Enggak! Enggak mungkin!"
Srikandhi mengedumel. Tidak terima bila ditinggal kabur oleh Spirit-nya."Dasar Pengguna enggak berguna! Aku beneran ditinggal sendirian di sini dan apa? Aku disuruh melawan mereka?!"
"Dayita, bagaimana sekarang?" tanya Sarnapeka, melayang ke arahnya.
"Jangan pedulikan gadis mungil itu. Kamu langsung saja mengejar gadis tadi," jawab Dayita.
Sarnapeka menurut. Melayang melesat melewati Srikandhi. Dia berusaha mengejar Kinara. Srikandhi menoleh."Jangan bilang kalau yang diincar itu adalah Spirit-ku?!"
"Dasar gadis bodoh. Tubuh kecil, tapi enggak bisa melindungi Spirit-mu!"
"Enak saja! Kalau begitu, aku akan melawanmu nanti!" Srikandhi berbalik melayang, melesat menyusul Spirit-nya. Dia melihat Lakon cantik itu mendekati Kinara. Kinara sendiri masih berusaha kabur. "Waduh, aku terkejar!" Srikandhi mengeluarkan sihir airnya, akan melindunginya, tidak jadi karena Arjuna menerjang Sarnapeka dengan sihir apinya.
"Lho?!"
Kinara melanjutkan aksi larinya hingga menabrak Orion. Orion menangkapnya agar tubuhnya tidak oleng.
"Aduh!"
Kinara mendongak. Menatap Orion. Pipinya seketika semburat merah."Ah, O-Orion..." katanya gelagapan.
"Kamu baik-baik saja?"
"I-iya, aku baik-baik saja..."
"Kelihatannya kamu diincar."
"Memang aku diincar... Tapi, aku enggak tahu kenapa mereka mengincarku..."
Sihir api yang dilontarkan Arjuna sukses mengenai lengan dan gaun Sarnapeka. Gadis itu terpekik kesakitan.
"Jangan menganggu Nona Kinara!"
Tangannya yang terbakar sedikit demi sedikit kembali beregenerasi sendiri dengan sihir penyembuhan yang dimilikinya.
"Tangannya yang terbakar beregenerasi?"
"Wah, saya akui kamu kuat. Sayangnya, dengan sihirmu itu, enggak ada gunanya bagiku," kata Sarnapeka."Serahkan gadis yang ada bersama kalian itu padaku."
"Untuk apa menginginkan Kina?" sahut Orion tajam.
"Ini perintah tahu! Berikan dia, atau kalian bisa menghindari serangan cakarku ini!"
"Enggak, aku enggak akan memberikan Kina padamu! Arjuna!"
Arjuna melesat maju. Tubuhnya berubah menjadi setengah mecha. Melesatkan sihir apinya kembali Sarnapeka berputar dengan luwes menghindari sihir api Arjuna. Arjuna, melesatkan tangannya membentuk kepalan tanpa disangka, kepalannya dihentikan Sanarpeka dengan menggunakan tangannya. Dia berbalik menyerang Arjuna. Bibirnya menggumankan sesuatu,"Tinju
Bumi."
Cakarnya membentuk sebuah kepalan seperti kepalan metalik. Di sekelilingnya dipenuhi retakan jalan.
Arjuna melotot."Sihir tanah?!"
Melesatkan satu pukulan ke wajah Arjuna suara seperti buk keras terdengar. Dia pun terpental menjauh hingga menabrak sebuah tiang kokoh di belakangnya menjadi penyok.
"Arjuna!"
"Dasar Lakon payah!" ejek Sarnapeka. Mengalihkan pandangan ke arah mereka berdua."Kamu, kalau mencoba untuk menolak sekali lagi, cowok di sebelahmu akan mati," ancamnya.
"Tenang, Kina. Kamu tetaplah bersamaku. Dia hanya mengancam."
"Aku tahu. Tapi, Srikandhi belum nongol juga. Apa dia ditangkap sama Spirit-nya?"
"Entahlah. Kita harus waspada. Aku merasakan sihirnya yang kuat. Dia bukan Lakon biasa," Orion merasakan daya sihir dalam diri Sarnapeka.
Kinara melepas pelukannya. Tidak ada pilihan lain.
"Kamu mau ke mana?"
"Aku akan mengalihkan perhatiannya," katanya.
"Apa?"
"Aku memang enggak tahu apa-apa soal Spirit dan Lakon. Tapi, seenggaknya aku harus melakukan sesuatu." Menatap Sarnapeka tanpa takut."Baiklah, aku akan ikut denganmu."
Sarnapeka tersenyum.
"Bagus. Kemarilah," pintanya.
"Tapi itu nanti, setelah apa yang aku lakukan," katanya berlari lalu tangannya membentuk sebuah kepalan. Melesatkannya ke wajah cantik Sarnapeka.
Buuk!
Seperti adegan yang diulang. Kinara memukul wajah Sarnapeka dengan sekuat tenaga.
Buuk!
Sarnapeka melayang beberapa meter, limbung ke jalan. Orion tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Gadis ini diam-diam ternyata kuat!
Sarnapeka bangun perlahan. Sudah dua kali dia limbung hanya karena dua gadis? Tidak bisa diterimanya,"Apa yang kamu lakukan?!"
"Aku hanya memukulmu saja," memerlihatkan tangannya yang bergambal simbol bunga. Tanda itu bersinar terang."Srikandhi!"
Gadis yang dipanggilnya datang, mengeluarkan sihir airnya. Sihirnya membentuk ombak yang sedang berlogak layaknya sedang menari."Fastener Wave Dance!" Sihirnya langsung mengikat Sarnapeka dengan kuatnya.
"Ap-ugh!!"
Srikandhi menggenggam tangannya. Dengan satu genggaman, Lakon milik Marlena itu terpekik kesakitan layaknya iblis yang sedang dipenggal oleh pemburu iblis. Sihir air-nya mengikat hingga sang musuh tidak bisa lagi lolos dan tubuh Sarnapeka perlahan remuk membentuk cahaya merah diiringi jerit kesakitan.
Orion bergidik ngeri melihat pemandangan di depannya. Dua gadis. Dua gadis yang ternyata di luar nalar sama-sama kuat. Jeritan kesakitan dari Sarnapeka lambat laun sirna, sinar kemerahan berubah menjadi sebuah bola sihir. Bola sihir itu pun dihisap ke tubuh Srikandhi. Bila ada Lakon yang kalah maka Lakon yang berhasil menang akan mengambil sihirnya dengan cara mengisapnya. Kejadian berlangsung dengan cepat, mereka pun kembali ke apartemen Kinara. Seperti dugaan Kinara, ternyata di sekitar kompleks apartemen, para penghuni sengaja di sihir dengan sihir Pengikat oleh Marlena. Naasnya, Marlena tewas seketika di tempatnya karena setelah Kinara memanggil pihak kepolisian, ada sebuah luka. Tampak mirip luka gigitan. Bukan karena digigit, melainkan gadis itu terkena sebuah kutukan di lehernya seperti sebuah lambang berbentuk bulan sabit hitam. Tubuhnya seperti hangus terbakar. Orion berspesikulasi bahwa Marlena terkena kutukan yang mengikatnya. Para Polisi Sihir membawa ke rumah sakit untuk ditinjak lanjuti. Semua penghuni apartemen Kinara ditanyai satu per satu oleh Polisi Shir. Tidak ada kecurigaan saat salah di antara mereka melihat Srikandhi yang bisa dilihat oleh Manusia dalam wujud normalnya. Bersikap biasa saja di depan manusia.
"Kejadiannya sore hari. Dan ditemukan di hari itu juga," kata polisi mencatat di buku catatan yang dibawa.
"Benar, Pak," kata Kinara.
"Yang menemukannya adalah Nona Kecil ini." Polisi Sihir itu seperti bergumam."Aneh. Belum ada kasus seperti ini. Apalagi hangus tanpa diketahui."
Itu karena kutukan tahu, batin Srikandhi.
Setelah para polisi itu pergi, mereka bisa bernapas lega. Sementara di kamar bawah, Arjuna belum sasarkan diri. Setiap Lakon, dengan sendirinya bisa beregenerasi sendiri. Karena setiap dari Lakon memiloki sihir penyembuhan.
"Akhirnya, selesai juga!" Kinara merebahkan dirinya di atas sofa."Aku enggak tahu terjadinya seperti ini," katanya."Kalau kulihat, Lakon tadi itu adalah Lakon buatan..."
"Bukan buatan. Tapi dianya memang sudah terikat dengan Sihir
Pengikat," timpal Orion."Tanda itu aku pernah diceritakan oleh kakak, bahwa tanda itu adalah tanda pengikat yang bisa saja palsu atau enggak menuruti seseorang itu sendiri, akan berakibat layaknya kutukan."
"Serem, ya!" Srikandhi bergidik."Yapi, beda simbol seperti yang ada pada kalian."
"Memang beda. Jadi, sebenarnya aku ini diincar? Tapi, buat apa coba?"
"Itu yang jadi permasalahannya," kata Orion."Untuk apa kamu diincar dengan mereka?"
"Aku enggak tahu."
"Untuk itu kita harus menyelidikinya. Mungkin saja keluargamu dulu ada hubungannya dengan mereka."
"Tapi, aku merasa apa kejadian barusan itu seperti enggak adil,
deh..."
"Enggak adil?"
Kinara bangun, memeluk lututnya. "Apa kita sebagai Pengguna akan berakibat seperti itu?"
"Enggaklah. Kita enggak mungkin seperti itu. Kalau ada simbol bulan sabit hitam, mungkin kita berakibat kayak tadi."
"Aku takut," kata Kinara."Aku tahu aku diincar..."
"Tenang, Kinara. Ada aku yang akan melindungimu," Srikandhi meraih camilamnya tadi, memakannya."Uh, esnya sudah mencair. Buatin lagi, Orion."
"Habisin dulu minumannya. Nanti aku buatin lagi," kata Orion."Kamu juga mau dibuatin?"
Kinara merasa tidak semangat. Mengangguk pelan. Kembali merosotkan badannya ke sofa.