Pesantren Daarul Yunus
22 Oktober
"Cepet-cepet nanti telat!"
Teman-teman sekamarnya sudah sibuk sejak subuh tadi, mereka antusias menyambut hari ini. Selain hari ini libur belajar, santri disini juga akan nobar (nonton bareng), beberapa santri di sebagian ekskul pun akan tampil untuk meramaikan hari ini.
Haura keluar lebih dulu, gadis itu sama sekali tak memperdulikan teman-teman sekamarnya. Cut, Ily, dan Farah sudah mulai terbiasa dengan sikap Haura yang berubah itu, padahal sebelumnya mereka selalu bersama-sama keluar kamar.
"Ayo-ayo!" Cut menunggu Ily dan Farah yang masih merapikan hijab putih mereka.
Ily menghampiri Cut diambang pintu, disusul Farah. Mereka beriringan turun dari asrama Fatimah binti Muhammad, menuju lapangan pesantren. Sebelum kegiatan menyenangkan lainnya, para santri harus upacara terlebih dahulu untuk memperingati Hari Santri.
"Tapi aku belum hapal lagu Mars Santri ituuu," tutur Farah sedikit cemas. Mereka mulai mempercepat langkah karena terlihat sudah ramai di lapangan.
"Udah aman, kamu ditengah-tengah kami aja nanti." Cut menatap Farah sekilas kemudian kembali menatap kedepan.
Farah hanya manggut-manggut. Memperhatikan sekelilingnya yang sudah ramai, semua santri dikumpulkan di lapangan untuk upacara bersama. Biasanya gadis itu mengikuti upacara Hari Santri Nasional sebagai siswa sekolah, sekarang ia mengikuti upacara itu sebagai seorang santri sungguhan
"Hei Farah nak kemane?" Ily sedikit berteriak memanggil Farah.
Farah menoleh kebelakang, "Mau baris," jawabnya santai.
"Sinilah baris tempat perempuan, itu barisan lelaki!" Ily menepuk dahinya.
Farah membulatkan matanya, ia langsung berlari kecil menghampiri Ily dan Cut. Pantas saja ia mendapat tatapan aneh dari beberapa laki-laki disana, kenapa ia selalu salah tempat disana sejak awal masuk, aneh.
Hampir genap satu bulan Farah berada di pesantren itu. Karakternya pun mulai berubah, dia lebih menjaga batasan dengan laki-laki sesuai peraturan yang ada disana. Meskipun mereka bisa bertemu dalam berbagai hal, tapi tetap saja ada batasan yang tidak boleh dilewati, atau mereka akan menerima sanksi dari pesantren.
Semua santri laki-laki melaksanakan upacara dengan menggunakan sarung dan berkopiah. Santri perempuan memakai baju seragam sekolah dan jilbab persegi putih yang cukup besar. Kini mereka telah mengambil posisi berbaris dengan rapih.
Upacara dimulai, semua mengikutinya dengan khidmat. Seperti upacara pada umumnya, peringatan Hari Santri Nasional juga diisi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan Mars Hari Santri Nasional. Kedua lagu ini dinyanyikan penuh semangat oleh para peserta upacara dalam pelaksanaan Hari Santri Nasional.
Hari Santri tanggal 22 Oktober merupakan babak baru dalam sejarah umat Islam Indonesia dan merupakan bukti pengakuan negara atas jasa-jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Akhirnya, upacara selesai. Semua santri bubar meninggalkan lapangan. Begitupun dengan Farah, Ily, dan Cut yang beriringan menuju asrama. Mereka tidak melihat Haura selama proses upacara berlangsung, mungkin gadis itu mengambil barisan yang jauh dari mereka.
"Farah, kamu ikut organisasi apa?" tanya Cut saat mereka berjalan menuju asrama.
"Ga ada, aku males." Farah menatap Cut sekilas, kemudian menatap kearah depan kembali.
"Why?" Ily yang berada disamping kiri Farah menatapnya.
"Gini, setiap organisasi itu dipegang sama ketua asrama, dan ketua asramanya itu bakalan sering pantau semua organisasi, ga peduli mau ekskul cewek atau cowok asalkan tau aturannya," kata Farah sambil memperhatikan sekelilingnya.
"So?" tanya Cut tak mengerti.
"Aku males aja ketemu sama ketua asrama, tau sendiri ketua asrama Ikhwan itu si Abhi, kalau kami makin deket ntar si Haura salah paham lagi." Farah memutar bola matanya jengah.
"Farah!"
Suara itu membuat Farah, Cut, dan Ily menoleh kebelakang. Menatap seseorang yang sedikit berlari kearah mereka.
"Ada apa?" Farah menatap pria dihadapannya.
"Kami kekurangan orang untuk bantu acara hari ini, kamu bisa bantu, kan?" Abhi menatap Farah.
"Bukannya anggota kamu banyak, apa masih kurang?" tanya Cut.
"Iya. Tapi acara kali ini sama kayak sebelum-sebelumnya, digabung perempuan sama laki-laki. Jadi anggota yang laki-laki nyiapkan barang-barang yang lain, kami butuh dua anggota perempuan lagi."
Ketiga gadis itu saling tatap, kemudian kembali menatap Abhi dihadapan mereka.
"Biar Cut sama Ily aja yang bantu kamu," kata Farah.
"Eh ga bisa Farah, aku nanti tampil mewakili ekskul pencak silat." Cut menatap Farah.
Farah menghela nafas. "Kamu, Ly?" tanyanya pada Ilyana yang sejak tadi hanya diam.
"A-aku nanti tampil juga di kamar asrama bareng kasur sama bantal." Ily menunjukkan deretan giginya.
Cut tertawa mendengar alasan Ily. Abhi menggelengkan kepalanya. Farah menepuk dahinya.
"Udah ga ada alasan apa-apa lagi, Farah sama Ily ayo ikut aku sekarang, kita harus nyiapin semuanya secepatnya!" Abhi menatap mereka bergiliran.
Pria itu kini berlalu dari hadapan mereka, tanpa mendapat persetujuan dari Farah dan Ily. Keduanya saling tatap dan sama-sama terdiam.
"Selamat bekerja... Daaaa!!" Cut melambaikan tangan sambil tertawa kecil kearah Farah dan Ily yang masih mematung dipijakannya.
Farah menghela nafas. "Ayo, Ly." Gadis itu berjalan kearah lapangan kembali.
Ily hanya mengikuti langkah Farah yang berjalan dihadapannya, dengan rasa malas. Tampak di lapangan sudah ramai, ada yang membentang terpal, mengangkat meja, memungut sampah, dan ada yang hanya diam sambil mengatur disana.
"Kita ngapain?" Bisik Ily pada Farah.
"Ga tau."
"Farah, Ily, kalian bantu bentang terpal untuk bagian Akhwat, ya!" Kata Abhi saat melihat kedua gadis itu hanya berdiri diam disana.
Mereka mengangguk, kemudian mengambil terpal biru yang masih terlipat diatas rerumputan. Farah dan Ily mengembangkan terpal itu, meletakkannya dibagian kanan lapangan. Membuat jarak antara terpal perempuan dan laki-laki, kira-kira satu sampai dua meter.
"Udah kan gini doang, yuk balik!"
Kedua gadis itu hendak pergi darisana setelah merasa pekerjaannya selesai. Namun langkah mereka terhenti saat Abhi memanggil keduanya.
"Kalian berdua nanti pastiin semua santri di asrama Fatimah binti Muhammad udah turun kelapangan, ga ada lagi yang berkeliaran!" Perintah Abhi.
"Berkeliaran, kamu kira kebo apa berkeliaran segala!" Komentar Farah. Seperti biasanya.
Abhi tersenyum kecil mendengar penuturan Farah barusan.
"Untuk asrama yang lain itu tugas mereka, kalian berdua fokus sama satu asrama aja." Abhi menunjuk beberapa santri perempuan lainnya.
"Sekarang udah bisa disuruh turun kelapangan, udah siap semua, nih." Abhi memonitor sekelilingnya.
Farah dan Ily mengangguk, berjalan ke asrama Fatimah untuk melaksanakan perintah dari Abhi.
"Farah kamu panggil yang dibawah aja, ya? Biar aku yang di lantai atas." Ily menoleh pada Farah.
Farah mengangguk. Mereka kemudian menjalankan tugasnya, memeriksa setiap kamar memastikan tidak ada orang didalamnya. Jika ada, mereka akan segera menyuruhnya untuk berkumpul di lapangan.
Beberapa menit kemudian, Haura turun dari lantai atas dengan tatapan tajamnya menatap Farah. Selang beberapa menit kemudian, Ily tampak menuruni anak tangga. Gadis itu berjalan menghampiri Farah.
"Farah, saya nak bicara sebentar," tutur Ily dengan raut wajah serius.
"Farah, Ily, ayo segera ke lapangan, acaranya udah mau dimulai!" Pekik Abhi dari jauh.
Farah mengangguk, kemudian menarik tangan Ily untuk berjalan bersamanya ke lapangan pesantren.
"Kamu tadi mau ngomong apa?" tanya Farah yang teringat bahwa Ily ingin membicarakan sesuatu padanya.
Ily tampak bingung. "Nanti saja." Gadis itu mencoba menyamai langkahnya dengan Farah.
♡♡♡