You are my happiness
And you always going to be the one for me.
—Ardhito Pramono, Fine Today
• • •
"JANGAN khawatir. Liat mataku, tatap mata Alfred, tatap mata Alfred, tatap ... tatap ...."
Alfred melotot, memparodikan peran Ojan seperti pada acara televisi komedi Sketsa Trans TV. Jika sudah di depan Zoe, sikap begonya sungguh liar. Entah kenapa ketika berbincang dengan Zoe, mampu meluruhkan semua beban pikiran. Masih dengan perasaan yang sama dari dulu sampai sekarang, Alfred berusaha untuk meminimalisir kesalahpahaman dan tidak mau memunculkan konflik. Seperti sekarang, daripada memilih marah-marah dan menunjukan ketidaksukaannya atas interaksi Zoe dengan Adit, lebih baik Alfred membahagiakan Zoe-nya. Memangnya siapa Alfred sampai membatasi dunia sosial Zoe?
Sayangnya, kali ini candaan Alfred tidak berhasil membuat Zoe tertawa. Raut kecewa tertuang pada wajah Zoe. Di tempatnya Alfred bergeming, memalingkan wajah dari layar laptop.
"Al, can we be serious now?"
Muncul kerutan di dahi Alfred, kenapa mendadak situasi obrolan menjadi sangat menegangkan? Tatapan tajam Zoe sulit ditebak.
"Yes, of course. So, let's talk."
"Dia cuma kakak Sephia."
"Yang itu aku udah tau, lalu?"
"Mau gimana pun juga kamu tetap pemenangnya. Stop being jealous, you are the only one."
Tak bisa dipungkiri, hati Alfred melunak dengan ucapan Zoe barusan. "Kamu juga, Letta cuma tetangga seberang rumah, dia juga punya pacar. You're the only person I've been waiting for, Honey."
Di sana Zoe tertawa, matanya menyipit.
Ya Tuhan, Zoe memang cantik.
"Kamu baik-baik aja?"
Tangan Alfred yang baru menjangkau secangkir kopi yang berada dekat laptop berhenti di udara, mengurungkan untuk menyeruput. Lelaki itu mengembalikan lagi secangkir kopi seperti posisi semula. Pertanyaan mudah Zoe kenapa sulit sekali Alfred jawab, mulutnya tidak bisa terbuka seolah ada rem perekat di sana.
Selayaknya orang dewasa yang menyuruh anak kecil berkata jujur tapi dirinya justru senang berbohong, analogi itu pantas dinobatkan pada Alfred. Lelaki berkacamata itu menjawab, "Baik, kok."
Tidak mungkin juga Alfred menceritakan betapa kesalnya ia dengan Ale yang sampai sekarang sulit dihubungi, Alfred tidak mau menambah beban pikiran Zoe. Kalau saja bukan karena bakat Ale dan orang pertama yang menawarkan diri ingin bergabung bersama Alfred, mana mau Alfred menerima Ale sebagai sohibnya. Alfred sangat membutuhkan Ale untuk festival musik besok, namun Ale masih susah diperintah, seorang drummer band Petrikor yang satu itu terlalu menggampangkan acara besok. Yang artinya juga, Ale menggampangkan mimpi Alfred.
Tanpa sepengetahuan Pramana, Hugo, Ben, Alfred bahkan sudah mengelilingi Jakarta sepulang gladi bersih sore tadi untuk mencari Ale. Menghubungi lagi kedua orang tua Ale, bertanya pada Babeh Yamin karena warung pojoknya dekat indekos Ale siapa tahu pernah melihatnya keluar atau pergi, namun sayang Babeh Yamin juga tidak melihat batang hidung Ale.
Meski Hugo sudah mengingatkan Alfred agar tidak sering dipikirkan karena tabiat buruk Ale yang satu itu seolah menjadi hal lumrah di antara anggota band Petrikor yang lain, tetap saja Alfred merasa was-was. Alfred merasa aneh, rasa khawatirnya berbeda. Alfred merasa jika akhir-akhir ini Ale seperti menghindari sesuatu, entah apa.
"Besok ya harinya? Semoga dilancarin. Aku percaya sama kemampuan kamu. Semangat ya, Sayang!"
"Zoe," panggil Alfred. Zoe bergumam, mendekatkan wajah pada layar, gesturnya menunjukkan siap untuk mendengarkan ucapan Alfred berikutnya. "Aku takut."
Zoe tertegun, selama mengenal Alfred, tidak sekali pun Alfred berani menyatakan bagaimana perasaan dia yang sebenarnya. Lelaki itu biasanya lebih menunjukkan raut wajah yang dengan mahir Zoe langsung bisa menebaknya.
"Kamu ini kayak anak kecil yang mau disuntik aja pake takut segala."
"Aku takut buat besok, aku takut kal-"
"Besok untuk pertama kalinya, kamu berhasil membuat Popo merasa bangga menyaksikan Om Alfred-nya bernyanyi di atas panggung yang keren," jeda Zoe. Perempuan itu lantas menempelkan telapak tangan pada layar laptop, tanpa disuruh pun Alfred melakukan hal yang sama. Mereka, Alfred dan Zoe, saling membagikan energi positif.
"Mau di atas panggung atau nggak, kamu tetap seorang penyanyi terkenal bagi Zoe Zetta."