Satu bulan kemudian…
“Aku hampir menyerah,” keluh Emma sambil merebahkan tubuhnya di atas rumput.
“Sabar Emma, siapa suruh kau ambil pelajaran seni patung,” ejek Theo yang langsung menerima pukulan di bahu dari Emma.
Saat ini, Tory, Emma, dan Theo sedang duduk-duduk di bawah pohon tepatnya di taman utama Franco University seperti yang biasa mereka lakukan sepulang sekolah. Sejak tadi Emma masih sibuk mengukir tugas membuat patungnya. Kali ini ia sudah sampai di bagian telapak tangan. Theo berlatih memainkan saxophone-nya sedangkan Tory masih sibuk menyelesaikan essay dengan laptopnya. Sudah sebulan berlalu dan karena Tory sibuk mempersiapkan karyanya untuk Athena Exhibit, ia jadi banyak ketinggalan mengerjakan tuga-tugasnya. Seperti hari ini, Tory harus menyelesaikan essay dengan tenggat waktu malam ini.
“Ini adalah kedua kalinya aku membuat sebuah tangan,” keluh Emma sambil memandangi karya pahatannya.
“Ya kan kau tidak bisa hanya membuat sebelah saja,” komentar Tory geli.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja setelah ini? Anggap saja sebagai selingan,” ajak Theo sambil meletakan saxophone-nya. Baik Emma maupun Tory langsung menggeleng cepat.
“Kau tidak lihat aku masih sibuk membuat tangan-tangan tengkorak ini?” ujar Emma sambil bangkit duduk dan menatap Theo tidak percaya.
“Aku juga tidak bisa, setelah ini aku ada pertemuan dengan Juno,” tambah Tory membuat Theo mendengus kesal.
“Kau semakin dekat dengannya dan meninggalkan kita,” komentar Theo dengan gaya dramatisnya.
“Siapa yang meninggalkan kalian? Lagipula waktu kompetisi sebentar lagi dan aku belum menyelesaikan semuanya,” jawab Tory berusaha membela diri.
“Kau benar kalau yang satu itu Theo,” tambah Emma membuat Tory menatap cewek itu tidak percaya.
“Eh, menurutku Tory beruntung banget bisa dekat dengan Juno, yang ku dengar Juno tidak pernah mau menjadi tutor sebelumnya, Tory adalah yang pertama,” ujar Theo sedangkan Emma langsung mengangguk setuju.
“Ah aku sangat iri denganmu,” Emma menyenggol bahu Tory dengan sengaja membuat Tory sedikit kesal.
“Untuk apa iri, lagipula ia juga hanya menjadi tutorku tidak lebih,”
“Tapi…, kau bilang setiap pagi memasak sarapan untuknya kan?” bisik Emma sedangkan Tory langsung menutup laptopnya.
“Hanya beberapa kali, Juno selalu berangkat pagi-pagi sekali jadi dia jarang sarapan,” jelas Tory membuat Emma dan Theo mengangguk-angguk paham.
“Tetap saja kau beruntung Ry, punya tetangga seperti Juno dan dia jadi tutormu! Astaga aku masih tidak percaya sampai sekarang!” seru Theo membuat Tory hanya menggelengkan kepalanya.
Sejujurnya ia memang merasa beruntung karena Juno benar-benar membantunya dalam menyelesaikan karyanya. Selain itu ia juga menghabiskan waktu banyak bersama Juno selama sebulan ini. Juno benar-benar membuatnya belajar banyak hal tentang melukis, membuat Tory menjadi semakin mengenal Juno.
“Sebenarnya aku penasaran akan satu hal,” ucap Tory spontan langsung menarik perhatian kedua temannya yang selalu ingin tau. “Beberapa kali saat Juno membantuku, ia selalu pergi mendadak bersama Prim,” ucap Tory
Theo dan Emma saling pandang bingung. “Maksudmu Primrose?”
Tory mengangguk mengiyakan.
“Ah tunggu dulu,” Theo langsung membuka ponselnya dan mencari sesuatu. Emma dan Tory yang penasaran langsung bergeser untuk melihat ke dalam ponsel Theo juga.
Diantara mereka bertiga, Theo memang selalu menjadi sumber informasi yang sangat valid. Sehingga Tory dan Emma tidak akan meragukannya.
“Ini dia coba lihat! Kenapa aku melupakan hal ini,” Theo menunjukan akun instagram Prim. Ini adalah pertama kalinya Tory melihat akun instagram Prim.
“Juno dan Prim berteman sejak kecil dan sepertinya mereka memang pacaran,” jelas Theo. Foto itu menunjukan Juno yang mengenakan jas hitam dengan Prim mengenakan gaun biru dengan kue ulang tahun di tangannya.
“Hah? Bukankah gosipnya Juno tidak mau berpacaran karena super duper sibuk?” Emma tidak setuju.
Tory juga mengangguk setuju walaupun dalam hati ia sedikit ragu dan percaya kalau Theo ada benarnya. Prim beberapa kali pernah datang saat Juno sedang membantu Tory di studio seni. Mereka terlihat sangat dekat.
“Itu benar, Juno memberitahuku kalau tidak ada hubungan apapun antara mereka,” tambah Tory.
“Dan kau percaya akan hal itu?” tanya Theo sambil menoleh ke arah Tory.
Tory terlihat berpikir sejenak kemudian mengangguk. “Tentu karena aku juga tidak peduli akan hal itu,”
Theo dan Emma hanya saling pandang geli.
Tory menatap mereka dengan heran. “Ada apa?”
“Tory…, apa kau menyukai Juno?”
Tory melonjak kaget. “Tentu saja tidak, kau bicara apa,” Tory kembali membuka laptopnya.
Namun baik Theo dan Emma sama-sama tertawa dan tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk menggoda Tory.
“Aku serius, seperti yang kalian katakan, aku sudah beruntung bahwa Juno mau menjadi tutorku, dan aku nggak mau merusak kesempatan ini,” jelas Tory masih berusaha sabar. Walaupun dalam sekarang jantungnya berdegup kencang.
“Kalau begitu kenapa wajahmu merah,” ucap Theo sambil tersenyum jahil ke arah Tory.
Tory langsung melotot ke arah Theo.
“Atau jangan-jangan bukan kau yang menyukainya Ry tapi…,” Emma menoleh ke arah Theo dengan tatapan kaget.
Mata Theo melebar seolah-olah ia tau apa yang dipikirkan Emma. “Juno yang menyukaimu!”
“Sssttt,” Spontan Tory langsung menyuruh Theo untuk diam apalagi saat cowok itu berkata cukup keras, membuat beberapa orang disitu menoleh ke arah mereka. “Jangan bicara sembarangan Theo, sudah aku harus pergi sekarang,” Tory menutup laptop dan membereskan barang-barangnya ke dalam tas.
“Eh mau kemana Ry?” tanya Emma langsung.
“Aku ada janji dengan Juno lima menit lagi,” Tory bangkit berdiri.
Emma dan Theo langsung berpandangan geli.
“Janji untuk melanjutkan proyek,” tambah Tory sebelum kedua temannya itu mulai berbicara yang macam-macam. Kemudian ia langsung berjalan pergi menuju gedung kesenian Da Vinci.
Tory mempercepat langkahnya karena ia baru sadar kalau ia sudah terlambat. Membuat Juno menunggu bukanlah ide yang baik. Tory mendapatkan pesan dari Juno. Pasti cowok itu sudah menunggu. Sedikit gelisah Tory tidak sadar kalau di depannya ada Megan yang juga sibuk melihat ponselnya. Tanpa sengaja Tory menabrak Megan.
“Ah maafkan aku,”
“Kau bisa jalan yang benar tidak?!” bentak Megan langsung membuat Tory bingung. Karena ia hanya menabrak cewek itu sedikit. Megan tidak sendirian melainkan bersama beberapa temannya yang ikut menatap Tory sebal.
“Iya maafkan aku, aku tidak sengaja-”
Setelah itu Megan langsung melewati Tory dengan menabrak bahunya lebih keras.
“Pecundang sebaiknya kau pergi saja,”
Tory berbalik menatap Megan dengan kesal. Cewek itu bahkan tidak menoleh lagi ke arahnya. Sejujurnya Tory sudah memendam rasa kesalnya pada Megan selama sebulan ini. Megan terus-terusan mencari masalah dengan melakukan hal-hal menyebalkan seperti menumpahkan cat di kelas seni, menabrak saat Tory berjalan di koridor, bahkan mengucapkan kata-kata meremehkan lainnya.
“Sebaiknya kau berhenti kalau tidak bisa bersaing secara sehat,” ucap Tory lantang membuat Megan menghentikan langkahnya. Kali ini Tory memang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Megan berbalik dan berjalan menghampiri Tory. Seperti biasa, Megan menatap Tory sinis. “Secara sehat? Kau bahkan melakukan segala cara untuk bisa menang dariku,” ucap Megan.
Tory sedikit bingung. “Apa yang kau bicarakan?”
Megan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, seolah-olah Tory melontarkan pertanyaan yang konyol. “Jangan sok polos, semua orang juga tau bagaimana kau caramu membuat Juno mau menjadi tutormu,” jawab Megan membuat Tory tersentak kaget.
Jadi ini soal Juno?
“Aku tidak tau apa yang kau bicarakan, tapi aku tidak mau mencari masalah dengan mu,” balas Tory tidak kalah tajam.
Megan sedikit terkejut. Mungkin ia tidak menyangka kalau Tory akan terpancing dengan kata-katanya. “Siapa juga yang ingin mencari masalah dengan cewek murahan seperti mu,”
Kali ini Tory benar-benar kaget. Atas dasar apa Megan menyebutnya cewek murahan?! Apa sebegitu tidak bisa dipercayanya kalau senior seperti Juno memang mau membantu Tory dengan sukarela?!
“Jaga kata-katamu Megan,” Untungnya Tory masih punya kesadaran untung menahan emosinya.
Namun Megan hanya tertawa meremehkan. Beberapa siswa yang lewat di koridor bahkan sampai menghentikan langkahnya. Seolah-olah mereka mengharapkan tontonan seru.
“Jaga kata-kataku? Bukankah aku benar? Hei Tory…, apa yang kau berikan sampai Juno mau menjadi tutormu kalau bukan karena fakta bahwa kau menggodanya,” bisik Megan.
Tory hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Ternyata masih ada orang-orang seperti Megan yang hobi memfitnah seperti ini.
“Kau cewek murahan yang tinggal di Seattle dengan orangtua angkatmu. Biar kutanya sekali lagi, apa yang terjadi dengan kedua orang tua kandungmu hah?”
Kali ini Tory benar-benar tidak bisa menahan emosinya. Entah bagaimana Megan bisa tau tentang hal itu, mengingat Tory belum pernah memberitahu siapapun tentang masa lalunya. Bahkan Emma dan dan Theo juga tidak tau.
Karena sudah emosi, Tory langsung mendorong Megan. Entah mengapa membawa orang tuanya membuat Tory sangat emosi. Megan juga langsung menjambak rambut Tory dengan ganas. Mereka pun terlibat dalam perkelahian heboh. Tory pernah belajar bela diri sehingga mengatasi cewek manja seperti Megan tidak terlalu berat buatnya.
***
“Aku tidak percaya kalian berkelahi di koridor!” sentak Ms.Lydia saat Megan dan Tory sedang berada di kantornya. Keduanya sama-sama bungkam. Setelah sempat berkelahi heboh akhirnya seseorang melerai mereka dan Ms.Lydia langsung menyuruh keduanya menghadap di kantornya.
“Aku bisa mengeluarkan kalian dari acara Athena Exhibit,”
Baik Megan maupun Tory sama-sama terkejut. “Tapi kau tidak bisa mengeluarkanku dari acara ini!” ujar Megan langsung terlihat tidak terima.
Ms.Lydia yang masih terlihat marah menatap keduanya bergantian.
“Aku belum selesai bicara Megan, kau masih diberi kesempatan selama kau tidak membuat masalah seperti tadi lagi,” lanjut Ms.Lydia yang langsung mendapatkan protes dari Megan.
“Bukan aku yang memulainya-”
“Sudah diam! Atau aku akan berubah pikiran!” sentak Ms.Lydia tegas membuat Megan langsung bungkam. “Megan kau sudah bisa keluar,” ucap Ms.Lydia.
Megan langsung keluar tanpa lupa menunjukan tatapan sinis pada Tory.
“Ms.Lydia maafkan aku tapi aku tidak mau mundur dari kompetisi ini,” ucap Tory langsung saat Megan sudah keluar. Sejak perkelahiannya dengan Megan, Tory sangat menyesal. Karena emosi sesaat membuatnya dikeluarkan dari kompetisi.
Ms.Lydia menatap Tory lekat-lekat dan menggeleng pelan. “Maafkan aku Tory, ini sudah keputusan dan juga konsekuensi atas pelanggaran yang kau lakukan-”
“Tapi kau membiarkan Megan tetap bisa ikut kompetisi?” potong Tory karena merasa tidak adil.
“Aku juga ingin mempertahankanmu di kompetisi Tory, karena kau memang memiliki potensi dan aku percaya padamu. Namun faktanya kau yang memulai perkelahian terlebih dahulu,”
Tory langsung menggeleng tidak setuju. Ia bisa merasakan air mata sudah mau mengalir. “Megan yang memulai duluan Ms, dia memfitnah saya dan mengucapkan banyak hal buruk,” jelas Tory dengan tegas.
Ms.Lydia menghela nafas dalam-dalam dan menyentuh tangan Tory.
“Dengarkan aku Tory, kau sangat berbakat dan aku tidak bohong akan hal itu. Bahkan kalau boleh jujur kau jauh diatas Megan. Orang-orang seperti Megan selalu mengatakan hal buruk seperti itu hanya karena mereka ingin merusakmu. Dalam dunia seni hal seperti ini tidak bisa dihindari. Aku pernah ada di posisimu, dimana usaha kita tidak pernah dihargai sedangkan hanya mereka dengan latar belakang besar yang selalu dibenarkan,” ucap Ms.Lydia terdengar tulus.
“Kau beruntung universitas tidak mengeluarkan kamu dan hanya memberi surat peringatan. Masih banyak kompetisi yang akan kau hadapi, Athena Exhibit bukan satu-satunya peluang,” lanjut Ms Lydia dan Tory hanya bisa mengangguk pasrah. Kata-kata Ms.Lydia memang ada benarnya. Tory juga salah karena terpancing emosi oleh Megan. Seharusnya ia bisa bersikap lebih dewasa.
“Datanglah setiap kau butuh bantuan Tory,” ucap Ms.Lydia sebelum Tory keluar dari ruangannya.
Tory mengangguk pelan dan langsung keluar. Ia mengusap air matanya. Menangis tidak akan bisa mengembalikannya ke dalam kompetisi. Semua yang ia kerjakan telah sia-sia selama sebulan ini.
“Tory…,”
Juno sudah berdiri di hadapan Tory membuat cewek itu sangat terkejut. Apakah cowok itu sudah menunggu di luar sejak tadi?
“Apa yang terjadi? Kudengar kau bertengkar dengan Megan?” Pertanyaan Juno menyadarkan Tory dari lamunannya ia langsung buru-buru menggeleng.
“Maafkan aku Juno, tapi sepertinya aku telah membuang-buang waktumu selama ini,” jawab Tory pelan membuat Juno semakin bingung. “Aku dikeluarkan dari acara Athena Exhibit…, seperti yang kau bilang aku belum siap dan semua ini salahku sendiri,” Tory yang masih merasa bersalah hendak melewati Juno namun cowok itu menahan pergelangan tangannya.
“Tunggu dulu, coba jelaskan apa yang terjadi?” tanya Juno lagi. Juno terlihat khawatir apalagi saat ia melihat Tory habis menangis.
Tory terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. “Tidak ada penjelasan lagi, Ms.Lydia mengeluarkanku dan aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi,”
“Megan juga dikeluarkan?” tanya Juno langsung.
Tory hanya menggeleng pelan. Sejujurnya ia masih merasa tidak adil namun mengingat perkataan Ms.Lydia, Tory hanya bisa menerimanya.
“Kalau begitu ini tidak adil, aku akan coba bicara dengan-” Juno hendak masuk ke dalam ruangan Ms.Lydia namun ditahan oleh Tory.
“Lupakan, Ms.Lydia bilang masih banyak kesempatan lain, lagipula aku yang memulai pertengkarannya,” Tory mengangkat wajahnya sambil tersenyum ke arah Juno. Tentu saja hal itu tidak benar.
Juno menghela nafas panjang dan menyentuh kedua bahu Tory. “Aku tidak percaya akan hal itu, aku yakin Megan yang memancingmu terlebih dahulu,” ucap Juno yang memang tidak salah.
Tory tidak mau memperpanjang masalah sehingga ia langsung menyingkirkan tangan Juno. “Aku tidak mau kau ikut terlibat Juno, lagi pula aku baik-baik saja,”
Dalam hati Juno masih tidak yakin. Juno tau kalau Tory menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
***
Oliviere…
“Aku baik-baik saja Em, terimakasih sudah menanyakan keadaanku,” ucap Tory yang saat ini sedang berada di Oliviere.
Setelah tau bahwa Tory dikeluarkan dari acara Athena Exhibit, Emma dan Theo memang langsung mencari Tory. Sebenarnya hari ini bukanlah saatnya Tory bekerja namun karena ingin mengalihkan pikiran, Tory datang untuk membantu di kedai kopi.
“Kita harus melakukan sesuatu kan? Mungkin coba bicara dengan Ms.Lydia agar dia mengizinkanmu tetap ikut!” ujar Theo yang terlihat kesal sambil minum kopinya.
Emma mengangguk setuju. “Theo benar! Tidak adil kalau Megan tetap boleh ikut sedangkan kau tidak, faktanya dia yang mulai mencari masalah terlebih dahulu!” sambung Emma sama kesalnya.
“Percuma saja, tidak akan ada yang mempercayaiku. Lagipula kau tau posisi Megan, tidak ada yang berani membantahnya,” jelas Tory lagi yang langsung membungkam kedua temannya.
Emma dan Juno yang masih kesal juga merasa kasihan dengan Tory.
“Lalu bagaimana dengan Juno,”
“Aku sudah memberitahunya,” jawab Tory singkat.
Emma dan Theo hanya saling pandang bingung. Keduanya ingin sekali bisa membantu Tory namun mereka tidak tau caranya.
“Sudahlah, aku tidak mau membicarakan hal ini,” ucap Tory lagi.
“Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan agar kau bisa melupakannya?” tanya Emma karena ia tau Tory sangat kecewa karena ia sudah bekerja cukup keras selama kurang lebih satu bulan ini. Dan semuanya sia-sia.
“Benar juga! Atau kita bisa pergi ke pesta nanti malam di asrama,” jelas Theo
Emma langsung menoleh dengan heran.
“Pesta asrama yang diadakan nanti malam! Kau harus datang!” tambah Theo yang terlihat antusias.
“Oh pesta yang itu! Memangnya kita boleh datang?” tanya Emma dan Theo langsung mengangguk.
“Pesta ini diadakan oleh senior untuk menyambut musim dingin sekaligus siswa baru, kita jelas harus datang kan? Mengingat Tory sudah tidak sibuk mengerjakan apa-apa lagi sekarang!” jelas Theo langsung disetujui Emma.
“Maaf, tapi aku nggak bisa,” jawab Tory akhirnya.
Emma dan Theo langsung menatap Tory penuh harap. “Ayolah Tory, kau butuh bersenang-senang setelah sibuk sebulan ini, setidaknya kau bisa mencoba hal baru,” tambah Emma.
Tory menggeleng pelan. “Kalian pergilah dan bersenang-senang, aku harus tetap di Oliviere,”
“Jam berapa waktu bekerja mu selesai? Pestanya diadakan sampai tengah malam,” bujuk Theo lagi.
Tory melirik waktu di ponselnya. “Baiklah, aku akan datang setelah aku selesai disini,”
Emma dan Theo bersorak keras membuat Tory langsung menyuruh keduanya diam. Apalagi saat James dan beberapa pelanggan menoleh ke arah mereka.
“Jam berapa kau selesai? Nanti kami akan menjemputmu-”
“Tidak usah Theo, aku akan bertemu dengan kalian disana, aku selesai sekitar jam 8,” jelas Tory.
“Kau yakin?” tanya Emma sekali lagi memastikan.
Tory mengangguk.
Setelah mengobrol cukup lama. Emma dan Theo memutuskan untuk pulang sedangkan Tory masih harus bekerja. Sejujurnya Tory tidak dalam keadaan ingin berpesta, rasanya ia ingin pulang dan menghubungi bibi nya untung menceritakan semua kejadian hari ini. Namun di satu sisi ia juga ingin membuktikan kalau semuanya tidak berdampak besar dan membuatnya patah semangat. Terdengar suara dering di ponselnya.
Hai, aku hanya ingin menanyakan keadaanmu? Kalau kau mau bicara aku menunggumu di rumah -Juno
Setelah Juno menemuinya, Tory memang langsung pergi begitu saja dengan alasan ia harus segera bekerja di Oliviere. Tory memang merasa sangat bersalah pada Juno dan belum siap untuk bicara lagi dengannya. Ia merasa bersalah karena Juno juga sudah bekerja keras dengan meluangkan waktunya yang super sibuk untuk menjadi tutor Tory. Namun Tory telah mengecewakan cowok itu dan merusak semuanya. Hal ini membuat Tory sangat malu kalau harus berhadapan dengan Juno.
***
Sudah lebih dari tiga jam Tory belum menjawab pesannya. Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Juno memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. Saat ini ia sedang berada di mobil dan belum keluar sejak tadi.
Setelah Tory memberitahunya kalau ia dikeluarkan dari acara Athena Exhibit, cewek itu pergi begitu saja. Sebenarnya Juno juga sedikit kesal saat mengetahui hal itu. Ia ingin sekali protes kepada Ms.Lydia namun Tory melarangnya. Ia tidak ingin kalau Juno terlibat.
Juno merasa tidak bisa diam saja. Juno tau betul bagaimana Tory bekerja keras menyiapkan karya nya untuk dipamerkan dalam acara Athena Exhibit. Kemudian ponsel Juno berdering, ia langsung keluar dari mobil dan mengangkatnya.
“Iya aku sudah di luar,” ucap Juno langsung menutup panggilan dari Gale sahabatnya. Gale menyuruhnya untuk datang ke pesta musim dingin yang diadakan di asrama Franco University. Pesta ini memang tidak formal dan merupakan pesta yang sering diadakan oleh Gale. Awalnya Juno hendak menolak namun Gale memaksanya untuk datang dengan alasan kalau Juno sudah lama tidak bersenang-senang.
“Akhirnya tuan muda datang juga,” sambut Gale saat Juno masuk ke dalam ruang rekreasi asrama.
Suara musik terdengar sangat keras dan seperti pesta pada umumnya, banyak orang menari, mengobrol dan minum di situ.
“Aku tidak akan lama dan akan langsung pulang,” ucap Juno langsung.
“Apa? Kau tidak seru sekali, bukannya dulu kau suka berpesta dan minum sampai pagi? Lihat aku punya banyak orang yang ingin kuperkenalkan,” Gale langsung mengisyaratkan Juno untuk mengikutinya.
Banyak siswa yang hadir langsung terkejut melihat Juno. mereka tidak menyangka kalau Juno akan hadir di pesta malam itu. Gale memperkenalkan Juno pada teman-teman ceweknya.
Juno hanya menyapa mereka sekilas.
“Gale, aku hanya datang untuk mencari Prim,”
Gale terlihat bingung. “Prim? Aku tidak melihatnya sejak tadi,”
Juno mengecek ponselnya dan ia baru menerima pesan dari Prim. cewek itu bilang kalau ia lupa memberitahu Juno kalau ia ada urusan mendadak dan tidak jadi datang ke pesta.
Juno membalas pesan itu.
“Apa yang terjadi dengan kalian?” tanya Gale yang langsung.
Juno menggeleng. “Tidak ada, kami hanya sibuk dengan urusan masing-masing,” jelas Juno dan Gale hanya mengangguk paham.
“Kalau begitu aku tidak punya alasan lain untuk tetap di pesta ini,” ucap Juno hendak cabut namun dilarang oleh Gale.
“Ayolah Juno, jangan jadi seperti ini, setidaknya minumlah sedikit,” ajak Gale.
Juno sadar kalau sahabatnya ini sepertinya sedang mabuk berat.
“Nggak, aku menyetir,” tolak Juno dan tentu saja tidak didengar Gale.
“Sedikit saja Juno, kau nggak akan mabuk tenang saja,” ujar Gale lagi.
Akhirnya Juno menurutinya dan meminum seteguk.
Gale langsung bersorak senang sambil menepuk bahu Juno beberapa kali.
“Kalau begitu ceritakan sedikit, kenapa kau sering melewatkan pesta?” tanya Gale memulai pembicaraan.
“Aku sibuk kau tau,” jawab Juno cuek namun Gale masih belum puas.
“Sibuk menjadi tutor seorang junior?”
Juno menoleh ke arah Gale dengan heran.
Gale hanya mengangkat kedua bahunya dengan cuek. “Aku tau banyak hal Juno,”
Juno memutar bola matanya membuat Gale tertawa sambil merangkul sahabatnya itu dengan akrab.
“Kau harus mengurangi keteganganmu, setidaknya beritahu aku apa yang terjadi, kita masih bersahabat kan?” tanya Gale lagi.
Juno hanya diam dan meneguk minumannya.
Gale, Juno, dan Prim memang sudah bersahabat sejak mereka kecil orangtua mereka sama-sama memiliki kedudukan yang membuat mereka mengenal satu sama lain. Juno sudah menganggap Gale seperti saudaranya sendiri. Juno pun akhirnya menceritakan tentang apa yang terjadi dengan Tory. walaupun setengah mabuk Gale terus menyimak dan mengangguk sesekali.
“Kalau begitu kau tidak bisa diam saja kan?”
“Aku juga berpikir begitu, tapi aku tidak mau melakukannya kalau dia tidak mau,”
“Sebagai sahabatmu aku hanya ingin mengingatkan sesuatu,” ucap Gale membuat Juno heran. “Kau boleh terus mengkhawatirkan cewek bernama Tory ini. Tapi ingat kau punya Prim,”
Juno terkejut mendengar perkataan Gale. Sepertinya sahabatnya ini sudah benar-benar mabuk sehingga ia bicara tanpa berpikir. “Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku khawatir karena semuanya jelas tidak adil, mana bisa mereka membiarkan Megan tetap berpartisipasi hanya karena ayahnya donatur tetap universitas?” jelas Juno.
Gale mengangguk-angguk paham. “Baiklah-baiklah, aku tau maksudmu, hanya saja sebaiknya kau tidak ikut campur dalam urusan seperti ini,” tambah Gale sambil meneguk minumannya.
Juno masih memikirkan kata-kata Gale. Apa ia salah kalau mengkhawatirkan Tory?
Kemudian pandangang Juno jatuh pada seorang cewek yang terhuyung di ujung ruangan.
Tory?
Apa yang dilakukan cewek ini disini?
Karena Gale sibuk mengobrol dengan beberapa orang, Juno langsung berjalan untuk menghampiri Tory. Bukankah cewek itu bilang ia harus bekerja di kedai kopi? Lalu kenapa ia berada di pesta ini? Namun saat dihampiri ternyata cewek itu bukan Tory. Juno buru-buru meminta maaf saat sadar kalau ia salah orang.
Tidak mungkin ia melihat Tory disini.
***
Tory sudah tidak ingat lagi kenapa ia bisa tiba di tempat ini. Entah sudah berapa banyak minuman yang ditegukanya.
Emma langsung menyuruh Tory berhenti minum.
“Tenang aja Em, aku tidak minum banyak,” ucap Tory pada Emma yang terlihat khawatir. Apalagi saat Tory tiba di pesta ini lebih cepat dari Emma dan Theo. Padahal awalnya Tory bilang akan datang sekitar pukul 8.
“Astaga dimana Theo?” Emma mulai mencari-cari Theo karena cowok itu menghilang di antara kerumunan orang-orang yang sedang menari-nari.
“Sudah Em, tenang saja, sebentar lagi Theo juga akan kembali,” ucap Tory sambil tersenyum lebar. Saat ini ia sudah merasa tidak sedih lagi. Rasanya semuanya terlihat menyenangkan. Mungkin efek karena Tory minum sangat banyak.
“Hei kalian tidak mau menari?” Theo tiba-tiba muncul mengagetkan Emma.
“Theo!” tegurnya Emma. “Kau tidak lihat temanmu ini? Sebaiknya kita segera membawanya pulang!” bisik Emma pada Theo saat melihat hanya tertawa-tawa senang.
“Sudah lah, dia baik-baik saja, Tory membutuhkan ini,” jelas Theo dan Emma hanya menatapnya tidak setuju.
“Aku akan pulang, ayo Ry-” Emma menoleh dan tidak ada tanda-tanda Tory. Cewek itu sudah menghilang.
“Sepertinya ia hilang dikerumunan, ayo kita cari,” ajak Theo dan Emma mengangguk.
Mereka berdua mendadak menjadi sedikit khawatir dengan keadaan Tory.
Theo dan Emma segera menyusuri setiap lorong dan ruang rekreasi asrama yang penuh dengan orang. Sepertinya semakin malam pesta ini semakin ramai. Beberapa kali Emma berusaha menghubungi Tory dengan ponselnya namun tidak ada jawaban.
“Apa menurutmu dia sudah pulang?” tanya Theo yang terlihat khawatir.
Emma hanya menatap Theo ragu.
Kemudian Theo menabrak seseorang. Baik Emma dan Theo sama-sama kaget saat mengenali orang itu.
“Eh, kalian teman-teman Tory kan?” tanya Juno langsung. Theo dan Emma saling pandang bingung dan mengangguk. Keduanya belum pernah berbicara langsung dengan Juno. Namun Juno mengenali mereka karena pernah melihat Tory beberapa kali bersantai bersama mereka di taman utama kampus.
“Ah iya, hmm, apa kau melihat Tory?” tanya Emma langsung saat sudah kembali sadar.
Juno mengerutkan alisnya. “Tory ada disini?”
Theo mengangguk. “Tadi dia bersama kami sebelum menghilang,”
“Menghilang? Apa maksudmu?” tanya Juno bingung.
Emma menggaruk kepalanya karena bingung bagaimana harus menjelaskan. “Tory bilang tidak akan datang ke pesta ini tapi dia tiba-tiba datang, lalu ia juga minum sangat banyak,” jelas Emma dan Theo mengangguk.
Juno terlihat berpikir sejenak. “Kalau begitu aku akan membantu kalian mencarinya,” ucap Juno langsung. Mereka pun berpisah untuk mencari Tory.
***