BAB 5
Beberapa minggu telah berlalu. Hari ini Tory sedang menyelesaikan salah satu lukisannya di studio seni untuk penilaian bulanan. Ia sedang mengerjakannya bersama Emma yang duduk di sebelah Tory. Beberapa siswa juga terlihat sibuk menyelesaikan lukisan mereka, termasuk Theo yang duduk di meja belakang mereka. Sejak tadi Tory masih sibuk mengoleskan cat dengan hati-hati ke lukisan nya yangsdahampir selesai.
“Psstt.” bisik Emma memanggil Tory. “Nanti kita ke cafetaria ya,” bisik Emma,
Tory mengangguk.
Kemudian Megan yang duduk di depan Emma menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal sebelum ia kembali pada lukisannya.
Kelas hari ini memang harus fokus sehingga tidak boleh membuat suara sedikit pun yang mengganggu siswa lainnya. Emma menoleh ke arah Tory tidak percaya sedangkan Tory mengisyaratkan Emma untuk mengabaikan Megan.
Tak lama kemudian kelas selesai dan Ms.Lydia dosen yang mengajar hari ini menyuruh semua siswa untuk keluar dan meninggalkan karya mereka di meja. “Untuk siswa yang saya panggil tinggal dulu sebentar karena saya ingin bicara, Megan Fitzgerald dan Victoria Rawles,”
Tory menghentikan langkahnya saat ia akan keluar bersama Emma dan Theo. Keduanya berpandangan bingung sebelum keluar kelas meninggalkan Tory. Seperti biasa Megan hanya menatap Tory dengan tatapan sinis dan meremehkan. Tory sendiri tidak akan membiarkan Megan mencuri perhatiannya.
“Baiklah, saya hanya ingin memberitahu mengenai pameran tahunan mahasiswa baru Athena Exhibit. Mungkin beberapa dari kalian sudah mendengar tentang acara yang akan diadakan dua bulan lagi. Disini saya telah memilih kalian berdua untuk menampilkan karya kalian sebagai perwakilan kelas saya,” baik Megan maupun Tory sama-sama terkejut mendengar penjelasan Ms.Lydia.
“Mulai besok kalian bisa mulai mengerjakan dan saya mau update-nya setiap minggu. Dan ingat ini projek besar, kalian tidak bisa hanya membuat satu lukisan saja. Kalian harus fokus kedalam tema. Acara ini juga sebagai kompetisi,” sambung Ms.Lydia.
Dalam hati Tory bersorak senang, ia tidak percaya kalau ia dipilih sebagai pengisi dalam acara Athena Exhibit tahun ini. Tentu saja ia sangat tidak sabar sekaligus sedikit ragu. Karena sebenarnya Tory belum pernah mengikuti ajang seperti ini apalagi berkompetisi.
Setelah berterimakasih, Tory dan Megan langsung keluar dari kelas. Tory langsung memikirkan konsep apa yang akan ia kerjakan, ia mulai bingung. Namun tiba-tiba saja Megan menahan pergelangan tangan Tory untuk menghentikannya. Tory sedikit terkejut.
Megan menatap Tory tajam sebelum berkata, “Aku tau kau tidak punya pengalaman dalam hal ini, dan asal kau tau aku sudah menyiapkan diri untuk kompetisi ini sejak lama, jadi jangan berharap banyak ataupun berusaha menghalangiku,” ucap Megan dengan tatapan sinis.
Tory melipat tangannya di dada dan menatap Megan dengan tatapan yang sama. “Kau pikir aku peduli? Siapa juga yang akan menghalangimu?” balas Tory.
Megan tertawa meremehkan. Matanya menelusuri Tory dari ujung kaki hingga kepala. Jujur saja Tory sudah mulai muak dengan sikap meremehkan yang selalu ditampakan Megan dalam satu bulan ini. Seolah-olah Tory pernah berbuat salah padanya.
“Kau boleh berlagak sombong sekarang, tapi asal kau tau saja. Athena Exhibit bukan hanya sekedar sketsa atau bermain dengan cat dan kuas,” setelah berkata demikian Megan mengibaskan rambutnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Tory.
Tory menghela nafas panjang masih berusaha untuk sabar. Ia bertekad untuk membuktikan kemampuannya agar Megan tidak terus meremehkannya.
***
“Kau dan Megan?”
Tory mengiyakan pertanyaan Emma. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan Tory sedang bekerja di Olivier. Kedai tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pelanggan termasuk Emma dan Theo yang mampir untuk membeli kopi dan kue.
“Kalau begitu kau telah resmi menjadi saingan berat Megan,” ucap Theo sambil memakan kuenya.
Emma menyenggol bahu Theo mengisyaratkannya untuk diam.
“Sepertinya Theo benar,” ucap Tory dan sedang berdiri di belakang bar masih sibuk merapikan kue yang ada di etalase. “Aku bahkan tidak punya ide harus membuat apa,” sambung Tory. Ternyata menemukan ide untuk pameran yang besar sangatlah sulit.
“Kau pasti akan menemukan ide yang bagus tenang saja Ry,” ucap Emma seperti biasa selalu tau saat yang tepat untuk menghibur.
“Entahlah, aku masih punya waktu satu minggu, tapi terimakasih Em,” Tory tersenyum ke arah Emma yang langsung mengangguk puas.
“Tapi untuk acara sebesar Athena Exhibit, mungkin kau membutuhkan sedikit bantuan, hmm… seperti tutor,”
Megan menoleh ke arah Theo. “Tutor?”
Theo mengangguk mengiyakan. “Setahuku tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian sebagai siswa baru, kau membutuhkan bantuan senior. Aku yakin Megan juga memiliki beberapa tutor yang akan membantunya di acara Athena Exhibit ini,” jelas Theo membuat Tory menghentikan aktivitasnya dan berpikir sejenak.
Siapa yang bisa kujadikan tutor?
“Bagaimana dengan Juno? Bukannya kau dekat dengannya?” seru Emma langsung.
“Tidak juga, sejak terakhir kali ia mengajakku ke toko peralatan seni itu, aku hanya bertemu dengannya beberapa kali saat akan berangkat ke kampus. Kau tau kan dia sangat sibuk,” jawab Tory yang sekarang mulai merapikan gula dan krimer di bar.
“Memang benar juga,” gumam Emma.
“Dan setahuku dia belum pernah menjadi tutor,” tambah Theo sambil mengisyaratkan Tory dan Emma untuk mendekat karena ia ingin membisikan sesuatu. “Katanya…, Juno paling nggak suka kalau harus membantu projek orang lain apalagi adik kelas,”
Mungkin tidak sulit menerima hal itu kalau Tory belum benar-benar mengenal Juno. Tapi pada kenyataannya, Tory merasa kalau gosip tentang Juno yang selama ini di dengarnya terkadang tidak sepenuhnya benar.
“Ah, tapi Juno mau membantu Tory kok, mungkin saja dia memang pilih-pilih! Tory kan sangat berbakat, karena siapa juga yang mau menjadi tutor orang yang payah,” seru Emma.
Theo melotot ke arahnya. “Ya kan aku cuma bilang, bisa saja aku salah dan mungkin saja Juno mau menjadi tutor Tory,”
Emma hanya menjulurkan lidahnya ke arah Theo, membuat cowok itu semakin melotot kesal. Tory buru-buru melerai kedua temannya itu sebelum mereka lanjut berargumen.
“Aku tidak akan meminta Juno menjadi tutorku, karena dia super sibuk dan aku nggak mau mengganggu,” ucap Tory membuat Emma dan Theo diam. “Lagi pula aku masih harus mencari konsep terlebih dahulu,” sambung Tory.
“Aku yakin kau bisa Ry,” Theo menepuk-nepuk bahu Tory.
Tory tersenyum dan mengangguk. “Terima Kasih Theo,”
“Yah! Sekarang baru mulai mendukung Tory! Dari mana saja kau!” semprot Emma lagi.
“Eh! Aku memang mendukung Tory ya!” balas Theo tidak terima. Mereka pun mulai terlibat adu argumen lagi, membuat Tory sedikit kesulitan melerai mereka.
***
Sudah dua jam berlalu sejak Tory duduk dibawah pohon taman Franco University, ia belum juga menemukan ide. Ide untuk acara Athena Exhibit. Ada kemauan untuk mengundurkan diri dalam hati Tory. Karena ia merasa belum siap dan semuanya terlalu cepat. Baru sekitar dua bulan Tory mulai belajar di Franco University, dia tidak mungkin langsung mengikuti kompetisi tahunan ini. Berbeda dengan Megan, yang sudah berkompetisi dalam seni sepanjang hidupnya. Tory mendengus kesal dan melempar gumpalan kertas yang berisikan ide yang telah ia tulis ke dalam tasnya.
Emma dan Theo memang memiliki jadwal yang berbeda dengannya, sehingga Tory memutuskan siang ini untuk mencari ide. Tory menyandarkan tubuhnya di pohon dan menutup matanya sejenak. Hari ini cuaca tidak terlalu dingin. Oleh karena itu ia memilih duduk di taman. Beberapa siswa juga terlihat duduk-duduk di atas rumput untuk mengerjakan tugas atau sekedar mengobrol. Andaikan Tory punya ide yang bagus. Ia tidak mau mundur dan mengecewakan Ms.Lydia.
“Sedang apa kau bermalas-malasan disini,”
Tory membuka mata dan mendapati Juno sudah berdiri di hadapannya. Tory sungguh tidak mengira kalau akan bertemu dengan Juno hari ini. Juno juga tidak memakai mantelnya. Hari ini menggunakan kaus putih dengan kemeja hitam celana jeans dan rambut hitam diikat begitu saja kebelakang. Benar-benar penampilan yang sangat berbeda dengan Juno yang biasa Tory lihat. Mungkin cowok itu juga menyadari kalau cuaca hari cukup hangat. Juno membawa tas ransel hitam di bahu kanan, serta kamera digital di tangan kirinya. Sepertinya cowok itu baru saja selesai kelas fotografi.
“Aku tidak bermalas-malasan tau,” jawab Tory.
Juno memutuskan untuk duduk di samping Tory membuat cewek itu terkejut.
“Maaf, tapi ini adalah tempatku,” ucap Juno sebelum Tory mengucapkan sepatah katapun.
Tory melihat sekitar. “Taman ini luas, ada banyak tempat,”
“Jadi kau mengusirku?”
“Bukan begitu, maksudku, ah sudahlah lupakan saja,” Tory mendengus kesal sambil meraih buku catatannya.
Juno hanya tersenyum kecil sambil meneguk air mineral dari tasnya.
“Kalau begitu apa yang sedang kau kerjakan?” Tanya Juno.
Tory masih memikirkan apa ia akan memberitahu Juno atau tidak. Akhirnya ia pun memberitahukan soal Ms.Lydia yang memilihnya menjadi perwakilan dalam ajang pameran dan kompetisi Athena Exhibit dua bulan lagi. Juno masih menyimak dan tidak berkomentar apa-apa setelah mendengar penjelasan Tory.
“Ya…, jadi begitu saja, aku masih nggak tau apa yang harus ku buat, padahal Ms.Lydia minta perkembangannya setiap minggu,” sambung Tory lagi.
“Athena Exhibit memang ajang yang besar untuk mahasiswa baru disini, tapi sebenarnya tidak seberat itu,” ujar Juno.
Tory masih diam dalam pikirannya sendiri. Tidak terlalu besar buat Juno bukan berarti sama dengan Tory.
“Sepertinya aku akan mengundurkan diri,”
“Kenapa?”
Tory berpikir keras sebelum menjawab pertanyaan Juno. “Nggak tau, rasanya aku belum siap, aku belum pernah mengikuti kompetisi seni sebelumnya jadi aku tidak tau harus mulai dari mana,” ucap Tory sambil mulai mencoret-coret kertas di buku catatannya.
“Kau tidak bisa mundur, kalau kau mundur sekarang, semua orang akan menganggapmu pengecut,” komentar Juno santai membuat Tory menoleh ke arah Juno dengan heran. Tentu saja kata-kata cowok itu sedikit menyinggung, namun Tory juga tau kalau Juno tidak salah. Kalau ia mundur, entah apa yang akan dikatakan Megan padanya.
“Pikirkan saja terlebih dahulu. Minggu depan kan? Itu artinya kau punya banyak waktu mencari ide baru. Mungkin pergi ke suatu tempat itu akan membantu,” ucap Juno lagi. Mendadak Tory teringat kata-kata Theo kemarin.
“Kau bisa menjadi tutorku?”
“Apa?” Juno terlihat sedikit terkejut.
“Mereka bilang kita membutuhkan untuk mengikuti kompetisi seni yang pertama,” ujar Tory sambil menatap Juno penuh harap.
Juno langsung membuang muka dengan malas. “Aku tidak pernah mau menjadi tutor mahasiswa baru,”
“Kenapa? Bukankah kau senior paling berbakat?” tanya Tory heran.
Juno masih menatap Tory tidak enak. Ia masih memikirkan cara untuk menolak permintaan Tory. “Kau juga tau kan aku sibuk, kalau jadi tutor-mu yang ada kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari ku-”
“Nggak harus lama! Hanya memberi pendapat soal lukisan yang aku buat itu saja, tidak perlu ada pertemuan-pertemuan formal yang panjang,” ucap Tory lagi masih berusaha membujuk Juno.
Sebenarnya Tory tau kalau usahanya ini mungkin akan sia-sia seperti yang sudah diberitahu oleh Theo. Juno sama tidak pernah mau menjadi tutor. Namun dalam hati, Tory masih terus berharap kalau Juno mau membantunya.
Juno terlihat berpikir keras.
“Tolonglah, aku akan melakukan apapun yang kau suruh. Ah! Aku bisa membuatkan sarapan setiap hari untukmu, atau aku bisa membersihkan kamarmu yang terlihat berantakan itu,”
“Berantakan?”
Tory langsung menutup mulutnya. Ia tidak sadar kalau ia mengatakan hal itu tepat di depan Juno langsung. Tory memang beberapa kali melihat kamar Juno saat pintunya tidak sengaja terbuka. Kamarnya benar-benar seperti gudang dengan tumpukan kanvas, kain-kain putih yang menutupi lantai dan juga berbagai box-box yang tersebar di berbagai ruangan.
“Maksudku bukan berantakan, tapi…, ehm, aku bisa membersihkannya kalau kau mau, atau mencuci baju dan memasak, atau-”
Juno mengisyaratkan Tory untuk diam, cewek itu pun langsung mengangguk dalam diam. Sepertinya dibujuk dengan apapun Juno tidak akan mau menerima permintaan Tory.
Tory menghela nafas panjang dan hendak membereskan barang-barang nya ke dalam tas. “Maafkan aku, aku tau kau sibuk, tapi aku tidak kenal banyak senior saat ini, kau satu-satu nya yang pernah membantuku-”
“Baiklah,” ucap Juno tiba-ba membuat Tory tersentak kaget.
Apa aku tidak salah dengar?!
Juno mengangkat jari telunjuknya. “Tapi aku punya beberapa syarat yang harus kau patuhi,”
Tory mengangguk antusias. Apapun syaratnya, asalkan Juno mau menjadi tutornya.
“Pertama, aku mau kau serius dan menemukan ide mu terlebih dahulu. Tentu aku akan menilai dan kau harus menerima semua kritik ku tanpa banyak bertanya. Kedua, karena aku sibuk sekali, jadi kau yang harus bisa menyesuaikan jadwalmu denganku,” jelas Juno dan Tory langsung mengangguk setuju tanpa banyak tanya lagi. “Kalau begitu pertemuan pertama kita besok di studio gedung Da Vinci pukul 9 pagi, jangan terlambat,” Juno bangkit berdiri begitu pula dengan Tory.
“Baiklah, aku akan datang tepat waktu,”
Juno mengangguk dan hendak berlalu namun ditahan oleh Tory.
“Sebelumnya…, terimakasih banyak Juno,” ucap Tory sambil tersenyum ke arah Juno. sampai saat ini ia masih tidak percaya kalau Juno akan menyanggupi permintaannya. Juno sedikit terkejut namun ia hanya mengangguk sambil menepuk bahu Tory pelan.
“Kau harus temukan idemu dan memberitahu ku besok,”
***