Read More >>"> Bittersweet My Betty La Fea (BAB 19 GENG DRAMA BERGABUNG) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bittersweet My Betty La Fea
MENU
About Us  

"Aku yakin aku bisa, ini kesempatanku untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiranku. Kata-kata kadang bisa lebih ampuh dari senjata," pikirku saat Bu Endang menginfokan bahwa sekolah kami akan mengadakan pentas seni.

            Pentas seni di sekolahku biasanya diadakan setelah ujian kenaikan kelas berlangsung. Sedangkan hari ini merupakan hari terakhir ujian kenaikan kelas.

            Selain mendatangkan bintang tamu, setiap kelas wajib menampilkan wakilnya masing-masing untuk meramaikan pentas seni.

            Pada tahun-tahun sebelumnya, ada kelas yang menampilkan stand up comedy, ada yang menampilkan tari daerah, menyanyi, hingga berjoget ala boyband dan girlband Korea Selatan.

            Terlintas di pikiranku bahwa pentas seni ini bisa menjadi tempatku mengekpresikan unek-unek yang selama ini aku ingin ungkapkan mengenai perundungan sekolah.

            Masalah perundungan merupakan masalah yang serius namun sering terabaikan. Selain itu, mungkin kampanye ini khusus akan kupersembahkan untuk Mika sebagai permintaan maaf.

            "Tapi bagaimana ya mengampanyekannya? Duh masak iya presentasi ini kan pentas sekolah," pikirku keras.

            Setelah beberapa saat berpikir, munculah ide untuk mengkampanyekannya lewat drama. Terlintas kembali tugas drama sederhana pelajaran Bahasa Inggris yang gagal gara-gara Bobby berbulan-bulan lalu.

            "Saya Bu, saya mau mewakili kelas untuk mengisi acara pentas seni," kataku sambil melambaikan tangan ke atas.

            Suasana yang sebelumnya hening, kini berubah menjadi agak ramai. Maklum, saat seperti ini biasanya anak-anak tidak ada yang mau menawarkan diri untuk mengisi pentas seni, karena merasa kurang percaya diri.

            "Mau nampilin apa Rin," ujar Dedi.

            "Bu Endang, saya ingin menampilkan drama sederhana tentang bully di sekolah," kataku pada Bu Endang.

            "Saya akan mengumpulkan beberapa anak untuk ikut dalam pentas drama ini," jelasku.

            Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini aku cukup percaya diri hingga berani menawarkan diri.

            "Wah ide bagus itu, begini saja setelah kamu mengumpulkan semua anak yang akan ikut drama, nanti tolong laporan ke ibu ya, siapa tahu kita bisa latihan bersama," ujar Bu Endang.

            "Ini sudah hari terakhir ujian, lalu Pentas Seni diadakan dua minggu lagi, bagaimana waktunya apa memungkinkan?," tanya Bu Endang.

            "Saya kira cukup bu, saya akan berlatih dengan keras," kataku percaya diri.

            "Ya sudah kalau begitu ya, nanti segera laporan saya ya," ujar Bu Endang kemudian keluar kelas.

            Setelah Bu Endang keluar, kelas kami cukup ricuh, bertanya-tanya apa rencanaku. Sebagian dari mereka khawatir dan sudah berjaga-jaga untuk menolak ikut dalam pentas ini.

            Sebagian lain merasa tidak peduli dan bahkan senang, karena sudah ada orang yang dengan sukarela memikirkan penampilan untuk mewakili kelas kami.

            Aku sudah berencana mengajak kelompokku saat tugas Bahasa Inggris dahulu, yaitu Bobby, Fatia, Bela, Deddi, dan Dodit.  Menurutku, kelompokku itu cukup bagus dalam melakukan drama. Hanya saja sempat berantakan gara-gara Bobby.

            "Mungkin ini waktu yang tepat untuk memperbaiki penampilan kami yang buruk sebelumnya."         

            "Ya walaupun aku tidak yakin mereka mau, tapi setidaknya aku akan mencoba," pikirku.

            Aku langsung saja mengajak teman-temanku dalam tugas Bahasa Inggris beberapa bulan yang lalu. Bobby dengan semangat membantuku, apalagi aku mengatakan bahwa drama ini untuk mewujudkan sarannya mengenai cara yang spesial untuk meminta maaf pada Mika.

            Fatia dengan senang hati bersedia ikut andil dalam drama ini. Ia sendiri mulai bergabung dalam klub drama di sekolahku mulai semester dua ini.

            "Nanti kamu bisa mengajari kami bagaimana berekspresi lebih bagus Fat."

            "Latihan jadi sutradara Fat," kataku.

            Sedangkan, Bela akhirnya mau ikut setelah beberapa kali rayuan. Aku rela memberikan poster bertanda-tangan asli Taylor Swift untuk Bela demi drama ini. 

            Poster Taylor Swift itu kudapatkan dari kakak sepupuku, Janis. Pada setengah tahun lalu sempat ikut acara meet and great Taylor Swift di Jakarta.

            Janis yang bekerja sebagai wartawan mendapat tugas untuk meliput kedatangan Taylor Swift di Indonesia. Aku langsung titip poster untuk ditandatangani lewat Janis.

            "Nanti kalau kamu ikut, nanti aku kasih deh poster Taylor Swift yang ada tanda-tangan aslinya itu," kataku pada Bela.

            "Seriusan? Mmm kamu sampe rela demi drama ini?," katanya terlihat malu-malu tapi mau. 

            "Serius," kataku sambil tersenyum melihat Bela akhirnya mau ikut drama ini.

            Sementara itu, Bobby membantuku untuk mengajak Dedi dan Dodit. Bahkan, aku dan Bobby sampai menghampiri rumah mereka masing-masing.

            "Duh enggak yakin aku, enggak PD," kata Dedi.

            "Kenapa tidak yakin? Dulu kita sudah cukup bagus ngelakuin drama Narnia, cuma akunya aja yang oleng," bujuk Bobby.

            Beruntungnya saat itu percakapan kami didengar oleh orang tua Dedi.  Orang tua lantas ikut membujuk bahkan memerintahkan Dedi mau ikut dalam pentas drama ini.

            "Ded mbok ya kamu sekali-sekali ada kesibukan gitu loh, enggak usah malu-malu gitu. Wong baguse koyo ngono kok  (gantengnya kayak gitu kok)," ujar Ayah Dedi dengan logat jawanya yang kental.

            "Ben kowe iki ora terus-terusan nge-game neng omah yo le (Biar kamu ini tidak terus terusan ng-game di rumah ya nak)," lanjut Ayah Dedi.

            Seakan tak mau mengecewakan ayahnya, Dedi akhirnya mau ikut.

Tugas selanjutnya adalah merayu Dodit. Seperti Bella dan Dedi,  Dodit awalnya juga menolak ajakan kami. Namun setelah tahu bahwa Fatia juga ikut dalam drama ini, Dodit langsung semangat.

            Dari isu-isu yang beredar di kelas, Dodit sedang naksir dengan Fatia. Sepertinya aku terlalu sibuk dengan masalahku dengan Mika ataupun mengejar nilai Bahasa Inggris agar bisa ikut pertukaran pelajar hingga baru mendengar isu ini.

            Isu ini kudapat dari Bobby. Bobby sendiri mendengarnya dari gerombolan Sean yang terkadang suka berjulid.

            “Dodit ayo ikut lagi dalam drama ini, Fatia juga ikut,” rayuku.

            “Nanti aku bantu deh biar makin deket dengan Fatia,” susul Bobby.

            "Woy apaan tapi boleh sih,” kata Dodit sambil tertawa.

“Oke ikut deh, itung-itung ada kesibukan abis tes kenaikan kelas kan udah enggak ada pelajaran tuh, biar enggak cuma mikirin remidi aja," ujar Dodit beralasan.

Aku dan Bobby hanya mengangguk-angguk saja pura-pura setuju.

Aku bersyukur anak-anak drama tidak terlalu sulit untuk diajak bergabung. Senangnya lagi, Meta dan Sean rencananya ikut dalam drama ini.

            Meta ingin membantuku agar aku dan Mika berdamai. Ia menawarkan diri bertindak sebagai tata rias artis.

            Sedangkan, Sean mau ikut sepertinya dipaksa oleh Bobby. Sebagai sahabat Sean tentunya tidak mau mengecewakan Bobby. Aku selalu kagum tiap melihat persahabatan mereka berdua.

            Setelah semuanya berkumpul, kami segera menentukan cerita dan membuat naskahnya. Dengan senang hati aku bertugas membuat naskah ceritanya. Lalu Fatia bertindak sebagai sutradara di samping ia juga harus berperan.

            Kami mengambil cerita perundungan seseorang gadis yang di-bully karena selalu ketinggalan mengikuti pelajaran di kelas. Akibatnya, gadis itu mengalami depresi dan hampir bunuh diri.

            Bela berperan sebagai korban bully, aku berperan sebagai guru di sekolah, Bobby dan Sean berperan sebagai pembully, Dodit dan Fatia sebagai orang tua korban, dan Dedi berperan sebagai adik Bela.

            Pada hari-hari awal latihan, drama ini berjalan dengan datar. Setelah lebih dari 10 hari berlatih, drama yang kami peragakan baru bisa dibilang bagus.

            Bela bisa benar-benar menangis melakoni perannya sebagai gadis yang terbully. Dodit dan Fatia juga bisa terlihat sangat mesra melakoni peran sebagai orang tua Bela.

            Selama dua minggu, hampir setiap hari kami berlatih drama. Terkadang kami lakukan di rumah Bobby, terkadang di rumahku, terkadang di rumah Fatia, hingga dua kali di taman kota agar sekalian rekreasi.

            Kami sengaja tidak latihan di sekolah supaya drama ini bisa menjadi kejutan.  Namun, saat latihan di taman kota, kami tak sengaja bertemu dengan Sarah dan Anton.

            Mereka berjalan dengan ceria dan saling bergandengan tangan. Hal ini lantas membenarkan isu bahwa Sarah dan Anton memang memiliki hubungan khusus.

            Sedangkan selama hampir setahun, anak-anak di kelas kami belum tahu pasti apakah mereka benar berpacaran. Aku sendiri penasaran mengapa Sarah dan Anton memilih melakoni hubungan backstreet.

            "Hei Sarah, Anton," seru Fatia memanggil mereka.

            "Eh Fatia ngapain," ujar Sarah kaget langsung melepaskan tangannya dari genggaman Anton.

            Sepertinya mereka asyik berpacaran hingga tak menyadari kami sedang berlatih di situ. Mulanya, Sarah dan Anton terlihat sangat gugup. Namun mereka kemudian berusaha untuk bersikap biasa saja.

            “Kok balik tanya sih? Hayo benar kan kalian pacaran,” ujar Fatia.

            “Udahlah Anton, semua anak kelas juga tahu kalian tuh pacaran,” kata Sean sambil mendorong Sean.

            Setelah beberapa kali didesak dan memang sudah ketangkap basah tengah berpacaran. Mereka akhirnya mengaku terang-terangan.

            “Iya-iya sudah jalan delapan bulan kami pacaran,” kata Anton disusul tatapan tajam Sarah.

            “Loh kok tujuh bulan sih Beb, kita tuh udah sembilan bulan” protes Sarah.

            “Oh iya maksudnya itu,” ujar Anton.

            “Wah, jangan-jangan yang tujuh bulan itu sama cewek lain,” goda Bobby disusul tawa kami bersama.

            Setelah kami sempat bercanda sebentar, Fatia kemudian menjelaskan apa yang tengah kami lakukan di taman kota dengan serius. Ya, Fatia memang orang yang paling serius di antara kelompok drama kami.

            "Kami sedang latihan buat drama nih," jawab Fatia.

            "Oh iya kalian nanti mau pakai kostum apa?," ujar Sarah.

            "Wah gampang, drama kita temanya di sekolah juga kok," jelas Bobby.

            "Apa tak bantuin gimana nanti aku cariin kostum yang pas dan tak bantuin make up pas tampil," ujar Sarah.

            "Iya aku juga nanti ajak Yus buat bantuin properti yang kalian butuhkan," ujar Anton.

            “Kalian butuh apa saja,” lanjutnya.

            “Oke nanti aku kasih list ya Anton, makasih banyak sebelumnya ya,” kataku.

            Kami cukup senang dengan bantuan itu, khususnya aku. Banyak anak-anak yang peduli dengan pentas ini.

            Melihat Sarah yang mau membantu kami dalam pentas ini, terlintas di pikiranku untuk mengajak damai dengannya.

            Ku kalahkan rasa gengsi di dalam hatiku mencoba untuk mengajak bicara dengannya baik-baik. Selama ini toh aku juga tidak pernah menanyakan soal apa masalahnya padaku.

            Sebaliknya, aku berbalik menjauhinya.

            “Jika kita tidak pernah mencoba, lalu bagaimana kita bisa tahu,” batinku.

            Sebelum Sarah dan Anton hendak pergi, aku minta izin sebentar untuk bicara dengan Sarah. Sarah mau tidak mau menerima ajakanku, mungkin tidak enak di depan anak-anak lain.

            “Sarah aku mau omong,” kataku saat kami berdua sudah agak menjauh dari gerombolan.

            Aku memilih mengajak Sarah duduk di ayunan besi dekat dengan pancuran warna putih yang menjadi khas dari taman kota ini.

            Aku menghela napas panjang sebelum memulai bicara panjang lebar.

            “Sarah aku tahu hubungan kita tidak baik-baik saja semenjak aku menjadi jawara kelas tengah semester lalu,” ujarku.

            “Ya kurasa memang sejak itu karena kamu menjauhiku, apakah aku boleh tahu mengapa kamu memperlakukanku begitu?,” tanyaku kemudian.

            “Apakah aku melakukan salah padamu saat itu,” tanyaku lagi.

            Sarah seperti kebingungan menjawab apa. Aku lantas mencoba bertanya lagi dengan lebih lembut dan sabar.

            “Aku tidak memaksamu untuk dekat lagi denganku, tapi aku rasa aku berhak mendapat penjelasan,” ungkapku.

            “Aku hanya tidak suka aku kamu kalahkan. Sebelumnya kamu berada jauh di bawahku saat kelas satu. Aku seperti tak percaya saja padamu,” ujar Sarah blak-blakan.

            “Oh begitu, tapi sebenarnya aku ataupun kamu sama-sama hebat. Tidak ada yang di atas dan di bawah,” kataku mencoba bijak.

            “Mungkin,” kata Sarah tak berani melihatku.

            “Lupakan saja Erin, mungkin saat itu aku memang bertingkah kekanak-kanakan. Aku sudah lama menyadari bahwa memang kamu hebat di kelas ini, buktinya di semester aku masih belum bisa mengalahkanmu.”

            “Tenang saja, perasaan marahku yang konyol ke kamu lama-lama menguap juga,” katanya sambil berdiri sepertinya memang ingin segera menjauhiku.

            Antara Sarah memang masih menyimpan kecemburuan padaku atau memang malu dengan sikapnya. Dugaanku lebih condong bahwa dia malu.

            Saat dia hendak pergi, aku langsung menahan tangannya.

            “Terima kasih ya Sarah penjelasannya,” kataku.

            “Oke sudah santai saja, yuk aku mau beli es krim sama Anton,” ujarnya sambil berlalu.

            Walaupun hubunganku mungkin akan sulit kembali seperti semula dengan Sarah, tetapi aku cukup senang sudah berkomunikasi dengannya mendengar penjelasannya atas apa yang terjadi.

            Meski hatiku terasa senang, sejujurnya masih ada lubang besar dalam hatiku. Tentunya karena tidak adanya keberadaan Mika. Aku sungguh rindu padanya.

         

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tulus Paling Serius
1690      727     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Cute Monster
621      346     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
3516      1163     0     
Romance
Dia—pacarku—memang seperti itu. Terkadang menyebalkan, jail, sampai-sampai buatku marah. Dan, coba tebak apa yang selalu dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatiku? Dia, akan mengirimkanku sebuah surat. Benar-benar berbentuk surat. Di tengah-tengah zaman yang sudah secanggih ini, dia justru lebih memilih menulis sendiri di atas secarik kertas putih, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah a...
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
101      73     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...
PALETTE
491      258     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
After School
1432      853     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Tumpuan Tanpa Tepi
7325      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Hyeong!
122      105     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Memories About Him
2906      1466     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Premium
RESTART [21+]
5030      2221     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.