Seharusnya, di siang hari itu … semuanya biasa saja. Masih dengan Ileana yang mengaggumi Rafan dari jauh, lalu berbalik mengerjakan tugas sebagai anggota jurnalistiksekolah.
Tidak akan Ileana lupakan, hari pertama Pekan Olahraga menjadi sekacau ini untukdirinya ke depan.
Siapa sangka kalau perasaan Ileana terkuak secepat itu? Ingin rasanya sang gadismelontarkan kata-kata kasar kepada kedua sahabat, tapi semakin dia berulah akan semakincanggung.
‘YA, SUDAH KETAHUAN. MAU GIMANA LAGII!’ Ileana menenggelamkan kepaladiantara kedua tangannya.
Sambil sesekali mengerang, Ileana terus bertanya-tanya. Kalau saja gadis itu lebihmengendalikan diri untuk mengintip crushnya, pasti kedua sahabatnya –yang sekarang tengahkelabakan—tidak akan berbicara yang aneh-aneh.
Di tambah lagi sedari tadi, ada saja kesialan yang gadis itu rasakan. Mulai dari air minumIleana yang tersenggol Lavina hingga tumpah, sepatu yang tidak sengaja diinjak oleh Gyuri, hingga beberapa kali senggolan bahu dari Kyla.
Ileana sempat bertatapan sebentar dengan Kyla, mendapati kalau gadis itu melihatnyadengan tatapan merendahkan.
Mungkin ini skenario terburuk Ileana yang tidak pernah ia harapkan terjadi. Kyla dan gengnya benar-benar mulai mengganggu.
Semua itu bermula dari Gyuri dan Winola yang tengah vlogging acara Pekan Olahragasekolah.
Sambil mengunyah seblak pedas berpadu asam dan asin. Gyuri memberikan testimoniala-ala youtuber mukbang sambil tertawa sesekali.Winola tidak kuasa menahan tawa di baliklayar, beberapa kali sampai Gyuri tegur agar hasil rekamannya tidak banyak yang gerak-gerak.
Lelah berpanas-panasan, mereka pun mencari tempat beristirahat dari acara PekanOlahraga yang semakin memanas. Sambil berteduh di lorong depan kelas XI-IPA 2, kedua orang itu asyik mengobrol mengisi konten-konten yang sekiranya cocok, bila di unggah ke kanalInstagram pribadi nanti.
“Eh, by the way. Kyla di mana, ya? Tumben gak kelihatan,” ujar Winola sambilmematikan mode rekaman di HP canggihnya.
“Lagi sibuk persiapin diri buat Raja-Ratu Grand Stellar. Biasalah, untuk naikin tingkatpopularitasnya lagi,” sahut Gyuri sambil meneguk es teh di genggamannya.
Gadis berambut hitam yang selalu diikat bawah hanya mengangguk-angguk. “Padahal, tidak perlu panjat sosial dengan cara ini pun, Kyla sudah terkenal. Model loh, model!”
Gyuri menaikkan kedua bahunya, lalu membalas, “Ya, tapi gadis sejenis Kyla kan tipe-tipe high achiever. Apalagi kalau inget dia sukanya sama Rafan, jelas bakal mencoba buat impress doi lah!”
Mendengar jawaban Gyuri yang masuk akal, Winola kembali mengangguk-angguk. Setuju dengan ucapan sang sahabat.
Ketika mereka ingin melanjutkan percakapan, entah mengapa terdengar suara gaduh darikelas XI-IPA 1.
Merasa aneh dengan teriakan-teriakan heboh dari dalam sana, Gyuri mengalihkanpandangan ke Winola, seakan bertanya apa yang terjadi di dalam kelasnya. Namun, gadis di samping Gyuri hanya menggeleng, mengisyaratkan Winola sendiri tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.
Termakan oleh rasa penasaran, mereka berdua masuk ke dalam kelas XI-IPA 1 yang ramai suara.
Baru saja masuk, mereka langsung disambut oleh Ileana yang tengah memukul-mukulKaivan. Kejadian itu seketika membuat hati Gyuri panas mendidih. Tahu kalau sahabatnya bisameledak kapan pun, Winola memegangi tangan Gyuri dengan erat sehingga dia tidak dapatberkeliaran seenak jidat dan menampar Ileana tiba-tiba.
Di sekitarnya banyak anak kelas yang tengah men-cie-ciekan Ileana dengan Rafan.
Bingung mendengar hal itu, Winola segera menghampiri salah satu teman kelasnya. “Apaan nih? Kok Ileana dicie-ciein sama Rafan?” tanya gadis itu.
Sadar diajak berbicara, anak itu langsung menoleh. “Ini, inget gak kalau beberapa minggu lalu, Naufal bacain puisi pas kelas Bahasa Indonesia?” tanya anak itu.
Winola mengangguk. Menandakan orang di hadapannya untuk melanjutkan penjelasan.
“Ternyata, itu surat cinta Ileana. Aku kira cuman sampai situ aja, ternyata, ITU SURAT CINTA BUAT RAFAN!” tambahnya sambil berteriak.
“WOI GAK USAH DIPERJELAS!” teriak Ileana, melempar buku hingga mengenai kepala anak itu.
“Aduh!” Anak itu mengeluh kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya. “Terus sekarang Ileana lagi masuk mode nge-reog ekstra. Kayak lagi kalian lihat sekarang. Duh, untung kepalakugak benjol!”
Tidak peduli dengan kalimat terakhir yang anak itu keluarkan, Gyuri langsung menarikWinola menuju kelas XI-IPA 2. Gadis itu harus cepat-cepat memberi tahu Kyla informasi ini.
***
Kedua mata Kyla melebar seketika. Mulutnya sedikit gemetar lalu terkatup rapat, diam-diam menggigit bagian dalam mulut. Tatapannya menjadi bengis, napas gusar dia keluarkan. Untung saja hanya ada mereka bertiga di kelas. Kalau tidak, semuanya akan melihat sisi lain dari Kyla yang social butterfly dan senang bergaul.
Sesuai dugaan, Ileana menyukai Rafan. Gerak-geriknya terlihat begitu jelas. Di mana adaRafan, di situ pasti ada Ileana. Belum lagi tiap gadis itu menatap Rafan, tatapannya terlihatsangat menyebalkan. Bahkan ingin sekali Kyla tusuk kedua mata Ileana agar tidak usah terus-terusan memandangi Rafan. Tidak sampai situ, kalau Kyla bisa menghancurkan kamera miliksang gadis pasti akan jauh lebih bagus.
Kyla mungkin baru puas setelah Ileana tidak bisa melihat Rafan dan kehilangan kamerayang di sayang.
Kyla tidak bisa memungkiri rasa kesal terhadap Ileana yang sekarang tumbuh perlahanmenjadi kebencian.
Hanya Kyla yang pantas bersama dengan Rafan, ketimbang Ileana yang tidak memilikiapa-apa, selain kemampuan fotografi gadis itu.
Rahang Kyla mengeras. senyum asam ia lemparkan ke kedua sahabatnya.
Skenario yang entah kapan akan terjadi, akhirnya benar-benar menjadi kenyataan. Sudahtidak ada guna Kyla menahan diri. Ia akan mendeklarasikan perang pada Ileana. Gadis itu akanmembuat Ileana mundur secara paksa karena hanya dia yang pantas bersama Rafan, sang pujaanhati.
Di lain sisi, Gyuri dan Winola terdiam canggung. Melihat perubahan mood mendadakdari Kyla cukup mencekam untuk mereka berdua.
Mereka selalu tahu, Kyla akan menjatuhkan siapa pun yang menyukai Rafan. Secarapelan-pelan ataupun paksa. Dunia akan berputar di sekitar Kyla, tidak kurang dan tidak lebih.
Suara ketukan pintu terdengar, disusul suara Lavina dari luar kelas. Winola menyruhnyaagar masuk dan duduk di salah satu bangku.
“Eh! Sumpah, ya! Ternyata tuh cewek nyebelin kayaknya emang demen banget ngegaet cowok orang! Pertama Naufal, terus Kaivan, sekarang Rafan!?” seru Lavina sesampainya di hadapan ketiga sahabat.
“Iya, ya! Emang gak cukup apa mereka berdua? Hebat banget masih mau nambah setelahudah punya 2 laki-laki. Maruk banget!” timbrung Gyuri sambil sesekali menggebrak-gebrakmeja kesal.
“Iya! Sudah tahu aku di takdirin sama Naufal malah dia ganggu! Tapi yang paling nyebelin pas aku tahu ternyata dia naksir Rafan! Kaya, astaga! Cuman Kyla yang pantas samaRafan!” tambah Lavina.
Gadis itu langsung beralih menatap sang ketua geng yang nampaknya tengah memikirkansesuatu. “Iya, kan, Kyla!? Tunjukkin kalau kamu yang pantas sama Rafan!”
“Gak.” Sepatah kata akhirnya keluar dari mulut gadis yang sedari tadi hanya menunduk. Namun menimbulkan pertanyaan bagi ketiga temannya.
Belum sempat Gyuri bertanya, Kyla kembali membuka mulutnya. “Gak usah dikasih tahupun kenyataan menunjukkan kalau hanya aku yang cocok dengan Rafan. Lihat saja nanti, Ileana. Akan ku bikin kau mundur paksa.”
Mendengar deklarasi perang dari mulut Kyla, Gyuri dan Lavina langsung bersorak senang. Akhirnya mereka bisa memuaskan hasrat untuk menjatuhkan gadis sialan itu.
Di lain sisi, Winola hanya melihat ketiga sahabatnya bergabung untuk menjatuhkanIleana. Di matanya, mereka terlihat seperti ratu dan kedua prajuritnya yang siap mengeksekus imati orang tidak bersalah.
Gadis itu hanya mengembuskan napas panjang, bertanya-tanya sampai kapan ini akanterus berlanjut.