Loading...
Logo TinLit
Read Story - Highschool Romance
MENU
About Us  

Ileana mengembuskan napas lelah. Ruang kelas yang biasa ramai, kini terasa sepi, sejak 30 menit lalu bel pulang sekolah berbunyi. Ia merasa sudah menunggu lama, sampai kedua teman dekatnya menyelesaikan kegiatan ekstrakulikuler.

Padahal Naufal sudah mengajak Ileana untuk ikut ke lab, hanya saja ia merasa akan mati kebosanan atau berakhir dengan kepala berasap, akibat menjadi asisten dadakan Naufal. Sedangkan Kaivan sendiri langsung melarikan diri ke lapangan begitu selesai berganti pakaian, dan menitipkan tas sekolah pada Ileana.

Ileana yang semula duduk tegak di kursinya, kini mulai menyandarkan kepala pada meja. Perasaan bosan ini mulai membuat pemikirannya melayang jauh. Ia mulai mengkhayalkan sosok pujaan hati. Betapa indah dan sempurna sosok Rafan. Mulai dari senyum indah yang mampu menghapus semua perasaan kesal dalam hati, sampai sorot matanya yang membuat hati Ileana luluh.

Sadar akan suatu hal yang terlupa, Ileana langsung bangkit dari duduk. “Oh, iya. Kaivan hari ini ekskul, kan? Bukankah Kaivan sama Rafan 1 ekskul!?” seru Ileana sambil tersenyum lebar.

Rasa malas ke luar kelas akibat terik matahari sore, seketika menghilang, saat teringat sang pujaan hati. Perasaan itu langsung tergantikan menjadi, ‘aku ingin melihat Rafan main bola’.

Ileana pun bergegas mengendong tasnya, meraih tas Kaivan, dan langsung berlari menuju lapangan. Tempat di mana anggota ekskul futsal biasa berlatih.

Selama berlari melewati lorong kelas, otak Ileana langsung membayangkan ketampanan Rafan dengan rambut basah yang disisir ke belakang, keringat yang mengalir di samping alis tebal, semakin mendramatisir ketampanan Rafan.

Jangan lupakan adegan yang biasa dipertontonkan anak laki-laki yang tergabung dalam ekskul olahraga, yaitu aksi mengelap keringat menggunakan baju. Membayangkan semua itu saja, sudah berhasil membuat Ileana menjerit dalam hati.

Saat mencapai tikungan lorong, ia dikejutkan oleh sosok Naufal.

Melihat sepupunya membawa 2 tas penuh semangat itu, menimbulkan tanya di benak Naufal. “Mau ke mana?” tanya Naufal sambil sesekali mengipas-ngipasi wajah menggunakan laporan penelitian ilmiah yang baru saja ia selesaikan.

Sambil menyunggingkan senyum miring di wajah, Ileana menjawab penuh semangat, “Mau ketemu crush aku lah! Eh, maksudnya mau nyemangatin Kai latihan. Kata dia kan, sebentar lagi mau tanding.”

Mendengar kebohongan yang keluar dari mulut Ileana, Naufal langsung mencibir gadis itu. “Gitu, ya. Ketemu doi mah langsung gas aja, tapi giliran nemenin aku malah gak mau. Ada … aja alasannya,” cibir Naufal.

“Lagian kamu ikut ekskul yang gak seru. Mana mainnya di lab terus. Bosan tahu, bosaaannn,” keluh Ileana.

Ingin rasanya Naufal membalas keluhan sepupunya, tetapi daripada membuang-buang energi untuk bertengkar—untuk kesekian kali—ia akhirnya hanya mengangguk-angguk, sambil memberi isyarat pada Ileana untuk menunggu di sini, jangan ke mana-mana.

Tidak lama kemudian, Naufal kembali sambil membawa tas, dan mengambil alih tas Kaivan yang dibawa Ileana. “Yuk, ke lapangan,” ajaknya.

Ia terkadang sedikit bingung dengan sepupunya. Terkadang ia bisa sangat menyebalkan karena kelewat jahil, lalu bisa tiba-tiba menjadi mausia plaing serius, dan tak lama setelah itu jahilnya kumat lagi. Memang otak orang yang terlalu jenius itu terkadang bisa lebih random dari orang biasa, seperti Ileana.

Sambil tertawa, gadis itu berterima kasih kepada Naufal karena sudah mau meringankan bebannya. Namun alih-alih dibalas dengan hangat, laki-laki itu langsung melempar tas Kaivan ke muka Ileana.

Belum sempat gadis berambut hazelnut itu protes, Naufal sudah melarikan diri sambil tertawa terbahak-bahak.

Acara kejar-kejaran mereka tidak berlangsung lama. Guru yang baru saja keluar dari ruang guru, langsung memarahi dan menyuruh Ghazanvar bersaudara untuk tidak membuat kegaduhan di sekolah. Mungkin para guru sudah sangat hafal kelakuan Ileana dan Naufal yang bisa dibilang cukup sering bertengkar.

Mendengar teguran tersebut, membuat Ileana ataupun Naufal hanya bisa meminta maaf sambil membungkuk berkali-kali. Mereka juga sesekali saling melempar kesalahan melalui lirikan dan gerakan bibir yang saling menuduh.

***

Sesampainya di lapangan, Ileana mendapati sekumpulan perempuan yang mengerubungi pinggir lapangan, seraya meneriaki nama–nama pemain yang sedang berlatih. Banyak dari mereka yang meneriaki nama Kaivan, tapi tak sedikit pula yang menyerukan nama Rafan.

Kedua mata Ileana langsung memusatkan pandangan ke pemain futsal bernomor punggung 01. Hidungnya mancung, bibir merah muda yang terlihat sangat menggoda, ditambah kedua bola mata coklat tua, dan badan atletis. Semua yang berada di tubuh Rafan seakan-akan sudah terpresisi dengan baik, tidak kurang dan tidak berlebih. Siapapun yang melihat siswa itu, pasti langsung terpukau, bahkan sampai tergila-gila, hingga memilih untuk menjadi fangirl garis keras. 

Tapi tentu saja Ileana tidak segila itu. Dia lebih suka menyimpan perasaannya sendiri, bahkan lebih memilih untuk menjadi anonim tiap kali berada di dekat Rafan. Ileana terkadang bingung, mengapa ia tidak bisa se-blak-blakan itu kepada pujaan hatinya.

Yang dia tahu, ketika menyukai seseorang, sebisa mungkin ia tidak mengusik ketenangan orang yang ia suka. Hal yang berlebih, sampai membuat orang itu risih hanya akan membawa dampak buruk kepada Ileana.

Suara teriakan para gadis membuyarkan lamunan Ileana seketika. Banyak dari mereka melambaikan tangan, berharap Rafan akan balas melambaikan tangan.

Sayangnya, bukan Rafan yang membalas lambaian mereka, melainkan seorang siswa bermata sipit, bibirnya bahkan tersenyum cerah saat sesekali menyapa balik kumpulan gadis penggemar Rafan.

Ileana yang bingung tingkah laki-laki itu hanya bisa memberikan tatapan yang mengatakan, ‘dia siapa sih?’ pada Naufal. 

Seakan mengerti kebingungan sepupu perempuannya, Naufal membalas, “Yang barusan banget? Itu tuh Bryan. Dia teman dekatnya Rafan dari XI-IPS 1. Emang sohib banget mereka. Bahkan Bryan suka mewakili Rafan membalas sapaan gadis-gadis yang menyerukan nama Rafan di lapangan. Teman yang sedikit kelewat baik, kurasa.”

Mendengar jawaban Naufal, kedua alis Ileana mengrenyit seketika. “Itu mah dia yang cari panggung, gak, sih?”

“Iya kali? Gak tahu juga. Aku tahu hal itu juga dari Kaivan,” balas Naufal singkat.

Sebelum kembali melihati Rafan dari jauh, Ileana sempat mencuri pandang ke Naufal. Melihat sepupunya sedang dalam pose berpikir, gadis itu seketika tahu apa yang ada di dalam benak Naufal.

Kemungkinan besar, ia sedang menghitung probabilitas masuknya bola ke gawang dan tim mana yang akan berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Memang benar, ada bagusnya Naufal masuk ke ekskul penelitian ilmiah. Kalau dia sampai masuk ke ekskul futsal yang ada kelamaan berpikir, ketimbang mengoper atau mencetal gol. Kecuali kalau dia adalah salah satu karakter dari anime Kunci Biru yang bisa stabil berhitung kemungkinan terbesar dalam mencetak gol sambil bermain bola.

Diam-diam Ileana mengeluarkan kamera dari dalam tas, lalu mengambil foto pemain futsal favoritnya—siapa lagi kalau bukan Rafan Aldari Arsenio.

Senyum lebar menghiasi wajah manis Ileana. Ternyata masuk ke ekskul jurnalistik adalah pilihan paling tepat. Ingin mengabadikan momen crush? Bilang saja disuruh sama ketua ekskul. Ingin ngobrol dengan crush dan mengetahui dirinya lebih dalam? Bilang saja untuk majalah dinding mingguan. 

Ileana yang masih memotret Rafan sesekali tertawa kecil. Apa yang dia lakukan ini sama sekali tidak mengusik privasi Rafan, karena ia juga melihat banyak yang mengambil foto sang pujaan hati.

Kaivan yang sedang beristirahat sebentar mendapati Naufal dan Ileana di sisi pinggir lapangan. Ia merasa terharu begitu melihat mereka datang untuk menyemangatinya. Senyum lebar terlukis di wajah Kaivan, lambaian tangan dia berikan untuk kedua teman yang berada jauh di pinggir lapangan. Tapi tidak satu pun dari mereka merespon lambaian tangan Kaivan.

“Sebentar.” Kaivan segera sadar apa yang Ghazanvar bersaudara lakukan. Naufal sudah jelas sedang asik menghitung setiap hal di permainan tadi, dan Ileana tenggelam dalam fantasi sambil mengambil foto sang pujaan hati.

“Memang ada baiknya aku tidak berekspektasi apa pun kepada mereka,” gumam Kaivan. Dia terlalu percaya diri.

Tidak lama setelah itu, semua pemain ekskul futsal segera berkumpul di satu tempat, bersama pelatih. Sang Pelatih memberi evaluasi untuk setiap pemain yang tadi sudah unjuk gigi di lapangan.

“Kaivan, sebenarnya saya tidak banyak komentar untuk permainanmu hari ini. Sudah cukup bagus dan tingkatkan terus kemampuanmu, agar perolehan skor tim ini semakin baik di tiap pertandingan. Ingat, kamu adalah Ace di tim ini,” katanya.

Kaivan mengangguk. Seluruh tim bersorak untuknya. Banyak dari mereka langsung memuji Kaivan dan memeluk laki-laki itu sebagai tanda selamat atas performanya.

Kaivan yang ikut bertepuk tangan diam-diam menyadari tingkah Rafan yang sedikit berbeda, setelah mendengar Kaivan mendapat pujian dari sang pelatih. Suaranya juga sedikit memberat dan senyumannya terlihat sedikit berbeda. Tidak hanya itu, dia juga mendapati Rafan mengepalkan tangannya kencang. 

Pemain dengan nomor urut 05 itu memilih langsung keluar dari sana. Ia menyadari ada hawa berbeda, ketika ia melihat ke arah ketua tim futsal mereka.

Tak mau ambil pusing, akhirnya Kaivan memilih untuk menghampiri kedua temannya dan menyapa mereka seperti biasa.

Sesekali, mata Kaivan kembali melihat Rafan. Memastikan apa yang ia lihat barusan bukanlah ilusi atau khayalan semata.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
complicated revenge
21703      3365     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Premium
Dunia Tanpa Gadget
11881      3050     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
After School
3314      1362     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
NI-NA-NO
1496      696     1     
Romance
Semua orang pasti punya cinta pertama yang susah dilupakan. Pun Gunawan Wibisono alias Nano, yang merasakan kerumitan hati pada Nina yang susah dia lupakan di akhir masa sekolah dasar. Akankah cinta pertama itu ikut tumbuh dewasa? Bisakah Nano menghentikan perasaan yang rumit itu?
Reminisensi Senja Milik Aziza
917      490     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
Oh, My Psychopaths CEO!
1082      710     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Kepada Jarak, Maaf!
351      210     1     
Short Story
Bagi Rea, cinta itu gelap. Cukup menjadi alasan untuk dirinya selalu memakai emotikon hati berwarna hitam saat menulis chat. Namun Rea tidak cukup mampu memaknai setiap jenis emotikon hati yang dikirimkan Ardan kepadanya. Untuk dua orang yang menjalin hubungan jarak jauh yang sama sekali tidak pernah bertemu, berbagai jenis emotikon hati memiliki maknanya sendiri. Demikian juga untuk Arealisa...
A Night Owl State of Mind
1362      742     10     
True Story
Basically an author's diary and honest thoughts... Mostly during many sleepless nights as a night owl.
High Quality Jomblo
45296      6336     53     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...
Peri Untuk Ale
5680      2329     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang