Read More >>"> I love you & I lost you (Bagian 5 | Salim dan bunga mataharinya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - I love you & I lost you
MENU
About Us  

Sudah beberapa hari ini Salim terus memikirkan perempuan di toko bunga yang mau direpotkan untuk menemaninya membeli kue dan juga diajak ke TPU. Entah kenapa Salim melihat Arina itu dia seakan langsung dibuat jatuh cinta olehnya. Apa ini yang dinamakan sebuah cinta pandangan pertama? Masih percaya kalau cinta pada pandangan pertama itu ada? Dengan melihat seseorang sekali namun sudah bisa bilang kalau cinta. Mungkin beberapa orang tidak mempercayai hal itu, namun Salim merasakan sendiri cinta pada pandangan pertama ini, ya Salim dibuat jatuh cinta oleh Arina. 

“Besok aku mau ke toko bunga,” ucap Salim dengan senyum mengembang di bibirnya. 

Dari luar kamarnya seorang suara wanita paruh baya memanggil namanya mengajak Salim untuk sarapan bersama keluarga. Salim keluar dari kamarnya lalu menuju ke meja makan. Wanita paruh baya itu ternyata mama tiri Salim, kurang lebih jalan satu tahun dia menjadi mama tirinya, meski awalnya Salim susah menerimanya namun Salim sudah mencoba menerima dia sebagai mama tirinya meskipun di hati terkecil Salim tidak ada yang bisa menggantikan peran mamanya sampai kapanpun. 

Mama tirinya memang baik kepada Salim dan papanya. Latar belakang mamanya juga baik, tapi menurut penuturan mamanya dia punya dua orang anak dari pernikahan sebelumnya namun sudah meninggal. 

Namun entah kenapa setiap Salim melihat mata mama tirinya itu Salim seperti melihat sosok mata Arina disana. Salim segera menyadarkan dirinya mungkin ini adalah efek dari dirinya yang dari kemarin terus memikirkan Arina sampai melihat mata mama tirinya seolah dia juga sedang melihat Arina.

Ada-ada saja orang jatuh cinta, Batin Salim sambil menertawakan dirinya sendiri. 

Setelah selesai makan Salim kembali bersiap-siap untuk bekerja. Salim memakai kemeja kotak-kotak dengan celana jeans dan sneakers, tidak lupa seperangkat kamera dan tas selempang kecil. Sebuah topi putih pun terpasang di kepalanya. Dengan tubuh tinggi dan warna kulit yang tidak terlalu putih namun parasnya yang manis dengan tatapan mata sayu yang membuat siapapun tersipu saat ditatapnya. 

Salim mulai memotret objek-objek entah itu bunga, langit, pepohonan, bangunan-bangunan kuno untuk dijadikan karya nya. Salim disini memang seorang fotografer, kesukaannya dengan dunia fotografer sudah ada sejak dirinya masih sekolah SMA yang mana dirinya mengikuti ekstrakulikuler fotografer namun kesukaannya memotret ini turun dari mamanya yang sudah meninggal, mama Salim dulu memang suka memotret dan Salim juga menyukai dunia ini lewat mamanya. Dengan cara ini Salim merasa almarhum mamanya masih terus bersamanya. 

Memotret adalah pekerjaan paling menyenangkan, dimana kita dapat menagkap setiap momen yang terjadi dalam hidup kita, walaupun waktu tidak dapat diputar kembali untuk merayakan momen yang sudah lewat, setidaknya dengan memotret kita dapat membuat kenangan walaupun dengan foto kecil berukuran 4R.

Salim melihat sebuah pemandangan yang membuatnya terharu sebuah potret nyata dari sebrang jalan seorang ibu yang sedang mengayuh sepeda dengan anaknya yang sedang membonceng di belakang ibunya, terlihat walaupun cuaca terik dan panas namun tidak menyurutkan semangat ibu itu untuk menjemput anaknya dari sekolah walaupun hanya dengan sepeda, Tiba-tiba saja Salim teringat mamanya, entah kenapa pelupuk matanya sudah berlinang air mata sesegera mungkin Salim mengusap agar tidak jatuh dipipinya. 

“Memang benar ya, kita akan merasakan kehilangan kalau semuanya sudah benar-benar pergi dan gak akan kembali.” ucapnya bermonolog.

Kini dia ke sebuah galeri seni miliknya. Terlihat banyak sekali hasil jepretan indah yang terpajang rapih disana bernuansa kan warna hitam dan putih yang tidak terlihat mewah namun indah untuk dipandang. Galeri ini adalah galeri milik Salim dan mamanya, dulu mamanya membangun galeri ini memang untuk mengabadikan setiap momen itu di sebuah ruang seni, dari kecil Salim juga sudah terbiasa main ke galeri ini dan masih banyak hasil potret dirinya kala masih kecil.

Salim meneruskan cita-cita mamanya untuk membuatkan sebuah ruang seni yang mana di dalamnya berisikan sebuah potret indah perjalanan seseorang, yang sudah terlewatkan namun bisa dikenang melalui foto. 

“Mama pasti seneng kalau lihat galerinya sekarang.”

Ada sebuah foto besar yang terpajang di tengah ruang galeri di mana foto itu adalah foto seorang perempuan paruh baya yang tersenyum begitu manis dengan lesung di pipinya, rambut panjang terurai yang menambah pesonanya semakin cantik. Tertulis dipojok foto bertuliskan nama Annisa Prasetya. Ya nama itu adalah nama mamanya Salim yang sudah meninggal. Salim terus memandang foto itu dengan senyum melengkung dibibirnya. 

Salim teringat candaannya bersama mamanya dulu dimana Salim menginginkan pacar atau istri yang seperti mamanya yang cantik luar dalam. Salim terkekeh pelan mengingat hal itu, tiba-tiba saja Salim teringat perempuan penjaga toko bunga itu dimana senyumnya mirip sekali dengan mamanya terlebih mereka berdua sama-sama memiliki lesung pipi. 
“Ma, aku udah nemu orang yang seperti mama, dia baik cantik dan pastinya punya lesung pipi persis kaya mama. Walaupun baru ketemu sekali tapi Salim yakin kalau dia orang yang pas, doain Salim ya, Ma.” Ujar Salim yang mencurahkan isi hatinya di depan foto sang mama.
****
    Arkan seminggu terakhir ini rajin sekali ke toko bunga bahkan meminta mamanya agar toko bunga ini di handle dirinya. entah Arkan memang ingin mengelola toko bunga ini atau ada maksud tertentu misalnya bertemu Arina. 

    Di balik jendela ruang kerjanya, Arkan selalu mengamati Arina yang sedang menata deretan bunga, melayani pelanggan dan apapun yang Arina kerjakan. Arkan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bermonolog sendiri,

“Gak boleh, Gue ga boleh jatuh cinta sama Arina. Sadar Arkan,” 

    Otaknya selalu memberikan sangkalan kalau dirinya tidak jatuh hati pada Arina namun tetap saja hatinya mengatakan kalau Arkan benar-benar sudah jatuh hati. 


    Dari luar toko bunga sebuah mobil jazz putih terparkir di depan lalu seseorang turun dari dalam mobil, dari dalam toko bunga Arina seakan tak asing melihat seseorang itu dan benar saja Arina langsung teringat bahwa di adalah cowok yang memintanya mengantar membeli kue coklat. 

“Salim?” Panggil Arina dan disambut oleh senyuman manis milik nya. 

“Mau beli bunga apa Lim?” 

“Kamu sukanya bunga apa, Na?” Jawabnya langsung pada inti,

“Hah?” 

“Aku mau beli bunga yang kamu suka.” 

“Bunga matahari,” jawab Arina,

Salim tersenyum lalu kembali memesan layaknya seperti pelanggan lainnya,

“Aku mau beli bunga matahari yang cantik.”

Arina lalu mengambilkan bunga matahari itu lalu membungkusnya dengan rapih, Salim menerima bunga itu sambil membayarnya. Salim lagi-lagi tersenyum melihat bunga matahari di tangannya ini, benar-benar indah pantas saja Arina menyukai bunga ini. Salim memberikan bunga matahari ini kepada Arina sontak membuat Arina kaget dengan apa yang dilakukan Salim. Arina sempat menolak namun Salim meletakkan bunga matahari ini di meja kasir tempat Arina berdiri

“Bunga matahari dengan warna kuning yang melambangkan kebahagiaan dan identik dengan bunga yang setia. Diterima ya, semangat bekerja.”

Ucap Salim lalu pergi meninggalkan toko bunga. Arina yang masih bingung dengan yang dilakukan Salim orang yang baru dia kenal beberapa hari yang lalu itu, setelah Salim pergi Arina mengambil bunga matahari ini lalu tersenyum. Entah ucapan Salim barusan yang tidak mengombal namun terasa kata-kata itu memberinya semangat. 

“Ada-ada saja.” Arina terkekeh pelan lalu menyimpan bunga itu. 

Tanpa sadar ada satu pasang mata yang melihat dengan tatapan tidak suka, ya Arkan melihat kejadian tadi. Arkan mendadak kesal dengan kedatangan Salim yang membeli bunga namun ternyata bunga itu malah diberikan kepada Arina. Arkan keluar dari ruang kerjanya lalu menghampiri Arina yang masih tersenyum menandangi bunga matahari pemberian Salim. 

“Tadi siapa? Pacar?”

“Bukan, Arkan.” 

“Kamu senang ya,” 

Arina bingung melihat sikap Arkan yang terlihat kesal,

“Nanti kalau aku nangis, siapa yang nenangin Ar?”

“Aku gak akan biarin kamu nangis,” jawab Arkan lalu pergi kembali ke ruang kerjanya.

Arina masih mematung mendengar jawaban Arkan barusan. Arina kembali mengontrol dirinya dan menyakinkan kalau ucapan Arkan tadi adalah hanya ucapan seorang sahabat dan tanpa ada rasa. 

Pintu toko terbuka yang menampilkan beberapa orang pengunjung yang artinya Arina harus kembali melanjutkan pekerjaannya. Dengan segera Arina meletakkan bunga matahari pemberian Salim lalu menghampiri para pengunjung dengan senyuman manisnya.    

Dari balik jendela ruang kerja Arkan terus menyesali perkataannya tadi kepada Arina, Arkan tidak ingin Arina menyadari bahwa Arkan memang sudah jatuh cinta padanya. 

“Aku akuin aku udah jatuh Na, jatuh pada rasa yang ku kira ini tak mungkin ada. Namun rasa itu memang tumbuh dan aku senang kalau aku jatuh pada dirimu, Arina Naladhipa.” ungcap Arkan dengan suara lirih dengan mata yang terus tertuju pada gadis yang sedang memegang bunga matahari ditangan kanannya.

“Kalau memang aku harus jatuh cinta pada gadis rambut lurus dengan pipi lesung ini tolong mudahkan Tuhan.” 

Cuma itu yang Arkan harapkan, otak dan hatinya kini sudah mampu sinkron bahwa Arkan memang benar-benar sudah dibuat jatuh cinta oleh seorang Arina. 

Di toko terlihat masih ada dua pengunjung yang sedang melihat-lihat bunga, Arina juga masih semangat melayani mereka dengan ramah. Di dalam tas Arina hp nya dia letakkan dan juga di mode diam. Terlihat tertera nama “Panama” yang dari tadi menelfon sampai 5 kali dan terus dia lakukan. Setelah Arina selesai melayani pelanggan kini dia kembali ke meja kasir dan mengambil hp di tas nya untuk mengecek jadwal kuliah hari ini, namun dia terkejut melihat adiknya menelfon sampai puluhan kali dan terlihat sebuah chat yang adiknya kirim 
kak cepet ke tempat ayah, tadi di kabarin kalo ayah jatuh dari kamar mandi
Panama
Begitulah kira-kira isi pesan dari adiknya,

Deg!

Tubuh Arina begitu lemas hatinya seakan ditikam ribuan duri, pikiran Arina sudah kemana-mana, dia sangat takut dan tanpa sadar dirinya sudah menangis. Sesegera mungkin Arina memasukkan hp ke dalam tas nya lalu mengusap air mata yang jatuh dan langsung pergi ke ruang kerja Arkan untuk meminta izin pulang duluan. 

Arkan melihat mata Arina sembab seperti habis menangis dan tiba-tiba meminta ijin pulang duluan dengan keadaan yang sangat buru-buru. Arkan yakin kalau terjadi sesuatu dengan Arina. 

“Aku antar sekarang.” 
Ucap Arkan lalu menarik tangan Arina,

Membawanya masuk ke dalam mobil Arina sempat menolak namun dia pikir lagi kalo harus cepat-cepat melihat kondisi ayahnya sehingga pasrah menuruti ajakan Arkan. Belum sempat Arkan menanyakan kemana Arina sudah membuka suaranya terlebih dahulu.

“Ke rumah sakit jiwa.” 
Ucap Arina dengan nada lemah, pandangan yang masih lurus ke depan.

Ingin sekali dia menangis namun dia tahan sebisa mungkin. Arkan kaget mendengar ucapan Arina untuk mengantarnya ke rumah sakit jiwa. Arkan terus melajukan mobilnya ke lokasi permintaan Arina. Otaknya terus berpikir tanpa henti 

“Mungkin ini jawaban kenapa waktu itu aku tanya ayahnya namun Arina malah menangis dan pergi.” Batin Arkan,

Cuma itu yang ada dipikiran Arkan sekarang entah benar atau tidak namun itu yang terpikirkan olehnya saat ini. Mobil Arkan kini terparkir di deretan mobil pengunjung di rumah sakit jiwa, Arina langsung membuka pintu mobil itu lalu berlari saja tanpa menunggu Arkan yang sedang melepas sabuk pengamannya, dengan segera Arkan menyusul langkah Arina.

Arina berhenti di depan ruangan bertuliskan “ruang matahari” suster yang ada diruangan itu paham lalu langsung membukakan pintu itu dan mendapati Panama yang sedang menjaga ayahnya yang sekarang masih terbaring lemah. 

“Ayahhh,” ucap Arina lalu memeluk ayahnya dengan erat, tak sengaja air matanya tidak lagi bisa dia bendung.

Tubuhnya melemas saat melihat kondisi ayahnya begini, Arina masih menangis dipelukan ayahnya dari samping Panama juga ikut merasakan kesedihan yang di rasakan kakaknya. Terlihat Arkan semakin mendekatkan langkahnya menuju ke arah Arina yang tengah memeluk ayahnya. Kini Arkan tahu jawabannya dan memang benar apa yang dipikirkannya sewaktu dijalan. Hatinya ikut merasakan kesedihan itu lalu sebuah elusan lembut mendarat di kepala Arina. 

“Kamu kuat Na, om Hans pasti bangga punya anak yang kuat.” 

Setelah kurang lebih satu jam Arina, Panama dan Arkan bernapas lega pasalnya kini kondisi ayah Arina sudah membaik dan sekarang sudah tertidur pulas. Mereka pun sudah bisa pulang dengan perasaan tenang. 
Panama, Arina dan Arkan kini berada di mobil Arkan namun dari tadi tidak ada sebuah percakapan, Arkan ingin memulai percakapan namun dia urungkan karena kondisinya yang masih seperti ini, Arkan juga takut nanti malah bisa merusak mood Arina jika melayangkan pertanyaannya setelah kejadian tadi. 

Mobil civic klasik milik Arkan sudah berhenti di halaman depan rumah Arina, mereka pun turun lalu masuk kedalam rumah.

“Makasih ya, Ar sudah mau direpotkan. Maaf ya aku tadi jadi izin kerja,” ucap Arina tulus berterimakasih,

Arkan tersenyum lalu tiba-tiba mengelus lembut rambut Arina sontak Arina kaget dengan apa yang Arkan lakukan. Jantungnya kini ikut deg-degan waktu tangan Arkan menyentuh pucuk kepalanya. 

“Sama-sama, Arina. Yasudah aku pulang dulu ya, Panama kak Arkan pulang ya. Superman ga boleh nangis, oke.” ucap Arkan lalu mobilnya kini sudah menjauh dari pandangan Arina dan Panama. 

“Kak Arkan baik ya kak,”

“Iya dek, dari dulu Arkan selalu bantu kaka, waktu kaka di gangguin sama temen-temen sekelas sampai sekarang juga masih baik,”
Kenapa ga pacaran aja kak?” Ucapan Panama barusan membuat Arina tersedak padahal dirinya tidak makan apa-apa. 

“Aku sama Arkan beda dek.” 

Setelah menjawab Arina langsung pergi ke belakang untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lelah. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
3643      1445     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
EPHEMERAL
99      90     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Maze Of Madness
3776      1537     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Langit Indah Sore Hari
98      84     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
7263      2169     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...
Just For You
4129      1628     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Premium
SHADOW
4081      1339     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
2350      908     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Kisah Kemarin
4101      1345     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
A Freedom
102      88     1     
Inspirational
Kebebasan adalah hal yang diinginkan setiap orang. Bebas dalam menentukan pilihan pun dalam menjalani kehidupan. Namun sayang kebebasan itu begitu sulit bagi Bestari. Seolah mendapat karma dari dosa sang Ayah dia harus memikul beban yang tak semestinya dia pikul. Mampukah Bestari mendapatkan kebebasan hidup seperti yang diinginkannya?