Setelah insiden ayahnya yang terjatuh kemarin, kini Arina dan Arkan selalu menghabiskan waktu bersama mengunjungi ayah Arina, Mereka juga tampak semakin akrab dan sekarang di toko bunga tempat Arina bekerja keduanya sudah tidak canggung untuk mengobrol meskipun Arina tidak enak dengan teman-temannya yang memandangnya terlalu akrab dengan pemilik toko ini.
Salim akhir-akhir ini juga selalu mampir ke toko bunga meskipun kadang sesekali tidak membeli bunga namun sekedar menanyainya kabar ataupun hanya sekedar melihat Arina dari kejauhan.
Siang ini sungguh membuat Arina gampang haus dan lapar mungkin karena cuaca panas yang akhir-akhir ini tidak seperti biasanya. Pintu toko terbuka, Arina melihat seorang ojol (ojek online) dengan membawa sebuah paper bag warna coklat lalu ojol itu berjalan menuju ke arah Arina, pikir Arina ojol ini memang ingin beli bunga namun tebakannya salah, bapak ojol ini memberikan paper bag yang dibawanya lalu memberikan kepada Arina seraya berkata,
“Mbak, jus alpukat sama sushi enak di makan, selamat makan ya,”
Arina dan beberapa temannya terkejut melihat tingkah bapak itu, temannya menyuruh Arina untuk membuka saja isi paper bag ini kali saja ada sebuah keterangan pengirim. Dan dugaan teman-temannya memang benar di dalam ada sebuah card yang bertuliskan,
Jus alpukat dan sushi enak di makan, selamat makan.
Dari pangeran sushi
Arina dan teman-temannya yang membaca tulisan ini tertawa, siang-siang begini ada pangeran sushi yang sangat lawak. Setelah cukup puas mereka menertawakan Arina dan ketika dia membalik card ini tertulis pesan lagi dari sang pengirimyang bertuliskan,
Ini halal beneran ada label dari MUI juga, jadi dimakan ya, mubasir kalo di diemin doang. Besok aku bakal mampir ke toko ini, jadi tahan dulu penasarannya hehe.
Dari pangeran sushi
Arina dibuat geleng-geleng membaca tulisan ini, kemudian dia pun memakan pemberian dari si pangeran sushi ini dengan berbagi kepada teman-temannya.
“Ini palingan Pak Arkan yang ngirim,” celetuk Mirna temannya sesama pekerja di toko ini,
“Atau mungkin penggemar rahasianya Arina,” tebak Santi ikut meramaikan tebak-tebakan ini.
“Dari pada berspekulasi mending liat aja besok ya, yowes yok lanjut makan sushinya, lumayan anak kos seneng banget dapet gratisan.” ucap Hani dengan nada yang berlogat jawa yang mampu membuat suasana siang ini kembali mencair.
Shift kerja Arina pun berakhir diakhiri dengan memakan sushi pemberian dari pangeran sushi, sushi dan jus alpukat membantu sekali perutnya yang sedari tadi keroncongan, kini Arina pun melanjutkan aktivitasnya seperti biasanya. Jujur saja dirinya masih memikirkan siapa pangeran sushi itu, Arina tidak berani berandai tentang siapa pemberi sushi itu walaupun sekarang pikirnya Arkan yang memberikan makanan tadi namun Arina tetap ingin menunggu besok siapa kah yang akan datang.
****
Deretan lauk dan hidangan yang terlihat begitu mewah dan juga membuat siapa saja yang melihat ingin memakannya, Arkan dan keluarganya sedang makan malam seperti biasanya.
“Ma, Pa, Arkan sudah punya pilihan sendiri.” Arkan memberanikan diri berkata seperti itu karena dia tidak sengaja mendengar percakapan antara kedua orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan anak rekan bisnisnya.
“Memangnya siapa pilihan kamu?” tanya papanya,
Arkan tidak menjawab dia takut kalau dia menjawab kalau orang pilihannya adalah Arina kedua orang tuanya tidak setuju pasalnya Arkan dan Arina berbeda sedangkan di lain sisi kedua orang tuanya sangat memperhatikan bibit bebet dan bobot apalagi soal pilihan pendamping.
Sebagai anak tunggal Arkan selalu dilema dengan pilihannya ini namun perasaannya tidak bisa dia bohongi, dia mencintai Arina teman sejak dirinya kecil. Dan dia percaya pertemuannya kembali dengan Arina bukan suatu kebetulan belaka melainkan takdir Tuhan.
“Kamu selalu inget kan, harus sama setara dengan keluarga kita.”
Penuturan dari mamanya seakan sudah manjadi tolakan keras untuk dirinya bersama Arina, namun Arkan tidak menggubris ucapan mamanya itu, selera makannya tiba-tiba hilang dia pun kini meninggalkan meja makan dengan alasan ada hal yang penting lainnya dari pada mendengarkan perihal perjodohan dirinya.
Salim sudah bersiap-siap dengan pakaian yang sederhana seperti biasa kemeja dengan kaos hitam di dalamnya dan celana jeans dan sepatu sneakers miliknya. Dengan mengendarai mobilnya kini salim dijalan terlihat bahagia dengan senyum yang mengukir di wajahnya entah siapa yang akan ditemuinya nanti sampai auranya terlihat begitu senang hari ini.
Kurang lebih tiga puluh menit baik Arkan dan Salim kini sama-sama tiba bersamaan di toko bunga milik keluarga Arkan, entah kenapa Arkan kurang suka dengan kehadiran Salim, tanpa menyapa Arkan langsung masuk terlebih dahulu ke dalam toko diikuti dengan Salim. Dari dalam Arina melihat mereka datang secara bersama sedikit terkejut pasalnya raut wajah Arkan yang tampak tidak bersemangat hari ini Arina dapat menangkapnya.
“Selamat pagi, Arina,” sapa Salim begitu ramah, Arina membalas sapaan itu dengan senyuman manisnya.
Salim sekarang sering sekali datang ke toko bunga ini, kali ini dia membeli bunga mawar merah, saat bunganya sudah dibungkus rapih Salim kembali berucap,
“Pasti nunggu pangeran sushi datang ya,” goda salim kepada Arina.
Dia pun langsung tersadar bahwa hari ini pangeran sushi akan datang ke toko dan benar saja Salim datang ke toko dan mengerti istilah pangeran sushi berarti salimlah pangeran sushi itu .
“Oh jadi kamu,” jawab Arina dengan geleng-geleng kepada dan tertawa,
“Aku seneng,” ucap salim kemudian memberikan bunga mawar yang dibelinya kepada Arina,
“Sesekali bunga mawar ya, Na, semangat.” Salim melanjutkan ucapannya, semua rekan kerja Arina memperhatikan dengan senyum sendiri melihat Arina terlihat tersipu malu.
“Eh iya Salim, makasi ya,”
Tak lama kemudian Salim meninggalkan toko, dari dalam toko terdengar heboh saat rekan-rekan kerja Arina menggoda Arina bersama pangeran sushi itu. Ada-ada saja batin Arina, namun entah kenapa dirinya senang diperlakukan seperti ini.
“ Kamu ga sadar, Na?” Mirna rekan kerjanya tiba-tiba bertanya dan sontak membuat Arina sedikit kaget.
“Hah? Sadar gimana, Mir?”
“Salim selalu menggunakan bahasa bunga untuk menyampaikan rasanya sama kamu, pertama dia kasih bunga matahari, kamu tahu kenapa?”
Arina menggeleng, “Bunga matahari melambangkan kesetiaan, mulai dari terbit matahari hingga terbenam, bunga matahari akan selalu menatap kearah matahari bersinar. identik dengan rasa bahagia, kelopaknya yang berwarna kuning melambangkan kehidupan yang penuh kebahagiaan dan keceriaan,” ujar Mirna menjelaskan,
Arina semakin tidak percaya kalau semua pemberian Salim memiliki makna dan dia baru menyadarinya lewat Mirna.
“Dan ini bunga mawar merah, simbol cinta dan romantisme, bunga paling sempurna,” lanjut Mirna,
“Salim suka sama lo, Na,” ucap Hana menambahkan penjelasan Mirna.
Dari percakapan mereka tentang bahasa bunga dan Salim, ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan mereka, Arkan tampak tidak suka dengan semua ini, tangannya sudah mengepal dari tadi dan tanpa sengaja tiba-tiba dia menggebrakkan meja kerjanya dengan cukup keras membuat semua pekerja di toko ini kaget termasuk Arina.
Arkan kenapa? batin Arina,
Jujur Arina tidak tega melihat kondisi Arkan saat ini, tidak terlihat senyum di wajahnya hari ini, mukanya semakin terlihat dingin Arina yakin Arkan pasti sedang ada masalah yang mengganggu pikirannya.