Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta Wanita S2
MENU
About Us  

Malam semakin larut. Kami masih duduk di antara cahaya lilin. Tidak lama setelah tawa Bang Mus menertawakan Mak Sari dan Dara, listrik negara pamit untuk tidur sejenak. Kami sempat mengeluarkan kur panjang bersama-sama. Kak Sita mencari-cari lilin di balik lemari penuh gelas dan piring hias. Bisa kukatakan hias, semenjak dulu sampai sekarang piring-piring dan gelas-gelas tidak pernah keluar dari lemari itu. Ibu mengoleksi piring maupun gelas beraneka bentuk dan warna itu sejak muda. Wajar saja Ibu tidak mau membuat koleksinya tersebut pecah satu persatu. Ibu pasti susah payah mengumpulkan model koleksi piring dan gelasnya hingga bertahan sampai sekarang. Menurut tahun pula, piring dan gelas berganti corak dan motif. Model terlama dengan warna emas dan lebih tebal serta bermotif bunga warna ungu, merupakan sepasang piring dan gelas yang tidak pernah kuketahui tahun berapa. Kebanyakan dari koleksi itu, tidak semua Ibu ingat tahun kapan dibeli dan disimpan di dalam lemari kaca tersebut. Hobi Ibu sangat bermanfaat, entah bagaimana nasibnya jika Ibu tiada. Mungkin akan kugunakan sebagai piring makan dan gelas minum, atau hilang satu persatu diambil tangan-tangan jahil, siapa saja yang mau.

Kepalaku sudah bergoyang-goyang. Aku butuh tidur. Suara Ibu membangunkanku kembali ke dunia nyata.

“Ibu sudah memutuskan setuju dengan Rudi, tinggal kalian mengambil keputusan,”

Dalam gelap, belum ada yang berbicara. Bang Muis mengepulkan asap rokok setinggi-tingginya. Bang Mus tidak mau kalah, diikutinya membuat kepulan asap rokok menjadi bulatan-bulatan kecil hingga pecah di udara.

“Kalau Ibu sudah setuju kita tunggu apalagi,” ujar Bang Mul senang.

“Saya juga tidak keberatan. Kelihatannya Rudi itu anak penuh tanggung jawab. Saya senang bicara dengannya. Soal pekerjaan tidak ada yang ragukan lagi. Soal jabatan tidak jadi masalahlah selama dia masih punya pekerjaan tetap,” kata Bang Mus sambil membuang puntung rokok ke asbak di depannya.

“Kita putuskan saja maharnya!” kata Bang Muis tegas.

“Saya setuju. Dari pada berlama-lama nanti si Inong dan si Rudi semakin dekat, tidak ada ikatan pernikahan juga membuat kita malu,” Bang Mul setuju.

“Ibu juga sepakat. Rudi datang ke mari karena dia berani menjumpai keluarga kita. Rudi serius dengan kelakuannya terhadap Inong,”

“Bang Mul, berapa mayam melamar Kak Sita?” tanya Bang Muis.

“Sepuluh mayam,” jawab Bang Mul.

“Kamu Mus?”

“Dua belas mayam,”

“Saya sebelas mayam,”

Aku tidak mengerti maksud Bang Muis membanding-bandingkan mahar kedua abangku dengannya.

“Mahar Inong tidak boleh kurang dari itu!” tegas Bang Muis. “Harga emas semakin hari semakin naik, dulu kami memberi mahar segitu sekarang sudah lebih banyak lagi. Ukuran dulu dengan sekarang jelas berbeda. Ukuran laki-laki dan perempuan jelas berbeda pula. Kami laki-laki wajib membayar mahar sedangkan perempuan wajib menerima mahar. Perempuan juga berhak menentukan berapa mahar yang sanggup dipikul laki-laki sebelum melamarnya,”

“Saya rasa mahar itu relatif, Muis,” kata Bang Mul. “Saya mengenal keluarga Rudi, saya pun paham dia tidak akan menolak penawaran kita,”

“Tidak bisa begitu, Bang!” Bang Muis naik darah. Abang nomor dua ini salah satu laki-laki paling keras kepala dalam keluargaku. “Kita punya berlian yang wajib ditebus dengan harga mahal. Inong satu-satunya perempuan dalam keluarga kita. Selama ini, saya, Bang Mul dan Mus yang melamar gadis orang dengan mahar tinggi. Sekarang, kita berhak menentukan mahar dengan harga tinggi pula. Wajarlah Bang, Inong memiliki mahar lebih di atas kita, selain satu-satunya adik perempuan, Inong sudah sekolah ke luar negeri, sudah menjadi dosen, banyak yang akan mau membayar mahar mahal, Bang!”

“Saya tidak menolak, Muis,” Bang Mul tidak mau kalah. “Saya hanya bersikap objektif saja masalah mahar ini,”

“Objektif bagaimana, Bang?” Bang Muis kembali membakar rokok, padahal baru saja habis sebatang terakhir.

“Kita melihat kondisi Rudi dan keluarganya,” jawab Bang Mul.

“Oh, kalau demikian, jangan datang melamar gadis dalam keluarga ini! Saya tidak mau adik perempuan dihargai dengan mahar rendah. Kita keluarga terpandang, Bang! Dari dulu sampai sekarang kita punya segalanya. Ayah juga tidak akan setuju anak perempuannya dilamar dengan mahar hanya tiga belas mayam saja!”

“Saya tidak mengatakan tiga belas mayam,”

“Walaupun Abang tidak mengatakannya, abang berniat menyamakan dengan mahar kita bukan?” Bang Muis makin tergerak mengeluarkan semua isi kepalanya. “Kita laki-laki, Bang! Kita datang melamar, sedangkan Inong datang untuk dilamar. Saya tidak tahu keluarga Kak Sita pernah negosiasi soal mahar sama abang. Saya sendiri malah terlibat tawar-menawar mahar saat melamar, abang sendiri melihatnya waktu itu!”

“Saya ikut sajalah, yang penting tidak rendah sekali untuk seorang magister  luar negeri, untuk seorang dosen, dan untuk anak perempuan Ibu satu-satunya,” celutuk Bang Mus sambil mengambil sebatang pisang goreng di depannya. Saat Bang Mus menggigit ujung pisang, saat itu pula listrik kembali menyala.

“Jangan begitu juga, Mus!” Bang Muis merapikan duduknya. “Mahar itu sangat penting dalam pernikahan. Saya tidak mau menyerahkan adik perempuan tanpa mahar kepada laki-laki manapun. Saya juga enggan memberikan adik perempuan kepada laki-laki yang hanya sanggup membayar setengah dari mahar saya kepada Rita. Saya hanya mau menerima laki-laki yang mau melamar dengan mahar sesuai peraturan keluarga ini!”

“Peraturan keluarga yang mana maksudmu?” Bang Mul tidak mau kalah.

“Maksud Muis,” sambung Ibu yang dari tadi diam. “Inong satu-satunya perempuan dalam keluarga kita, satu-satunya perempuan dari Kampung Pesisir yang mampu kuliah ke luar negeri. Tidak mungkin mahar Inong sama dengan perempuan lain di kampung kita,”

Bang Muis tersenyum mendapat dukungan dari Ibu.

“Saya tahu, Bu,” Bang Mul masih belum puas. “Mahar sebagai tanda pernikahan saja. Saya berkeinginan mahar itu tidaklah sampai tinggi sekali sehingga Rudi tidak sanggup menjangkaunya,”

“Dia sanggup!” kata Bang Muis yakin. “Seorang laki-laki pasti akan melamar gadis yang dia cintai berapapun maharnya!”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah Arwah
1030      556     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
BELVANYA
339      235     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Senja Belum Berlalu
4073      1441     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Matchmaker's Scenario
1291      681     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
Suami Untuk Kayla
8203      2563     7     
Romance
Namanya Kayla, seorang gadis cantik nan mungil yang memiliki hobi futsal, berdandan seperti laki-laki dan sangat membenci dunia anak-anak. Dijodohkan dengan seorang hafidz tampan dan dewasa. Lantas bagaimana kehidupan kayla pasca menikah ? check this out !
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
120      95     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
183      152     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
Perahu Waktu
423      287     1     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Acropolis Athens
5341      2018     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
Dosa Pelangi
638      377     1     
Short Story
"Kita bisa menjadi pelangi di jalan-jalan sempit dan terpencil. Tetapi rumah, sekolah, kantor, dan tempat ibadah hanya mengerti dua warna dan kita telah ditakdirkan untuk menjadi salah satunya."