"Aku bukan hyeongmu!"

"Tapiβ€”"

"Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!"

____

Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di seko...Read More >>"> Hyeong! (1. SMA Kyunggi) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hyeong!
MENU 0
About Us  

Kyunggi High School, sebuah sekolah negeri khusus laki-laki yang berada di wilayah Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Sekolah ini cukup populer di kalangan masyarakat Korea karena merupakan sekolah berbasis modern yang meraih banyak prestasi dan melahirkan lulusan-lulusan terbaik. Di dalam sekolah yang populer itu, ada juga siswa yang cukup populer, dikenal di seantero SMA Kyunggi.

Namanya Sung Hanbin. Siswa kelas 11-1, dan merupakan siswa paling populer. Hanbin merupakan ketua OSIS di SMA Kyunggi, dan siswa yang berbakat di bidang akademik hingga non akademik. Bahkan, nama Hanbin populer hingga ke SMA tetangga.

Di tengah kepopuleran Hanbin, ada seorang siswa kelas sepuluh yang sering diam-diam memperhatikannya dari kejauhan. 

"Hanbin Hyeong ...." panggilnya dengan suara nyaris tak terdengar, menatap sang pemilik nama yang berjalan menyeberang lapangan dan menjadi pusat perhatian para siswa. 

Siswa yang dijuluki happy virus itu bernama Seok Matthew, siswa kelas 10-1, yang sedang bermain basket di pagi hari sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

"Matthew, ayo mulai!" seru temannya.

Matthew mengalihkan pandangannya dan kembali fokus dengan bola basket di tangannya, kemudian men-dribble bola sambil melempar senyum kepada temannya.

"Tunjukkan taringmu, Matthew!" 

Matthew tertawa kecil.

"Kau menantang orang yang salah, Han Yujin!" seru Matthew, lalu ia mulai bermain dengan lihai. Menggiring bola basket dan melemparnya ke ring dengan mudah. Begitu seterusnya hingga permainan selesai.

Han Yujin berkacak pinggang sambil mengatur napas.

"Matthew, kau gila! Ini hanya permainan santai, bukan perlombaan. Agresif sekali."

"Turnamen sebentar lagi, dan aku harus membuktikan kalau aku bisa bermain dengan baik, supaya pelatih memilihku untuk mewakili tim basket sekolah dan memenangkan turnamen!" seru Matthew bersemangat.

Yujin mengangguk-angguk setuju.

"Iya, kau tenang saja, kau pasti terpilih menjadi pemain inti tim basket yang bermain ke lapangan, percayalah! Pelatih akan memilihmu!" ucap Yujin kemudian.

Matthew lalu tersenyum, mendapati temannya mendukung dan mempercayainya.

"Baiklah, sekarang tangkap ini!" seru Yujin dan tanpa jeda ia langsung melempar bola basket dengan keras ke arah Matthew. Untung saja Matthew sigap, ia langsung menangkap bola itu tanpa lolos.

"Begini rupanya cara mainmu, hm?" Matthew langsung balas melempar bola dengan lebih keras ke arah Yujin. Namun, Yujin menghindari bola tersebut hingga akhirnya bola yang Matthew lemparkan mengarah ke orang lain di sisi lapangan.

Bugh!

Bola yang dilempar Matthew dengan keras tanpa sengaja mengenai kepala salah satu siswa SMA Kyunggi. Karena lemparan itu cukup keras, tampak darah menetes dari hidungnya.

Yujin terbelalak, terutama Matthew yang tak menyangka bolanya melukai seorang siswa.

"Hyeong!" panggil Matthew, lalu ia berlari menghampiri siswa yang menjadi korban salah sasaran bola basketnya yang tak lain adalah Sung Hanbin, si ketua OSIS dan siswa populer kelas 11-1.

Yujin yang tadi menghindar dengan berjongkok seketika menepuk kepalanya dengan kedua tangan.

"Hanbin Seonbae ...." gumam Yujin dengan raut menyesal.

Yujin berlari menghampiri Hanbin bersama Matthew. 

"Hyeo -" Matthew segera menghentikan kalimatnya yang hendak memanggil Hanbin dengan sebutan Hyeong, dan meralatnya.

"Seonbae? Maafkan aku, aku tidak sengaja. Seonbae, kau tidak apa-apa?" tanya Matthew panik.

Mendengar pertanyaan dari Matthew kepada Hanbin, Yujin seketika menjitak kepala Matthew.

"Tidak apa-apa jidatmu! Lihat, hidung Hanbin Seonbae mimisan, itu pasti sakit sekali! Seonbae, maafkan aku dan temanku, kami tidak sengaja. Ayo, kita harus segera ke klinik sekolah!" seru Yujin.

Lalu tanpa menunggu respon, Yujin merangkul sebelah tangan Hanbin di bahunya dan memberi kode kepada Matthew untuk melakukan hal yang sama dengannya di tangan Hanbin yang lain, dan memapahnya untuk pergi ke klinik sekolah.

Hanbin melepas rangkulan itu.

"Tidak usah, aku bisa sendiri," ucap Hanbin.

Melihat darah terus menetes dari hidung Hanbin, Matthew mencari sapu tangan di saku celananya dan memberikannya kepada Hanbin.

"Maaf, Seonbae. Ini, tutup pakai sapu tangan dulu selagi kita berjalan ke klinik sekolah," ucap Matthew. 

Hanbin menerima sapu tangan itu dan menuruti perkataan Matthew. Menutupi hidungnya dengan sapu tangan untuk menghentikan sementara pendarahannya. Kemudian ia berjalan dengan kepala sedikit menengadah, dibantu Yujin dan Matthew yang mengiringinya di sisi kiri dan kanannya.

πŸͺπŸͺπŸͺ

Hanbin bersama Matthew dan Yujin tiba di klinik sekolah. Namun, tampaknya dokter jaga sedang keluar atau mungkin belum datang.

"Seonbae, duduk dulu di sini, biar aku ambilkan P3K dan obat-obatannya," ujar Yujin. Ia lalu beralih mencari kotak P3K serta obat pereda nyeri yang tak jauh dari ranjang tempat Hanbin duduk.

Selagi Yujin mencari obat, tersisa Matthew yang canggung bersama Hanbin. Darah masih keluar dari hidungnya, sehingga Hanbin mendongakkan kepalanya.

"Hyeong, jangan dongakkan kepalamu. Nanti darahnya bisa masuk ke hidung atau saluran pernapasan. Condongkan tubuhmu ke depan," tutur Matthew.

 

Hanbin tampak kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan. Melihat itu, Matthew dengan refleks memegang kedua bahu Hanbin dan menunjukkan bagaimana tubuhnya harus dicondongkan. Matthew juga meraih dagu Hanbin untuk mengarahkan kepalanya agar tak mendongak.

"Maaf, Hyeong, izinkan aku melakukan ini," ucap Matthew, lalu ia memencet cuping hidung Hanbin menjadi satu dengan agak lama, dengan tujuan agar memberikan penekanan pada pembuluh darah sehingga mimisan berhenti lebih cepat.

"Hyeong, bernapaslah menggunakan mulut," ucap Matthew. 

Hanbin di hadapannya lalu membuka mulutnya sedikit, bernapas dengan perlahan. Matthew bisa merasakan hembusan napas Hanbin yang hangat di tangannya. Matthew jadi merasa canggung dengan posisi itu, ditambah ia sadar, Hanbin terus menatapnya.

"Hyeong ...."

"Bukankah aku sudah mengingatkan padamu, jangan panggil aku Hyeong di sekolah," ucap Hanbin dengan suara pelan dan penuh penekanan.

Matthew menunduk.

"Maaf, Seonbae."

Yujin kemudian datang dengan kotak kotak obatnya. Ia bingung dengan apa yang sedang temannya dan kakak kelasnya lakukan.

"Matthew, apa yang kau lakukan?"

Hanbin melepas ibu jari dan jari telunjuk Matthew dari hidungnya.

"Terima kasih, pendarahannya sudah berhenti," ucap Hanbin dingin.

Yujin mengangguk-angguk mengetahui ternyata Matthew melakukan hal itu untuk menghentikan pendarahan lebih cepat. 

"Syukurlah kalau mimisannya sudah berhenti. Sini, Seonbae, biar aku bantu bersihkan!" seru Yujin senang. 

Yujin memberikan beberapa lembar tisu kepada Hanbin. Yujin memperhatikan dengan jeli setiap inci wajah Hanbin di depannya dan mencari apakah ada luka lain atau mungkin memar bekas terkena bola atau tidak. Namun, Yujin malah terkagum-kagum dengan ketampanan sang senior.

"Seonbae ... kau sangat tampan ..." gumam Yujin dengan mata masih menatap wajah Hanbin.

Matthew memukul lengan Yujin guna menyadarkannya.

"Ehehe ... maaf, Seonbae, hanya saja ini kali pertama aku melihatmu sedekat ini. Secara, Hanbin Seonbae sangat populer, he-he ...." ucap Yujin. 

"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah merawatku, kalian berdua lebih baik kembali ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran pertama dimulai."

Yujin melirik jam tangannya.

"Astaga, Matthew! Bukannya kita ada ulangan matematika di jam pelajaran pertama? Ya ampun aku belum belajar!" jerit Yujin dengan wajah tampak frustasi. Yujin selalu lupa perihal ulangan matematika. 

"Tapi Hanbin Seonbae bagaimana?" tanya Matthew, ia tak yakin bisa meninggalkan Hanbin sendirian. 

"Aku sudah baik-baik saja. Aku juga akan kembali ke kelas," jawab Hanbin.

Matthew masih ragu. Sebab ia melihat Hanbin tampak pucat. Mungkin mimisannya sudah reda, tetapi ia tak tahu apa yang Hanbin rasakan sekarang. Apakah kepalanya tidak sakit, pusing, atau mungkin ia mengeluh sakit di lain tempat?

"Seonbae ..." kalimat Matthew menggantung. 

Tak lama kemudian, datang seorang siswa yang dipapah oleh dokter jaga. 

"Tahan sedikit, Hao, nanti aku resepkan obat, tetapi kau harus makan dulu," ucap dokter jaga yang memapah seorang siswa kelas 11 yang ia panggil Hao.

Semua mata tertuju pada mereka yang masuk ke klinik sekolah. 

"Zhang Hao Seonbae?" gumam Yujin yang tampak mengenalnya.

Sementara itu Hanbin tampak terkejut.

"Hao? Kau kenapa?" tanyanya.

Dokter merebahkan Zhang Hao di ranjang sebelah Hanbin.

"Perutku sakit. Kau sendiri kenapa?"

"Aku? Aku baik-baik saja."

Dokter lalu beralih menatap Hanbin.

"Dua siswa populer ternyata ada di klinikku. Ada yang perlu aku bantu, Hanbin?" tanya Dokter.

"Tidak perlu, Dokter Kim. Aku tadi terkena bola dan sempat mimisan, sekarang sudah mereda. Mungkin aku hanya ingin meminta obat sakit kepala," tutur Hanbin.

Dokter Kim lalu melihat dua siswa lainnya.

"Lalu, kalian berdua? Ada perlu apa di sini, Matthew, Yujin?"

Yujin menggeleng.

"Tidak ada, Dokter. Kami harus kembali ke kelas. Seonbae, kami minta maaf sekali lagi. Permisi. Ayo, Matthew!" Yujin menepuk lengan Matthew untuk mengajaknya kembali ke kelas. 

"Kau duluan saja. Nanti aku menyusul," ucap Matthew.

"Baiklah!" seru Yujin lalu berlari dan meninggalkan ruangan klinik.

Sementara itu setelah sesaat memeriksa keadaan Zhang Hao, Dokter Kim mencari obatnya. Tersisa Matthew bersama dua seniornya.

Melihat Matthew masih di sana, Hanbin bertanya, "Kenapa kau tidak kembali ke kelasmu?" 

"Aku ingin memastikan Hanbin Seonbae baik-baik saja. Aku tidak enak kalau pergi begitu saja, aku merasa harus bertanggung jawab karena aku yang membuat Seonbae terluka."

Hanbin menghela napas.

"Sudah kubilang, aku baik-baik saja. Kembalilah ke kelasmu."

Zhang Hao yang berbaring di ranjang kemudian mengangkat kepalanya menoleh ke arah Matthew.

"Tak perlu khawatir, dia tidak sendiri. Hanbin biar aku yang jaga. Kembalilah ke kelasmu. Lihat, sudah hampir bel masuk," ucap Zhang Hao.

Matthew melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan kurang lima menit.

Kemudian pandangannya kembali melihat Hanbin, lalu bergantian melihat Zhang Hao.

"Aku bukan orang asing baginya, aku Zhang Hao, teman dekatnya Hanbin. Sudah pasti kami akan saling menjaga!" seru Zhang Hao, dengan senyuman ramah.

Matthew membalas senyuman itu dengan senyum khasnya.

"Siapa namamu? Kelas berapa?" tanya Zhang Hao.

"Seok Matthew, kelas 10-1."

"Matthew, kembalilah ke kelasmu. Jangan cemaskan manusia satu ini," ucap Zhang Hao lagi sambil menunjuk Hanbin dengan kakinya.

Hanbin melirik malas Zhang Hao, dan menendang kakinya. Keduanya tampak terlibat candaan kecil. Dari sana, Matthew tahu keduanya memang sangat akrab. 

"Baiklah, Seonbae. Aku akan kembali ke kelasku. Permisi ...." 

Setelah berpamit, Matthew pergi meninggalkan Hanbin bersam Hao di ruang klinik.

Beberapa langkah menuju pintu keluar, Matthew membalikkan badannya. Ia melihat Hanbin dan Hao tengah bercanda kecil hingga tawa riang mereka terdengar ke luar. Matthew merasa iri kepada Hao. 

"Hyeong, jika dia saja bisa menjadi teman dekatmu, mengapa aku tidak bisa?"

"Hyeong, aku merindukanmu ...."

Batin Matthew berbicara. Ia membalik badannya lagi dan melangkah lemas dengan kepala tertunduk, pergi menuju kelasnya.

πŸͺπŸͺπŸͺ

Note : 

Hyeong/hyung : Panggilan abang (kakak laki-laki) dari laki-laki ke laki-laki. Kalau dari perempuan ke laki-laki panggilannya Oppa 😁

Seonbae/sunbae : Panggilan untuk Senior. Kalau junior panggilannya Hoobae/hubae 😁

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hello, Kapten!
1136      604     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
KILLOVE
3836      1252     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
Petrichor
5662      1321     2     
Romance
Candramawa takdir membuat Rebecca terbangun dari komanya selama dua tahun dan kini ia terlibat skandal dengan seorang artis yang tengah berada pada pupularitasnya. Sebenarnya apa alasan candramawa takdir untuk mempertemukan mereka? Benarkah mereka pernah terlibat dimasa lalu? Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu?
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
4195      1612     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
RIUH RENJANA
398      299     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
The Sunset is Beautiful Isn't It?
997      604     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. β€”//β€” Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Romance is the Hook
3557      1336     1     
Romance
Tidak ada hal lain yang ia butuhkan dalam hidupnya selain kebebasan dan balas dendam. Almira Garcia Pradnyani memulai pekerjaannya sebagai editor di Gautama Books dengan satu tujuan besar untuk membuktikan kemampuannya sendiri pada keluarga ibunya. Namun jalan menuju keberhasilan tidaklah mudah. Berawal dari satu kotak cinnamon rolls dan keisengan Reynaldo Pramana membuat Almira menambah satu ...
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
6021      2260     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Maraβ€”sahabat perempuannyaβ€”menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
My Dangerious Darling
3358      1347     2     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
9994      2757     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...