Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hyeong!
MENU
About Us  

Kyunggi High School, sebuah sekolah negeri khusus laki-laki yang berada di wilayah Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Sekolah ini cukup populer di kalangan masyarakat Korea karena merupakan sekolah berbasis modern yang meraih banyak prestasi dan melahirkan lulusan-lulusan terbaik. Di dalam sekolah yang populer itu, ada juga siswa yang cukup populer, dikenal di seantero SMA Kyunggi.

Namanya Sung Hanbin. Siswa kelas 11-1, dan merupakan siswa paling populer. Hanbin merupakan ketua OSIS di SMA Kyunggi, dan siswa yang berbakat di bidang akademik hingga non akademik. Bahkan, nama Hanbin populer hingga ke SMA tetangga.

Di tengah kepopuleran Hanbin, ada seorang siswa kelas sepuluh yang sering diam-diam memperhatikannya dari kejauhan. 

"Hanbin Hyeong ...." panggilnya dengan suara nyaris tak terdengar, menatap sang pemilik nama yang berjalan menyeberang lapangan dan menjadi pusat perhatian para siswa. 

Siswa yang dijuluki happy virus itu bernama Seok Matthew, siswa kelas 10-1, yang sedang bermain basket di pagi hari sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

"Matthew, ayo mulai!" seru temannya.

Matthew mengalihkan pandangannya dan kembali fokus dengan bola basket di tangannya, kemudian men-dribble bola sambil melempar senyum kepada temannya.

"Tunjukkan taringmu, Matthew!" 

Matthew tertawa kecil.

"Kau menantang orang yang salah, Han Yujin!" seru Matthew, lalu ia mulai bermain dengan lihai. Menggiring bola basket dan melemparnya ke ring dengan mudah. Begitu seterusnya hingga permainan selesai.

Han Yujin berkacak pinggang sambil mengatur napas.

"Matthew, kau gila! Ini hanya permainan santai, bukan perlombaan. Agresif sekali."

"Turnamen sebentar lagi, dan aku harus membuktikan kalau aku bisa bermain dengan baik, supaya pelatih memilihku untuk mewakili tim basket sekolah dan memenangkan turnamen!" seru Matthew bersemangat.

Yujin mengangguk-angguk setuju.

"Iya, kau tenang saja, kau pasti terpilih menjadi pemain inti tim basket yang bermain ke lapangan, percayalah! Pelatih akan memilihmu!" ucap Yujin kemudian.

Matthew lalu tersenyum, mendapati temannya mendukung dan mempercayainya.

"Baiklah, sekarang tangkap ini!" seru Yujin dan tanpa jeda ia langsung melempar bola basket dengan keras ke arah Matthew. Untung saja Matthew sigap, ia langsung menangkap bola itu tanpa lolos.

"Begini rupanya cara mainmu, hm?" Matthew langsung balas melempar bola dengan lebih keras ke arah Yujin. Namun, Yujin menghindari bola tersebut hingga akhirnya bola yang Matthew lemparkan mengarah ke orang lain di sisi lapangan.

Bugh!

Bola yang dilempar Matthew dengan keras tanpa sengaja mengenai kepala salah satu siswa SMA Kyunggi. Karena lemparan itu cukup keras, tampak darah menetes dari hidungnya.

Yujin terbelalak, terutama Matthew yang tak menyangka bolanya melukai seorang siswa.

"Hyeong!" panggil Matthew, lalu ia berlari menghampiri siswa yang menjadi korban salah sasaran bola basketnya yang tak lain adalah Sung Hanbin, si ketua OSIS dan siswa populer kelas 11-1.

Yujin yang tadi menghindar dengan berjongkok seketika menepuk kepalanya dengan kedua tangan.

"Hanbin Seonbae ...." gumam Yujin dengan raut menyesal.

Yujin berlari menghampiri Hanbin bersama Matthew. 

"Hyeo -" Matthew segera menghentikan kalimatnya yang hendak memanggil Hanbin dengan sebutan Hyeong, dan meralatnya.

"Seonbae? Maafkan aku, aku tidak sengaja. Seonbae, kau tidak apa-apa?" tanya Matthew panik.

Mendengar pertanyaan dari Matthew kepada Hanbin, Yujin seketika menjitak kepala Matthew.

"Tidak apa-apa jidatmu! Lihat, hidung Hanbin Seonbae mimisan, itu pasti sakit sekali! Seonbae, maafkan aku dan temanku, kami tidak sengaja. Ayo, kita harus segera ke klinik sekolah!" seru Yujin.

Lalu tanpa menunggu respon, Yujin merangkul sebelah tangan Hanbin di bahunya dan memberi kode kepada Matthew untuk melakukan hal yang sama dengannya di tangan Hanbin yang lain, dan memapahnya untuk pergi ke klinik sekolah.

Hanbin melepas rangkulan itu.

"Tidak usah, aku bisa sendiri," ucap Hanbin.

Melihat darah terus menetes dari hidung Hanbin, Matthew mencari sapu tangan di saku celananya dan memberikannya kepada Hanbin.

"Maaf, Seonbae. Ini, tutup pakai sapu tangan dulu selagi kita berjalan ke klinik sekolah," ucap Matthew. 

Hanbin menerima sapu tangan itu dan menuruti perkataan Matthew. Menutupi hidungnya dengan sapu tangan untuk menghentikan sementara pendarahannya. Kemudian ia berjalan dengan kepala sedikit menengadah, dibantu Yujin dan Matthew yang mengiringinya di sisi kiri dan kanannya.

πŸͺπŸͺπŸͺ

Hanbin bersama Matthew dan Yujin tiba di klinik sekolah. Namun, tampaknya dokter jaga sedang keluar atau mungkin belum datang.

"Seonbae, duduk dulu di sini, biar aku ambilkan P3K dan obat-obatannya," ujar Yujin. Ia lalu beralih mencari kotak P3K serta obat pereda nyeri yang tak jauh dari ranjang tempat Hanbin duduk.

Selagi Yujin mencari obat, tersisa Matthew yang canggung bersama Hanbin. Darah masih keluar dari hidungnya, sehingga Hanbin mendongakkan kepalanya.

"Hyeong, jangan dongakkan kepalamu. Nanti darahnya bisa masuk ke hidung atau saluran pernapasan. Condongkan tubuhmu ke depan," tutur Matthew.

 

Hanbin tampak kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan. Melihat itu, Matthew dengan refleks memegang kedua bahu Hanbin dan menunjukkan bagaimana tubuhnya harus dicondongkan. Matthew juga meraih dagu Hanbin untuk mengarahkan kepalanya agar tak mendongak.

"Maaf, Hyeong, izinkan aku melakukan ini," ucap Matthew, lalu ia memencet cuping hidung Hanbin menjadi satu dengan agak lama, dengan tujuan agar memberikan penekanan pada pembuluh darah sehingga mimisan berhenti lebih cepat.

"Hyeong, bernapaslah menggunakan mulut," ucap Matthew. 

Hanbin di hadapannya lalu membuka mulutnya sedikit, bernapas dengan perlahan. Matthew bisa merasakan hembusan napas Hanbin yang hangat di tangannya. Matthew jadi merasa canggung dengan posisi itu, ditambah ia sadar, Hanbin terus menatapnya.

"Hyeong ...."

"Bukankah aku sudah mengingatkan padamu, jangan panggil aku Hyeong di sekolah," ucap Hanbin dengan suara pelan dan penuh penekanan.

Matthew menunduk.

"Maaf, Seonbae."

Yujin kemudian datang dengan kotak kotak obatnya. Ia bingung dengan apa yang sedang temannya dan kakak kelasnya lakukan.

"Matthew, apa yang kau lakukan?"

Hanbin melepas ibu jari dan jari telunjuk Matthew dari hidungnya.

"Terima kasih, pendarahannya sudah berhenti," ucap Hanbin dingin.

Yujin mengangguk-angguk mengetahui ternyata Matthew melakukan hal itu untuk menghentikan pendarahan lebih cepat. 

"Syukurlah kalau mimisannya sudah berhenti. Sini, Seonbae, biar aku bantu bersihkan!" seru Yujin senang. 

Yujin memberikan beberapa lembar tisu kepada Hanbin. Yujin memperhatikan dengan jeli setiap inci wajah Hanbin di depannya dan mencari apakah ada luka lain atau mungkin memar bekas terkena bola atau tidak. Namun, Yujin malah terkagum-kagum dengan ketampanan sang senior.

"Seonbae ... kau sangat tampan ..." gumam Yujin dengan mata masih menatap wajah Hanbin.

Matthew memukul lengan Yujin guna menyadarkannya.

"Ehehe ... maaf, Seonbae, hanya saja ini kali pertama aku melihatmu sedekat ini. Secara, Hanbin Seonbae sangat populer, he-he ...." ucap Yujin. 

"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah merawatku, kalian berdua lebih baik kembali ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran pertama dimulai."

Yujin melirik jam tangannya.

"Astaga, Matthew! Bukannya kita ada ulangan matematika di jam pelajaran pertama? Ya ampun aku belum belajar!" jerit Yujin dengan wajah tampak frustasi. Yujin selalu lupa perihal ulangan matematika. 

"Tapi Hanbin Seonbae bagaimana?" tanya Matthew, ia tak yakin bisa meninggalkan Hanbin sendirian. 

"Aku sudah baik-baik saja. Aku juga akan kembali ke kelas," jawab Hanbin.

Matthew masih ragu. Sebab ia melihat Hanbin tampak pucat. Mungkin mimisannya sudah reda, tetapi ia tak tahu apa yang Hanbin rasakan sekarang. Apakah kepalanya tidak sakit, pusing, atau mungkin ia mengeluh sakit di lain tempat?

"Seonbae ..." kalimat Matthew menggantung. 

Tak lama kemudian, datang seorang siswa yang dipapah oleh dokter jaga. 

"Tahan sedikit, Hao, nanti aku resepkan obat, tetapi kau harus makan dulu," ucap dokter jaga yang memapah seorang siswa kelas 11 yang ia panggil Hao.

Semua mata tertuju pada mereka yang masuk ke klinik sekolah. 

"Zhang Hao Seonbae?" gumam Yujin yang tampak mengenalnya.

Sementara itu Hanbin tampak terkejut.

"Hao? Kau kenapa?" tanyanya.

Dokter merebahkan Zhang Hao di ranjang sebelah Hanbin.

"Perutku sakit. Kau sendiri kenapa?"

"Aku? Aku baik-baik saja."

Dokter lalu beralih menatap Hanbin.

"Dua siswa populer ternyata ada di klinikku. Ada yang perlu aku bantu, Hanbin?" tanya Dokter.

"Tidak perlu, Dokter Kim. Aku tadi terkena bola dan sempat mimisan, sekarang sudah mereda. Mungkin aku hanya ingin meminta obat sakit kepala," tutur Hanbin.

Dokter Kim lalu melihat dua siswa lainnya.

"Lalu, kalian berdua? Ada perlu apa di sini, Matthew, Yujin?"

Yujin menggeleng.

"Tidak ada, Dokter. Kami harus kembali ke kelas. Seonbae, kami minta maaf sekali lagi. Permisi. Ayo, Matthew!" Yujin menepuk lengan Matthew untuk mengajaknya kembali ke kelas. 

"Kau duluan saja. Nanti aku menyusul," ucap Matthew.

"Baiklah!" seru Yujin lalu berlari dan meninggalkan ruangan klinik.

Sementara itu setelah sesaat memeriksa keadaan Zhang Hao, Dokter Kim mencari obatnya. Tersisa Matthew bersama dua seniornya.

Melihat Matthew masih di sana, Hanbin bertanya, "Kenapa kau tidak kembali ke kelasmu?" 

"Aku ingin memastikan Hanbin Seonbae baik-baik saja. Aku tidak enak kalau pergi begitu saja, aku merasa harus bertanggung jawab karena aku yang membuat Seonbae terluka."

Hanbin menghela napas.

"Sudah kubilang, aku baik-baik saja. Kembalilah ke kelasmu."

Zhang Hao yang berbaring di ranjang kemudian mengangkat kepalanya menoleh ke arah Matthew.

"Tak perlu khawatir, dia tidak sendiri. Hanbin biar aku yang jaga. Kembalilah ke kelasmu. Lihat, sudah hampir bel masuk," ucap Zhang Hao.

Matthew melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan kurang lima menit.

Kemudian pandangannya kembali melihat Hanbin, lalu bergantian melihat Zhang Hao.

"Aku bukan orang asing baginya, aku Zhang Hao, teman dekatnya Hanbin. Sudah pasti kami akan saling menjaga!" seru Zhang Hao, dengan senyuman ramah.

Matthew membalas senyuman itu dengan senyum khasnya.

"Siapa namamu? Kelas berapa?" tanya Zhang Hao.

"Seok Matthew, kelas 10-1."

"Matthew, kembalilah ke kelasmu. Jangan cemaskan manusia satu ini," ucap Zhang Hao lagi sambil menunjuk Hanbin dengan kakinya.

Hanbin melirik malas Zhang Hao, dan menendang kakinya. Keduanya tampak terlibat candaan kecil. Dari sana, Matthew tahu keduanya memang sangat akrab. 

"Baiklah, Seonbae. Aku akan kembali ke kelasku. Permisi ...." 

Setelah berpamit, Matthew pergi meninggalkan Hanbin bersam Hao di ruang klinik.

Beberapa langkah menuju pintu keluar, Matthew membalikkan badannya. Ia melihat Hanbin dan Hao tengah bercanda kecil hingga tawa riang mereka terdengar ke luar. Matthew merasa iri kepada Hao. 

"Hyeong, jika dia saja bisa menjadi teman dekatmu, mengapa aku tidak bisa?"

"Hyeong, aku merindukanmu ...."

Batin Matthew berbicara. Ia membalik badannya lagi dan melangkah lemas dengan kepala tertunduk, pergi menuju kelasnya.

πŸͺπŸͺπŸͺ

Note : 

Hyeong/hyung : Panggilan abang (kakak laki-laki) dari laki-laki ke laki-laki. Kalau dari perempuan ke laki-laki panggilannya Oppa 😁

Seonbae/sunbae : Panggilan untuk Senior. Kalau junior panggilannya Hoobae/hubae 😁

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Niscala
356      239     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Project Pemeran Pembantu
6072      1862     1     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Lenna in Chaos
7242      2131     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
DELUSION
6370      1871     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Teman Berbagi
3691      1357     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
My Doctor My Soulmate
120      107     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
HIRAETH
511      353     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Under The Moonlight
2263      1110     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar β€˜ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan β€˜there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Aku Milikmu
2082      918     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
GAARA
8608      2592     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...