Read More >>"> Dialog Tanpa Kata (Bab 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dialog Tanpa Kata
MENU
About Us  

“Emang, kamu tau judul-judul novelku?” tanya Sea membuat Rasi menjawab secara rinci. Ia urutkan dari yang pertama terbit hingga yang sedang Sea garap kali ini. Beruntung ingatan Rasi tajam, semalam ia sudah menghapal semua judul novel Sea setelah Zarin meminta pria itu melakukannya. Sea takjub karena semua yang Rasi ucapkan benar adanya. Hal tersebut menjadikan Sea mengajak Rasi duduk di ruang tengah pada karpet bulu tebal. Wanita itu pikir tak ada salahnya diskusi dengan Rasi. Selain Rasi sudah tahu genre novelnya, pria itu juga bisa kenal dengan tokohnya.

 

Rasi duduk di sebelah Sea sambil diam-diam menatap pada layar ponsel. Dirinya memastikan apa yang akan diucapkan adalah benar adanya. Sebetulnya, Zarin yang  telah mengirim Rasi pesan berisi kritik untuk Novel Sea. Zarin sungkan untuk menyampaikan langsung, khawatir Sea akan marah seperti tempo hari.

 

Rasi mulai membaca novel Sea yang wanita itu buka lewat laptop. Tentu dengan kacamata bacanya Rasi melakukan hal itu. Ia baca satu bab itu dengan menghabiskan waktu lima belas menit. Maklum, pria itu sebetulnya tidak suka membaca. Jadi dirinya harus berulang memahami kalimat yang Sea tulis agar bisa masuk ke otaknya dengan baik.

 

"Nih, paragraf ini, nih, Sea!" Rasi menunjuk layar laptop. "Masa kamu gambarin orang jatuh cinta datar banget gitu?" tambah Rasi sambil menaikan kacamata ke atas kepala. Ia lalu memijat alisnya yang terasa sakit.

 

Sea diam sejenak meski hati sudah dirambati bara panas yang membuatnya mengepalkan tangan. Kok Rasi malah menghujat, sih? Rasa kesal mulai tertanam kembali pada diri Sea. Kenapa Rasi bicara selugas itu. Tidak bisakah ia sedikit saja memuji tulisan Sea.

 

"Dan ini, nih, Sea!" Rasi kembali menunjuk layar laptop. "Dalam novel, dialog itu ada fungsinya juga, Sea. Bisa untuk menceritakan keadaan, karakter tokoh, atau perasaan tokoh itu sendiri."

 

Nada bicara Rasi yang tinggi membuat Sea tak nyaman. Perempuan itu makin kesal, ia berniat menutup laptop tetapi masih penasaran. Apalagi yang akan diungkap Rasi saat telunjuk pria itu kembali mengarah pada layar laptop. Lagi pula, dari mana Rasi tahu semua yang diungkapkannya benar? Rasi, kan bukan editor dia juga tidak bekerja di penerbitan buku.

 

"Dialognya sia-sia, Sea. Nggak ada feel-nya, kamu pernah jatuh cinta nggak, sih?" ejek Rasi membuat Sea makin kesal dengan pria itu. "Ini, tuh, datar banget Sea. Aku bisa rasain itu, loh." Rasi geleng-geleng sambil tertawa kecil.

 

Namun, ketika Sea hendak membuka mulut untuk mengungkap kesalnya, Rasi mendahului bicara. "Denger dulu, Sea. Kamu itu kalau mau punya tulisan bagus harus mau dengerin kritikan orang."

 

Sea menautkan kedua alis, tak sangka Rasi berani juga meneriakinya. "Mau kamu apa, sih, Ras? So peduli sama tulisan aku, hah? Kamu pikir aku semenyedihkan itu apa? Kamu sadar enggak, semua ucapan kamu itu bikin aku sakit tau enggak?" Sea memukul dada kirinya yang memang terasa nyeri.

 

"Aku mau kamu bahagia, Sea," jawab Rasi penuh penekanan. Pupil mata pria itu bergetar, ia tahu semua ucapannya mampu menyakiti Sea. Akan tetapi, semua demi kemajuan tulisan Sea juga. Sea harus tahu kekurangannya.

 

Untuk beberapa saat, keduanya saling berpandangan. Mata Sea yang berkaca-kaca dengan mata Rasi yang memerah memendam amarah saling menumbuk.

 

"Kamu pasti bahagia, kan, kalau tulisanmu itu disukai orang-orang?" bisik Rasi sengaja tepat di telinga Sea.

 

"Emangnya salah kalau aku tersinggung tiap ada yang komentar kayak perkataan kamu barusan? Dikira nulis itu mudah apa, hah?" balas Sea dengan suara bergetar. Baginya menulis adalah hobi dan tidak salah bukan andai Sea ingin tulisannya dibukukan. Setidaknya biarlah dirinya sendiri yang memilikinya. Sebagai bentuk bahwa semua pemikiran Sea nyata adanya.

 

"Nggak salah, ada baiknya kamu perbaiki semua itu. Kalau kamu marah, tapi nggak mau perbaiki sama aja bohong," ucap Rasi kali ini dengan suara melembut. Melihat jemari Sea yang sedang bertaut, ingin rasanya Rasi meraih dan menggenggamnya. "Aku bantu sampai semuanya selesai, gimana?" ucap Rasi selanjutnya membuat Sea menunduk sekaligus mengangguk.

 

"Kamu harus bahagia. Kalau kamu bisa nerbitin buku, kamu bahagia, kan? Tapi, Sea  ... Nerbitin buku juga enggak bisa asal ketik lalu cetak, kan. Tulisanmu harus mampu meninggalkan bekas bagi pembaca."

 

Sea tak menimpali, ia setuju akan ucapan Rasi. Tak ada lagi adu mulut antara Sea dan Rasi malam ini, entah esok atau lusa.

 

Sea masih menunduk, air matanya tak kuasa untuk dibendung lagi. Jelas bukan hanya soal tulisan yang membuatnya emosional seperti itu, perkara Nolan paling dominan. Rasi setia menunggui Sea menangis tanpa suara. Tangan pria itu sudah gatal ingin merengkuh tubuh Sea, tetapi ia berusaha waras dengan menepis pikiran tersebut.

 

Bibir mungil Sea yang sedang bergetar, membuat lekum Rasi naik turun. Sungguh, sedari dulu hanya rupa Sea yang mampu membuatnya tertarik mendamba lawan jenis. Sayang, Sea malah menganggapnya sebagai musuh. Entah siapa yang salah, Sea yang tidak peka terhadap perasaan Rasi. Atau Rasi yang memang tidak pandai mengutarakan perasaan. Keduanya sama-sama berada pada titik lemah.

 

Masih jelas di ingatan Rasi, perihal apa yang membuat hubungan keduanya bak tikus dan kucing. Mereka bertetangga sedari kecil, Rasi yang jahil, membuat Sea tak suka. Sementara Rasi selalu suka mengusili Sea.

 

Mulai dari mengotori sepatu putih Sea yang tengah dijemur menggunakan spidol. Sampai kaus Sea yang dibeli dari Belanda Rasi curi dan ia jadikan sebagai sarung bantalnha. Semua itu terjadi ketika mereka baru masuk SMP. Sejak itulah, Sea menobatkan diri sebagai musuh Rasi. Meski pada nyatanya, Rasi malah diam-diam cinta. Diam-diam perasaan mendamba yang Rasi rasakan pada Sea tumbuh subur bak jamur di musim penghujan.

 

Lamunan Rasi buyar ketika Sea dengan spontan  menjatuhkan kepala di bahu Rasi. Pria itu jelas kaget, dadanya berdebar tak keruan. Rasi sampai tahan napas, ia tak mau Sea mendengar jantungnya yang sedang bertalu-talu tak bisa diajak kompromi.

 

Rasi menoleh ke arah pucuk kepala Sea, sungguh, mungkin bila menenggelamkan wajah di antara hitam nan lembutnya rambut Sea pastilah akan terasa nyaman. Rasi memberanikan diri menggerakkan kepala. Namun, baru ujung hidung yang menyentuh rambut Sea, teriakan seseorang membuat Sea lekas menegakkan kepala.

 

"Sea, An nangis, nih.” Suara Dita membuat Sea tersadar.

 

Sea gegas berdiri, tak peduli lagi pada Rasi. Bahkan laptopnya yang sedang menyala ia biarkan. Rasi malah menertawakan dirinya sendiri yang selalu gagal mendekati Sea.

 

"Mas, andai bisa, rasanya gue pengen tukeran hidup sama elu," gumam Rasi sambil mematikan laptop.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (14)
  • rachma

    Namanya Rasi bagus ya ...

    Comment on chapter TAMAT
  • rachma

    Rasi nanti ma Lala aja ya

    Comment on chapter Bab 29
  • rachma

    Semoga papanya Rasi ga apa-apa...

    Comment on chapter Bab 23
  • rachma

    Rasi ma akuh aja mau ga 🀭🀭🀭🀭

    Comment on chapter Bab 22
  • rubi_adawiyah

    Hai Rasi & Sea

    Comment on chapter Bab 1
  • rachma

    😭😭😭😭😭😭😭

    Comment on chapter Bab 20
  • rachma

    Rasi ma akuh aja y πŸ€—πŸ€—πŸ€—πŸ€—

    Comment on chapter Bab 19
  • rachma

    Sakit banget ya Rasi ,,,, sabar ya

    Comment on chapter Bab 15
  • rachma

    Kasihan Rasi, cinta tak terucap ...

    Comment on chapter Bab 14
  • rachma

    Sabar y Rasi ...

    Comment on chapter Bab 13
Similar Tags
EFEMERAL
90      82     0     
Romance
kita semua berada di atas bentala yang sama. Mengisahkan tentang askara amertha dengan segala kehidupan nya yang cukup rumit, namun dia di pertemukan oleh lelaki bajingan dengan nama aksara nabastala yang membuat nya tergila gila setengah mati, padahal sebelumnya tertarik untuk melirik pun enggan. Namun semua nya menjadi semakin rumit saat terbongkar nya penyebab kematian Kakak kedua nya yang j...
Semu, Nawasena
5653      2464     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
HURT ANGEL
113      89     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
SOSOK
84      75     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang
Warisan Kekasih
620      437     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Coneflower
2682      1358     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." β€” β€” β€” Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...