Read More >>"> Cinta (Puisi dan Semi Novel (Cinta Rebecca 6) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta (Puisi dan Semi Novel
MENU
About Us  

“Kau terlalu banyak menimbang rasa, tetapi kau sangat sedikit menghargai cinta,” kataku.

 

“Mari kita lupakan saja semuanya,” lanjutku setelah kami saling mengajuk perasaan masing-masing. Kuletakkan tanganku di bahunya, dan Ray memegang erat-erat. Ia tersenyum lembut, yang saat itu tampak sebagai senyuman orang tua. Aku berdiri di sisinya dan aku merasa begitu damai.

 

“Kau tidak bisa meraih apa yang telah hilang,” kata Ray lagi.

 

“Kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri. Kita syukuri saja apa yang telah kita terima. Sudah waktunya aku menyingkir dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk lewat.”

 

Ray kemudian diam dalam kepasrahannya, dan kelihatannya tidak ingin menjelaskan kata-katanya lebih lanjut. Aku menangkap ada sesuatu yang penting sekali yang harus kuketahui dari Ray dengan kalimatnya itu, tapi aku tak kuasa untuk mendesaknya lebih lanjut. Namun, Ray melanjutkan kata-katanya lagi sambil membungkuk dan mencium kepalaku. “Begitulah hidup ini, Sayangku.”

 

Aku tidak merasakannya sebagai ciuman seorang kekasih, melainkan ciuman seorang sahabat lama belaka. Oh, mengapakah perasaanku jadi demikian? Di halaman, wangi malam merebak, ketenangan dan kedamaian meliputi sekitar kami, dan bintang-bintang memancarkan sinar lebih cemerlang. Aku memandang Ray dan seketika merasa tenteram, seakan hal-hal yang selama ini amat menyakitkan - sirna seketika. Dengan pikiran yang jernih, aku menyadari bahwa cinta yang pernah kuangankan dan pernah kurasakan selama ini telah pupus dan tak berakar lagi.

 

Hal yang sama terulang, saat Ray terbaring di rumah sakit pada ruang ICCU. Dokter internis penyakit dalam telah menjelaskan kesimpulan kenyataannya dari hasil laboratorium dan scanning Ray kepadaku bahwa Ray menderita gagal ginjal yang kompleks dan berkomplikasi pada penyakit lainnya, karena terlalu lelah dalam kesibukan pekerjaan. Mungkin banyak hal yang menggerogoti pikirannnya juga sehingga berakibat keadaannya semakin memburuk. Barangkali juga dengan kerinduannya kepada ibunya yang sangat dicintainya. Atau, Yah! – aku tak tahu lagi banyak hal lain yang tak pernah diungkapkannya secara jelas dan rinci.

 

Hatiku gunda gulana, risau dengan berbagai perasaan lain yang menyatu dan terus berkecamuk, kemudian berputar-putar di dalam benakku. Datang dan pergi. Kehidupan dan kematian. Cinta yang datang, cinta yang hilang – kenapakah selalu terus berulang dalam sejarah kehidupanku? Rasa nyeri yang menggigit ini, penderitaan dan kepedihan hati - menggeletarkan pori-pori dan mengaliri getar-getar pada mataku yang tak tahan jua untuk terus mengalirkan airmata-airmata.

 

Kini, baru kusadari – kenapa Ray selalu menghindar, mengapa Ray selama ini tak sanggup menjelaskan apa pun tentang penyakitnya, dan selama terakhir pula ia banyak pergi dalam tour of duty keluar kota – ke Taipei. Rupanya, Ray juga berusaha untuk kesembuhannya dan atas beban penyakitnya tak ingin aku mengetahuinya, tak ingin ia membuatku menjadi murung. Aku sadar sekarang bahwa Ray sesungguhnya - sangat dan teramat mencintaiku, juga tak kuasa membuat aku juga merasakan penderitaannya selama ini. Namun, aku masih belum dapat menerima perbedaan ini; bukankah dengan mengetahui sebelumnya sama dengan mengetahuinya seperti sekarang ini? Akhirnya, aku mengerti bahwa manakala aku juga berada di posisinya, aku juga akan bertindak dengan kondisi yang sama dengan posisi Ray.

 

Untuk kedua kalinya, sebuah benda gelap muncul di hadapanku dan memenuhi hatiku, dan aku tahu bahwa ini adalah akhir dari kehidupan Ray, sayangku, cintaku! Suara angin menembus batang-batang yang kering, melemparkan daun kering yang telah layu, dan satu hal yang tampak adalah onggokan tanah merah yang telah kutaburi bunga-bunga mawar putih dan mawar merah. Aku membungkuk dan mencium batu nisan Ray.

 

“Oh, selamat tinggal, Ray. Selamat jalan, Sayangku – Kekasihku.”

 

Ketika kupandang ke langit ada garis cahaya yang terbang ke atas, menjauh dan hilang pada garis batas penglihatanku. Hidup, sebagaimana aku hidup dulu. Kehidupan yang baik dan menyenangkan. Meskipun aneh tampaknya, semua saat terbaik dari kehidupan kami yang menyenangkan - tidak lagi tampak seperti apa yang pernah kukira dulu. Semuanya! Kecuali kenang-kenangan paling awal dari mulai masa kanak-kanakku.

 

Pada masa kanak-kanakku, memang ada sesuatu yang sungguh-sungguh menyenangkan, sesuatu yang sangat pantas menjadi alasan untuk terus hidup - kalau saja itu dapat dihadirkan kembali. Namun, orang-orang yang pernah menghadirkan kesenangan ini, semuanya sudah lama tak ada lagi. Semakin jauh aku meninggalkan masa kanak-kanakku dan makin dekat aku pada masa kini yang sebagian besar berkaitan dengan kisah asmaraku. Kemudian, kehidupanku menjadi rumit dan hal baik itu pun berkurang. Kemudian lagi, semakin berkurang pula hal-hal baik itu. Semakin jauh aku melangkah, semakin sedikit pula hal-hal yang baik itu.

 

Seakan-akan aku menuruni bukit meskipun aku membayangkan sedang mendaki bukit; sebagaimana layaknya karena aku sudah melakukan segala sesuatu sebagaimana semestinya. Meskipun aku telah berpikir sekeras mungkin, aku tetap tak menemukan jawabannya. Walaupun aku berusaha mengubah takdir, tak pernah aku dapat mengubahnya! Apakah aku juga dapat merubah nasibku ini? Aku juga tak menemukan jawabannya meski aku telah berusaha keras ke arah ini! Yah, begitulah kenyataannya, begitulah keadaannya, begitulah adanya.

 

Menurut sementara pendapat kawan-kawanku yang kukenal baik, bahwa aku sedang mendaki ke arah kebahagiaan sempurna, tetapi hanya sejauh inikah yang aku alami?; dan bahwa kenyataan kehidupan itu sendiri sedang luluh lantak di bawah kakiku; dan kini di sinilah kehidupanku itu merana, menyedihkan, dan penuh derai air mata.

 

Barangkali, aku telah salah menjalani langkah hidupku ini yang tidak sebagaimana mestinya; dengan seketika, aku mengenyahkan pikiranku yang begitu mustahil ini dengan mengenang kembali, mengetahui lebih banyak pengalaman-pengalaman cinta kepada sesama dan semua makhluk, serta lingkungan hidup, menerima hidup sebagaimana apa adanya, melakukan keteraturan dalam menjalani semua hukum alam, dan berbuat banyak bagi kehidupan, kedamaian, ketenteraman, kebahagiaan, serta damai sejahtera, dalam melengkapi usiaku yang entah sampai kapan tiba di ujung hari-hariku; dan sekarang aku, semakin mengerti bahwa di dunia ini, Tuhan memerintahkan kepada setiap orang agar bekerja menebus utang kewajiban hidupnya dengan jalan kasih sayang dan pekerjaan-pekerjaan yang baik sampai ia mati.

 

Matahari baru saja terbit ketika aku bangun keesokan harinya. Alam sekitar benar-benar diliputi cuaca permulaan musim gugur. Aku diliputi perasaan gundah antara percaya dan tidak, bahwa aku benar-benar berada di persimpangan pilihan putusan buat masa depanku. Semua kenangan berbaur dengan tiada harapan, dan rasa duka yang bermuara pada kehidupan emosi yang berpadu dengan kesyahduan alam. Kini, kisah-kisah cintaku dengan Edmund dan Ray - berakhir sudah. Perasaan cinta yang pernah berkembang, kini tinggal sebagai kenangan masa lalu.

 

‘Hari kemarin telah lewat dan sudah menjadi masa lalu bagiku’.

 

Kini, semua bukan hanya sekedar kenangan manis dan pahit saja bagiku, melainkan sesuatu yang agung dan kudus serta mempunyai arti yang sangat penting. Sementara itu, aku berusaha berbuat baik dan beramal. Kini, aku memikirkan hidup ini dengan cara yang sangat berbeda sekali dibandingkan ketika aku mulai sadar bahwa aku telah mencintai dua orang dalam perjalanan hidupku, yaitu Edmund dan Ray. Kini, aku tak lagi merasai dikuasai oleh jalan pikiranku sendiri. Aku bisa memahami kenapa Edmund pernah mengatakan padaku bahwa kebahagiaan sejati ialah bila hidup kita bermanfaat bagi sesama manusia.

 

Aku begitu yakin bahwa kami akan hidup bahagia kelak; aku tidak memimpikan bergelimang hidup penuh kemewahan. Sebaliknya, dulu aku menginginkan suatu kehidupan keluarga harmonis dan damai di pedesaan. Suatu kehidupan yang penuh pengabdian kepada sesama yang diberkahi Tuhan. Disamping itu, Ray pun juga pernah mengatakan kepadaku, “Kalau kau mengambil jalan pintas dengan bunuh diri, itu bukan jalan keluar dan itu tidak sesuai dengan kriteria cinta kasih, Kekasihku! Cinta kasih itu tidak demikian adanya karena ada tujuan-Nya yang lebih mulia dan terluhur - semenjak engkau dilahirkan.”

 

Aku tersentak mendengar gema suara bisikan kenangan itu! Suara-suara itu begitu lembut masuk ke dalam batinku, lebih jauh lagi menerobos dan melekat di dasar terdalam di batin sanubariku. Kata-kata itu selalu saja terngiang, menghentak dan menyadarkanku apakala jiwaku sedang lemah. Selama dua puluh tahun telah kucintai kebahagiaan sebagaimana yang dimiliki semua orang. Aku terbiasa bangun setiap pagi dan mencari sebagaimana mereka telah mencarinya; tapi aku tak menjumpai di jalan mereka, tak kulihat langkah kakinya pada pasir di luar rumah mewah mereka, dan tak kudengar gaung dari suara yang datang dari dalam kuil-kuil mereka. Namun, saat kucari dalam kesunyian, aku mendengar jiwaku berbisik ke telingaku sambil berkata,

 

“Kebahagiaan itu seorang anak yang dilahirkan di bawah ke kehidupan di dalam relung kalbu;

dia bukan berasal dari ketiadaan;”

 

dan saat kubuka hatiku demi melihat kebahagiaan, di sana kutemukan cermin dan ranjang serta busana, Diri-Nya sendiri kutemukan. Aku telah mencintai semua orang, dan banyak sudah aku mencintai mereka. Dalam pandanganku ada tiga jenis manusia: seseorang yang mengutuk kehidupan, seseorang yang memberkati, seorang perenung.

 

Pertama, aku mencintai karena keputusasaan.

Kedua, karena kedermawanan.

Ketiga, karena pengertian.

 

Dua hari kemudian, aku pulang kerumahku di Hua Tung. Aku menerima sebuah surat dari seorang karibku Yesicca di lembah Hua Tung. Yesicca sangat tahu keadaanku karena kami acapkali bercerita banyak tentang kehidupanku dan kehidupannya. Aku tahu bahwa Yesicca begitu prihatin dengan perjalanan hidupku selama ini. Kubuka lipatan surat itu dan kubaca. Kami bagai berdialog seperti ketika kami dulu berada di Hua Tung.

 

“Sepertinya, perjalanan hidup telah membawa kita pada tidur yang panjang dan persentuhan yang kau alami dengan kematian-kematian orang yang kau cintai dan mencintaimu itu telah membawamu kepada kehidupan baru, Rebecca.”

 

“Yah, aku mesti kuat dalam menghadapinya. Aku sadar bahwa kehidupan ini bukanlah semata untuk diri sendiri. Selama kita hidup, selama kita mempunyai kasih sayang dan cinta kasih, sepanjang kita masih mempunyai nafas kehidupan - itu sangat penting dan kalau kita tidak dapat hidup untuk cinta kita sendiri – kenapa di waktu yang serba sementara ini dan masih tersisa tidak digunakannya untuk orang lain, dan lebih luas lagi untuk sesama kita? Bukankah dengan melihat orang lain bahagia, kita pun juga turut merasakan kebahagiaan itu? Kita, umat manusia punya dua masalah besar, yang pertama adalah mengetahui kapan harus mulai. Yang kedua, mengetahui kapan harus berhenti.”

 

Aku membayangkan, ketika menulis ini,Yesicca seolah bertanya lagi, “Jadi, selama ini kau tak ada yang berubah dan semakin jauh berjalan dalam spiritualmu ataukah ada perjalanan lain lagi?”

 

“Justru sebaliknya, semua yang lama telah berubah. Aku selalu percaya akan pertanda-pertanda; dan ketika mengenang saat-saat hening setelah kejadian dengan Edmund dan Ray. Aku tahu bahwa dengan atau tanpa suara, dengan atau tanpa penjelasan, saat untuk menemukan Tuhan sudah tiba. Aku harus lebih memusatkan ingatanku pada saat-saat hening itu, bukan perjalanan kami, tapi keberadaankulah yang mesti dilanjuti, sehingga bisa mendapatkan kebebasan yang kuperlukan untuk bisa mengerti kisah cinta dan cinta kasih murni lain lagi dalam hidup ini. Aku belajar arti sebuah peribahasa Perancis tentang ‘Renoyer L’ascenseur’ – yang secara harfiah adalah ‘mengirim tangga jalan ke atas lagi’ dan dalam metafor berarti ‘membalas jasa’. Aku merenunginya dan baru kupahami bahwa kita harus menciptakan suatu budaya baru, suatu revolusi cinta dan filosofi baru. Kita menderita karena tak seorang pun memahami kita. Namun, itulah yang terjadi pada jenius-jenius zaman dahulu. Tidak dimengerti oleh orang-orang pada zamannya itu, yang sudah merupakan bagian dari keniscayaan untuk menjadi pencinta besar.”

 

“Ya, pernah aku juga dengar tentang semacam tradisi dari suku-suku kuno dan primitif yang masih menggunakan adat istiadat mereka hingga kini, yaitu dengan cara untuk mengosongkan pikiran mereka dari masa-masa lalu – ruang baru mulai terbuka, perasaan riang yang misterius masuk mengisi. Intuisi menjadi lebih tajam dan menjadi lebih berani untuk mengambil lebih banyak resiko, melakukan hal-hal yang mungkin benar atau yang mungkin salah. Mereka tidak tahu persis akan kondisi ini, tapi tetap melakukannya juga. Mereka menyadarinya bahwa hari-hari menjadi lebih panjang dan lebih berarti.”

 

Lalu, Yesicca melanjutkannya, “Ada semacam kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki penyakit akan menjadi terkenal karena pengaruh positif seperti yang diderita oleh para pengarang seni sastra terkenal yang terkena penyakit epilesi, misalnya Moliere, Edgar Allen Poe, Flaubert, dan Dostoyevsky, dan lain-lain. Mereka terlihat lebih tenang dan tidak terobsesi. Mereka menghubungkan antara seni dengan penyakit, hingga mereka terbenam dari penderitaannya dan merasakan kedamaian dengan dunia, meskipun sekaligus tertekan. Mereka menyatukan teknik dengan intuisi; disiplin dengan cinta. Mereka sungguh-sungguh berusaha membuka tabir dunia seperti apa adanya. Persinggungan dengan kematian selalu membantu kita untuk hidup dengan lebih baik. Setidak-tidaknya, dalam lukisan-lukisannya, dia berhasil mengubah perusakan dirinya menjadi pembangunan kembali dunia.”

 

 

Yesicca pun menyambungnya, “Kali ini, aku ingin berbagi sedikit pengalamanku di sini dengan menceritakannya padamu tentang apa yang kualami selama kita tidak bertemu. Barangkali, ini ada gunanya buat kita. Orang-orang seperti kita adalah orang yang bebas dan bisa hidup dengan apa yang bisa dibawa. Kalau kita bercerita tentang masa lalu, seharusnya kita lupakan semuanya itu. Itu adalah sejarah yang tak mungkin dapat diulang. Ini bukan lagi cerita masa laluku. Sekarang, setiap kali aku bicara tentang masa lalu, aku merasa semua itu tidak ada hubungannya lagi denganku, aku telah lama meninggalkannya. Yang tertinggal dan jawaban dari masa lalu hanyalah suara itu, kehadiran sang penampakan. Mirip dengan Renaisans Italia abad ke lima belas dan enam belas ketika para jenius seperti Erasmus, Leonardo, dan Michelangelo mendobrak batasan-batasan dan aturan-aturan yang mengungkung di zaman mereka, dan justru kembali ke masa lalu. Kita mulai melihat pergerakan kembali ke bahasa Magis, ke Alkimia, dan ide mengenai Bunda Pelindung. Orang mulai menuntut kebebasan untuk melakukan apa yang mereka percaya, bukannya apa yang diharuskan gereja dan pemerintah. Kita menyadari bahwa masa lalu mengandung jawaban bagi masa depan; dan itulah yang aku maksudkan, Rebecca; dan yang terpenting adalah memenuhi misi hidup kita!

 

Seperti kata Einstein, Tuhan tidak main dadu dengan alam raya – semuanya saling berkaitan dan mempunyai arti. Arti itu mungkin tersembunyi hampir sepanjang waktu; tetapi setiap kita melakukan sesuatu dengan antusias, kita tahu kita sudah dekat dengan misi kita yang sesungguhnya di bumi ini. Aku tidak menyesali kesulitan-kesulitan yang telah kualami – rasanya semua itu telah membantuku menjadi orang seperti sekarang ini. Aku merasa seperti prajurit yang telah bertahun-tahun menjalani latihan. Aku tak ingat secara rinci apa yang aku pelajari dan apa yang aku latih, tapi sekarang aku tahu bagaimana mempersenjatai diri untuk dapat menang.

 

Pertama kali aku latihan, aku teringat kata-kata yang ditulis oleh Jesuit Teilhard de Chardin yang mengatakan bahwa dunia kita diselimuti oleh lapisan cinta. Kita bisa memanfaatkan energi angin, laut, matahari, dan kekuatan lain dari alam raya ini. Namun, pada hari manusia belajar memanfaatkan energi cinta, saat itu sama pentingnya seperti ketika manusia pertama kali menggunakan api. Bisa saja sepanjang hidup kita mengatakan bahwa sesungguhnya kita mencintai orang atau benda tertentu, padahal sesungguhnya kita hanya menderita, karena bukannya menerima kekuatan cinta, kita justru berusaha mengecilkannya, agar sesuai dengan dunia tempat kita membayangkan diri kita hidup. Kita memiliki kehidupan kita masing-masing, kita mempunyai cara pandang dan sikap masing-masing – tetapi niat untuk menumbuh-kembangkan cinta sejati sesungguhnya telah tersedia di dalam diri kita jauh sebelum kita sadari seperti kini. Dunia memerlukan waktu lama dan usaha keras untuk membuatnya seperti ini, dan kita mengatur kehidupan kita sekuat kemampuan kita; tidak ideal – tapi kita bertahan! Meski masih saja ada yang hilang dan akan selalu saja masih ada yang hilang. Karena itulah aku juga ingin saling berbagi denganmu, Rebecca – untuk bisa saling membantu, mengisi, dan untuk bersama-sama berpikir sedikit mengenai keberadaan kita di dunia ini. Mengapa kita berada di dunia ini, mengapa kita dilahirkan dan apa tujuan hidup kita sebagai manusia yang tercipta dan diciptakan. Saling menceritakan kisah-kisah yang masuk akal, mencari fakta-fakta yang tidak sesuai dengan realitas yang kita pahami, sehingga mungkin dalam satu atau dua generasi, kita bisa menemukan cara lain untuk hidup. Pada waktu orang membolehkan cinta sejati muncul, hal-hal yang tadinya teratur menjadi berantakan, serta menjungkir-balikkan semua yang tadinya kita kira benar dan betul. Dunia akan menjadi suatu kenyataan saat orang belajar mengenal arti cinta itu. Namun, kita sering-kali tidak punya keberanian untuk menghadapi arti cinta; tapi kita selalu saja tidak punya keberanian untuk menghadapi kenyataan arti cinta yang sebenarnya.

 

Cinta adalah kekuatan yang tak akan pernah dapat ditundukkan.

 

Kalau kita berusaha mengendalikannya, cinta akan menghancurkan kita. Kalau kita berusaha mengurungnya, cinta akan memperbudak kita. Kalau kita mencoba memahaminya, cinta akan meninggalkan kita dalam kebingungan dan keresahan, bahkan kekuatiran.

 

Kekuatan ini ada di dunia untuk membuat kita bahagia,

untuk membawa kita lebih dekat pada Tuhan dan pada sahabat-sahabat kita,

tapi dengan kita mencinta sekarang ini

kita mengalami satu jam kegelisahan untuk setiap menit kedamaian.

 

Orang perlu mengerti bahwa hidup ini tidak pasti, selalu berubah-ubah, serba sementara, dan tidak kekal. Kadang-kadang kita menang, kadang-kadang kita kalah. Ketika pikiran kita yang sering mengecoh itu kita kalahkan, ketika kita tidak mengharapkan imbalan, ketika kita tidak berharap akan pujian atas segala usaha kita, apa pun namanya setelah kita memiliki itu, maka hal lain sudah tidak sesuai lagi dengan hidup kita.

 

Pencerahan adalah proses untuk mengetahui apa yang lebih mulia dari kehidupan, apa yang lebih mulia dari hal-hal yang dapat kita lihat dengan mata fisik, atau yang dapat disentuh dengan alat-alat fisik kita. Itu adalah saat kita mulai mengetahui sesuatu yang lebih mulia dari itu, sang penguasa sejati dari segenap alam semesta yang juga ada di dalam diri kita sendiri.

 

Pencerahan artinya adalah kebangunan batin. Kita menyadari bahwa kita memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang biasa. Kita gunakan setiap hari. Biasanya, kita mengikuti ego kita dengan meminta, tetapi setelah pencerahan – kita mengikuti kehendak Tuhan. Kita terhubung dengan-Nya dan menyadari nilai sejati kita. Namun, bersamaan dengan itu, kita menjadi sangat rendah hati. Semakin kita tahu diri tentang diri sendiri, semakin kita menjadi rendah hati. Kita tahu bahwa ada suatu kekuatan yang lebih besar di alam semesta ini, dan hal itu bukan untuk didiskusikan atau ditangkap oleh pengertian tingkat manusia kita. Maka, kita menjadi rendah hati dan juga sangat kuat, karena kita memiliki kekuatan yang lebih tinggi di dalam diri kita, dan menggunakannya setiap hari untuk kebaikan bagi yang lain.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Bertemu Jodoh di Thailand
2019      1067     0     
Romance
Tiba saat nya Handphone Putry berdering alarm adzan dan Putry meminta Phonapong untuk mencari mesjid terdekat karena Putry mau shalat DzuhurMeskipun negara gajah putih ini mayoritas beragama buddha tapi ada sebagian kecil umat muslimnya Sudah yang Sholatnya Sudah selesai yang Sekarang giliran aku yaaku juga mau ibadah ke wiharakamu mau ikut yang Iya yangtapi aku tunggu di luar saja ya Baikl...
Behind The Scene
1116      450     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
ORIGAMI MIMPI
26140      2997     55     
Romance
Barangkali, mimpi adalah dasar adanya nyata. Barangkali, dewa mimpi memang benar-benar ada yang kemudian menyulap mimpi itu benar-benar nyata. Begitulah yang diyakini Arga, remaja berusia tujuh belas tahun yang menjalani kehidupannya dengan banyak mimpi. HIngga mimpi itu pula mengantarkannya pada yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Mimpi itu pula yang kemudian menjadikan luka serta obatnya d...
Ketos in Love
751      454     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
The Eternal Love
18368      2651     18     
Romance
Hazel Star, perempuan pilihan yang pergi ke masa depan lewat perantara novel fiksi "The Eternal Love". Dia terkejut setelah tiba-tiba bangun disebuat tempat asing dan juga mendapatkan suprise anniversary dari tokoh novel yang dibacanya didunia nyata, Zaidan Abriana. Hazel juga terkejut setelah tahu bahwa saat itu dia tengah berada ditahun 2022. Tak hanya itu, disana juga Hazel memili...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5055      938     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
Gue Mau Hidup Lagi
340      212     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
HAMPA
360      245     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
The Reason
8408      1617     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
The Past or The Future
385      303     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?