KITAB KETIGA
“Cinta adalah lebih kuat daripada Kematian,
dan kematian lebih kuat daripada kehidupan.
Adalah menyedihkan jika manusia saling tersekat di antara mereka sendiri.
Hari sudah jauh malam, telah hampir siang.
Sebab itu, marilah kita menanggalkan semua perbuatan kegelapan
dan mengenakan perlengkapan senjata terang.
Kahlil Gibran:
Senja:
Memang benar bahwa manusia pernah melakukan perbuatan baik,
tapi ketika manusia meninggalkan perbuatan itu, setan tidak bisa begitu saja binasa.
Laksana roda yang berputar kita diawasi oleh tangan-tangan zaman tempat manusia tinggal.
Katakan tidak, manusia ini terkenal dan pandai, atau ahli ilmu pengetahuan dari malaikat-malaikat pengirim kabar, karena manusia paling baik di kota hanyalah segerombolan manusia
yang dipimpin oleh penggembala dengan suara lantang.
Dan dia yang tidak mengikuti perintah harus segera dibunuh.
Belia:
Tidak ada penggembala manusia di padang nan molek ini,
tidak juga kambing-kambing oleh penggembala, tidak juga hati oleh aliran darah.
Musim dingin menyingkap gaun dinginnya dan musim semi harus berjumpa,
hanya dengan perintah agung Tuhan.
Masyarakatmu dilahirkan sebagai budak, dan dengan tirani-tiranimu, jiwa-jiwa mereka terluka.
Ke mana pemimpin mereka pergi, disitulah mereka juga pergi,
dan barangsiapa yang menolak akan sengsaralah dia!
Berikan seruling itu padaku dan biarkan aku berdendang, dan di kedalaman relung jiwaku,
biarkan musik mengalun nyanyian seruling lebih mulia dan halus
daripada semua kejayaan raja-raja sepanjang zaman.
Senja:
Hidup di antara hiruk pikuk laksana tidur singkat,
dicampuri dengan mimpi-mimpi gila, hantu-hantu dan ketakutan-ketakutan.
Dalam kepedihan, dan hanya dalam kesedihan, kebahagiaan dapat ditemukan, sedangkan kebahagiaan hanya mampu menyembunyikan misteri hayat terdalam,
dan bila aku meninggalkan kesedihan hanya demi mencapai ketenangan padang luas, aku hanya akan menemukan kekosongan di tempat itu nanti.
Belia:
Kebahagiaan seseorang adalah juga kesedihan orang lain, dan di sini tidak ada kesedihan
di padang nan cantik, atau kesedihan ditaburkan oleh perbuatan-perbuatan hina.
Derai ceria angin sepoi-sepoi menghantarkan kesenangan pada hatimu
laksana mimpi sesaat yang cepat dari kelok aliran sungai.
Kesedihanmu akan segera menghilang di padang, laksana daun-daun musim gugur yang mengapung lembut di dahi alur-alur sungai, dan hatimu akan terang, laksana danau luas yang hening bening
di curah pendar sinar-sinar Tuhan.
Berikan seruling kepadaku dan biarkan aku bernyanyi, melodi surgawi sendiri akan tetap terdengar, semua benda-benda bumi hanyalah sia-sia.
Senja:
Hanya sedikit orang yang rela akan hidupnya dan jauh dari pemeliharaan.
Sungai di padang nan luas hanyalah pembawa kekosongan, sungai hayat manusia telah diubah menjadi piala-piala tua ilmu pengetahuan yang dipersembahkan kepada manusia buat direguk kekayaan hayatnya, tapi tak menghiraukan peringatan-peringatannya.
Manusia sangat senang tatkala pialanya adalah kebahagiaan, tapi manusia menggerutu ketika dia berdoa pada Tuhan dan meminta kekayaan yang sama sekali tidak dia usahakan.
Dan ketika kekayaan luar biasa telah tercapai,
mimpi-mimpi kemudian memperbudaknya untuk selama-lamanya.
Dunia ini hanyalah laksana anggur yang pemiliknya adalah Sang Waktu,
dan peminum-peminum meminta banyak, tapi sedikit membayar.
Belia:
Tidak ada anggur di padang nan cantik ini, karena jiwa yang telah termabukkan adalah balasan bagi mereka yang mencari di dasar kehidupan Sang Hayat.
Awan-awan yang menyelubungi pendar cahaya bulan harus dipisahkan dengan segenap kegairahan demi menyaksikan pendar cahaya rembulan.
Orang-orang di kota menyalahgunakan anggur Sang Waktu,
karena mereka memandangnya sebagai sebuah sembahan.
Mereka mereguknya dengan mudah dan tanpa berpikir, dan mereka melarikan diri, bergegas menjadi tua hanya dengan penderitaan dalam sesuatu yang tiada diketahuinya.
Berikan seruling dan biarkan aku berdendang, dan melalui jiwaku, biarkan musik bersenandung.
Nyanyian Tuhan harus terus bersenandung, semua selain Dia haruslah binasa.
Senja:
Agama bagi manusia laksana padang milikmu, karena agama ditanam dengan harapan dan disuburkan dengan iman, atau agama disuburkan oleh si acuh yang gemetar, ketakutan akan api neraka, atau agama ditaburi oleh si kaya dengan emas kosongnya yang memandang agama layaknya sistem tukar-menukar yang selalu mencari balasan dunia.
Namun, hati mereka hilang di samping hiruk-pikuk mereka, dan hasil dari kehidupan spiritual mereka hanyalah rumput liar tiada guna di lembah-lembah
Belia:
Di padang nan cantik penuh dewa-dewi - tiadalah agama, tiada pula kekafiran.
Tiada pula warna kepercayaan, karena tatkala burung hantu bernyanyi, semua keelokan dan kebahagiaan, agama dan roh disejukkan, dan balasannya adalah kedamaian.
Berikan seruling itu kepadaku dan biarkan aku bernyanyi.
Ibadah adalah musikku, cinta adalah taliku,
desahan seruling pasti akan menyuarakan kepedihan orang-orang yang terjebak di kota.
Senja:
Hukum di dunia apakah yang membuat kita tertawa dan menangis?
Bagi penjahat yang lemah dan miskin, penjara yang sempit menantinya, tapi kehormatan dan kejayaan menunggu si kaya yang menyembunyikan kejahatan-kejahatan mereka
di balik emas dan perak dan kejayaan yang diwarisi.
Belia:
Semua sama di mata Sang Padang Hayat, tiada yang lebih disukai atau diacuhkan.
Pepohonan tumbuh dengan cara mereka sendiri,
tapi ketika angin bergegas berhembus mereka akan berlenggok tunduk.
Keadilan di padang hayat laksana salju, karena ia menyelimuti semua makhluk,
dan tatkala sang surya menyembul menggeliat,
semua harus bangkit dan bangun dalam pendar kemolekan dan peri-keharuman.
Berikan seruling dan biarkan aku bernyanyi, karena senandung Tuhan adalah segalanya, kebenaran alunan seruling akan abadi selamanya, tatkala kejahatan dan manusia menjadi terhina.
Senja:
Orang-orang terjebak dalam jaring tirani yang murka karena semakin tua.
Di sarang singa sangat bau, dan ada atau tidak ada sang singa,
serigala tidak akan berani datang mendekat.
Burung jalak takut mengepakkan sayap ke angkasa tiada hingga, tapi sang elang bangga,
bahkan ketika dia sudah mati sekalipun.
Kekuatan Roh sendirian bak kekuatan dari segenap kekuatan,
dan harus memusnahkan segalanya menjadi abu terhadap yang memusuhinya.
Jangan menghujat, tapi kasihanilah mereka
yang tiada punya iman dan hanya punya kebodohan dan ketiadaan.
Belia:
Padang tidak melihat kepada yang lemah maupun yang kuat, karena bagi alam, semuanya sama kuat. Tatkala singa mengaum, ladang pun tidak pernah berkata:
“Ia binatang yang mengerikan, mari kita lari!”
Bayangan manusia melintasinya dengan cepat lewat kunjungannya kepada bumi yang singkat dan penuh derita, dan berdiam di cakrawala pemikiran yang luas, yang merupakan ladang langit, dan seperti dedaunan di musim gugur yang berjatuhan ke jantung bumi, semuanya akan bangkit kembali ke musim semi masa muda yang warna warni, penuh keindahan dalam kelahirannya yang terulang.
Dan dedaunan dari pepohonan itu akan tumbuh subur dalam kehidupan yang sendu setelah obyek substansi manusia menguap menjadi debu dan terlupakan.
Berikanlah aku kecapi dan biarkan aku bernyanyi, karena kekuatan jiwa nyanyianku akan membawa getar kecapi surga yang gemanya terus membahana sementara manusia
dan keangkuhannya akan segera sirna.
Senja:
Manusia menjadi lemah oleh tangannya sendiri, karena ia mengubah hukum Tuhan sesuai dengan kehendaknya sendiri, mengikat diri dengan besi mentah hukum masyarakat yang ia inginkan.
Dan ia begitu tabah untuk tetap menolak untuk menyadari tragedi besar yang telah ia goreskan kepada nasib dirinya, anak-anaknya, serta cucu-cucu mereka.
Manusia telah membangun sebuah penjara di atas bumi, terdiri dari pertengkaran yang ia tak bisa melepaskan diri, dan derita menjadi tempat tinggal dengan sukarela.
Belia:
Bagi sang alam, semuanya hidup dan semuanya bebas.
Keagungan duniawi diri manusia tidak lebih dari mimpi kosong, terbungkus
dalam gelembung air di tengah sungai berbatu cadas.
Bila pohon zaitun menggugurkan bunganya kepada pepohonan kecil yang tumbuh di bawahnya,
ia tak pernah mengatakan:
“Betapa kayanya aku! Dan sesungguhnya miskin mereka!”
Berikan aku kecapi dan biarkan aku bernyanyi, dan melalui jiwaku, biarkan musiknya bernyanyi, nyanyian Tuhan yang tak akan terhenti meski sudah sirna segala yang ada di muka bumi.
Senja:
Kebaikan manusia hanya sekedar tempurung kosong yang tak berbiji atau berisi mutiara.
Manusia sejatinya hidup dengan dua hati,
yang satu dari kehalusan yang lembut,
yang lain dari besi baja,
dan kebaikan seringkali hanyalah perisai, dan keramahan menjadi pedang yang tajam sekali.
Belia:
Padang itu hanyalah bagian dari hati yang agung
Pohon willow yang dihidupi pohon oak, serta tidak merasa takut oleh kekuatan atau kebesarannya.
Bulu-bulu merak tampak begitu elok, tapi merak sendiri tak pernah tahu
mengapa ia begitu cantik atau buruk.
Berikan aku kecapi, biarkan aku bernyanyi, dan melalui jiwaku, biarkan musiknya bernyanyi, karena musik ini adalah senandung si lembut yang lebih perkasa dari yang kuat maupun yang lemah.
Senja:
Masyarakat kota terliput dalam hikmat dan pengetahuan semu, sementara kesenangan mereka tidak pernah benar selamanya, sebab mereka memang hanya tukang tiru.
Mereka begitu bangga menghitung-hitung ketika pertukaran tidak memberikan rugi atau laba.
Orang bodoh membayangkan dirinya sebagai raja
yang tak terkalahkan dalam pemikiran dan impiannya.
Si bodoh yang bangga salah menganggap bayangannya adalah langit, dan keteduhannya adalah rembulan yang bersinar di ketinggian angkasa.
Belia:
Tak ada si cerdik atau si tampan yang mengolah ladang,
karena sang alam tidak perlu keindahan atau kemanisan.
Anak sungai yang berlari adalah anggur dewa manis, dan ketika ia tumpah ruah, dan menggenang,
ia mencerminkan kebenaran dari para tetangga dan juga dirinya.
Berikan padaku kecapi dan biarkan aku bernyanyi, dan melalui jiwaku, biarkan lagunya bernyanyi.
Dengung kecapi selalu lebih suci daripada anggur merah dalam piala emas murni.
Senja:
Jenis cinta yang dikejar oleh manusia dengan taruhan nyawa
hanyalah seperti semak belukar tak berbuah.
Dan hanya cinta yang utuh melingkupi, seperti derita jiwa yang menggejolak,
akan menghidupkan dan mengangkat hati kepada pemahaman.
Ketika disalahgunakan, ia adalah bibit penderitaan dan sumber malapetaka,
serta mendung hitam kegelapan.
Bila kemanusiaan hendak membimbing barisan cinta menuju ranjang kehendak
yang tidak dapat dipercaya, kemudian dari sana cinta akan tersungkur jatuh.
Cinta adalah seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap, tapi menolak untuk disakiti.
Belian:
Sang padang bertarung bukan untuk merebut singgasana cinta,
karena cinta dan keindahan selalu akan tunduk dalam damai.
Dan dalam karunia sang padang, cinta, ketika memandang, adalah sebuah penyakit antara daging dan tulang, dan hanya ketika masa muda telah lewat, rasa sakit akan memberi kekayaan,
dan penderitaan membawa pengetahuan.
Berikan aku kecapi, biarkan aku bernyanyi dan melalui jiwaku, biarkan lagunya bernyanyi,
karena lagu adalah tangan-tangan cinta yang turun dari keindahan Tuhan di atas sana.