Sinetra memeluk guling, memejamkan mata, mulai tertidur. Saat mereka sudah tertidur dengan nyaman, mendadak muncul lingkaran sihir kartu Blumbangan di tengah tubuh mereka terisap—berpindah di sebuah gang kecil yang datangi Yudha. Mereka tertidur masih dengan posisi sama seperti di kamar. Mereka tak sadar jika tertidur di jalan beraspal sambil memeluk guling. Mereka memutar badan menyamping, merasakan di bawah tubuh mereka kasar tak nyaman, di atas kepala mereka gelap. Perlahan, mereka membuka mata dan betapa terkejut mereka memandangi tempat itu.
"Eh, kita di mana, Ka?" tanya Sinetra, rambutnya berantakan, panik.
"Aku juga enggak tahu di mana ini. Kita tadi di kamar, kan?"
"Iya. Kalau begitu kita cari tahu. Ayo, daripada kita tersesat," ajaknya.
Mereka melangkah turun.
"Sebentar, Sine." Eka menghentikan langkah.
Sinetra ikut menghentikan langkah.
"Apa?"
"Apa lingkaran sihir yang mengisap kita kartu Gapuran?"
"Enggak tahu. Memangnya kenapa?"
"Aku rasa, yang mengisap kita tadi lingkaran sihir bukan lingkaran sihir kartu Gapuran... Apa kartu milik Pahlawan Aruna?" Eka mencoba menerka-nerka.
"Milik Pahlawan Aruna? Pahlawan Aruna kan pakai kartu Blumbangan?"
"Masa? Tapi kenapa kartu itu? Bukan kartu Gapuran? Terus, kenapa Pahlawan Aruna memanggil kita? Kita kan bu—"
Terdengar sesuatu berdentum hebat. Mereka melangkah lagi turun, berbelok ke kiri memastikan. Di ujung sana tampak asap menyeruak, membuat pengendara yang lewat menghentikan laju kendaraan.
"Apa itu?"
"Gedung ambruk?"
Eka melihat lebih cermat. Matanya membelalak melihat itu bukan gedung ambruk.
"Bukan," katanya,"seperti sebuah pertarungan—apa pertarungan?!"
Deg.
Jantung mereka berdegup kencang tak percaya. Lingkaran yang mengisap mereka kembali muncul di hadapan mereka. Menjatuhkan empat benda itu ke tangan mereka.
"Kartu Gapuran?"
"Evolution Entity?"
Mereka akhirnya tahu yang memanggil mereka sekarang, terkaan Eka benar. Mereka tahu, mereka bisa di sini karena maksud dari kartu Blumbangan.
"APA?! KITA DIPANGGIL LAGI?!" raung mereka.
"Ngotot banget sih? Sudah tahu kita sudah keluar dari Aliansi Garuda," kata Sinetra mengeluh.
"Huh!" Eka seketika emosi."Mana aku tahu, Sine?! Kubanting saja dua benda ini sekarang!" mengangkat tangan ke atas namun dengan sigap Sinetra menahannya, mencengkram lengannya. Menatap pemuda itu serius.
"Apa kita dipanggil untuk kembali memang benar-benar dibutuhkan? Kalau kita memang dibutuhkan, apa saat keadaan genting begini?"
"Aku enggak tahu," kata Eka. "Kalau kita dibutuhkan keadaan genting kayak gini, aku enggak mau dibuat begini. Sine, turunkan tanganku."
Sinetra menurunkan tangannya. Matanya serius berubah berkaca-kaca, tangannya menggenggam kuat dua benda itu.
"Betul, enggak ada yang percaya dengan kemampuan kita. ENGGAK ADA! Aku selalu menjadi beban, aku selalu minder, aku selalu menjadi bahan ejekan... mana ada seseorang yang mau percaya sama kemampuanku? ENGGAK ADA!" sambil menghela napas. Eka menatapnya, berkata,"Aku percaya padamu. Ayo, kita selesaikan ini."
Sinetra diam, tersenyum getir.
Masing-masing kartu Gapuran dimasukkan ke dalam Evolution Entity, merentangkan dua benda itu ke depan seraya nengucapkan kata kunci.
"Garuda... Evolution!!"
Cliing!
Sinar dari dua benda itu menyala terang diiringi suara "Become of Evolution"—berubah wujud menjadi Pahlawan Garuda.