Terhitung dua jam lagi menuju ulang tahun yang ke-45, pria bertubuh ramping berbusanakan high-halter neck long-sleeve shirt berjalan dalam diam menaiki gedung kosong tertinggi di Kota Blitang. Tempatnya dilahirkan, dibesarkan, dan ... dicampakkan. Namun, kecintaan pada kota kelahirannya terkadang tetap memercik terang dari dalam jiwa pria itu. Bagaimana bisa ia melupakan kenangan teman-teman dan kedua sahabat yang mendukungnya membela para wanita prostitusi? Bagaimana bisa ia menghapus bayangan ibu dan kakak yang berusaha membuat mentalnya kuat, tetapi beralih menekan kewarasannya? Bagaimana ia mampu pergi jika sang ayah tidak berkata apa-apa setelah memberi luka bekas pada batang hidungnya?
Ia tidak akan mampu melupakan semua bayang-bayang itu. Apalagi ketika sekelompok masyarakat biasa mendadak berlagak layaknya para jurnalis profesional. Cara berbicara mereka yang menyudutkan keluarganya seolah mereka lelucon sama sekali tidak berperasaan. Mereka bahkan tidak pernah mencoba memahami kondisi traumatis sang ayah akan masa kecil yang membawanya bertahan dengan ibunya. Satu-satunya cerita yang ingin mereka terus abadikan pada anak dan cucu hingga saat ini; AHIMSA, PENGABDI KELUARGA YANG GAGAL. Anak yang tidak bisa mewujudkan harapan di balik namanya. Ahimsa, 'tidak melukai'.
Masih segar dalam ingatannya, bagaimana ia melihat upaya sepupu dan bibi memanfaatkan kemurahan hati orangtuanya telah mengaburkannya dalam kemarahan yang enggan sirna. Sangat disayangkan kematian dua orang itu yang tidak terduga memimpin kelompok wanita radikal mengejar nyawa temannya satu per satu.
Sepasang netra cokelat pria kecil itu melirik bergantian gelang Kana--yang melingkar cantik di lengan kirinya, dan obor yang digenggamnya--kumpulan dupa berlumurkan zat fosfor merah. Ia pikir kebencian telah membakar habis kasih sayangnya pada pria yang berusia lebih tua itu. Pria yang dahulu kerap ia kagumi kebijaksanaannya dalam setiap tutur kata yang dilontarkan.
'Jika kamu berada di jalan buntu, tidak yakin dengan apa yang sedang kamu lakukan ... bakar ini dan arahkan ke langit!'