Kesadaranku perlahan pulih. Samar-samar aku menangkap cahaya kuning yang menerangiku. Cahaya itu terlalu redup sehingga tidak membantu penglihatanku untuk melihat lebih jelas.
Aku tersadar di sebuah kursi kayu. Duduk sendirian di dalam ruangan kecil yang penerangannya minimum. Udara di dalam ruangan itu terasa lembab dan aku bisa merasakan lantai yang kupijaki terbuat dari tanah liat yang dikeraskan.
Beberapa waktu yang lalu aku ingat betul sedang membantu seorang tetangga untuk membersihkan rumahnya, bagaimana bisa aku ada disini? Dan ruangan apa ini?
Aku menarik dan menghembuskan nafas panjang. Berharap metode itu dapat membantuku memulihkan tenagaku serta menjernihkan pandanganku.
Belum selesai aku memahami situasinya, derap langkah kaki terdengar mendekat ke arahku. Derap langkah kaki itu diikuti oleh bayangan seorang pria.
“Nana.” Seorang pria memanggil namaku. Lebih tepatnya nama panggilan semasa aku kecil.
“Nana, kamu dengar aku?” Pria itu berbicara sambil berjalan memutariku.
Hening. Seluruh ruangan kecil ini hanya dipenuhi oleh suara langkah kaki yang terus berputar mengelilingiku. Suasananya terasa mencekam. Membuat bulu kuduku meringing.
Buruknya lagi, seluruh badanku terasa lemas. Aku bahkan tidak bisa menggerakkan kaki, tangan maupun kepalaku. Pandanganku masih buram dan tenggorokanku terasa kering.
“Sia..pa?” Suaraku nyaris tidak terdengar.
“Kamu masih belum ingat aku?” Pria itu mengangkat daguku sedikit ke atas dengan sebelah tangannya.
Badanku bergetar ketakutan ketika pria itu menyentuh daguku. Anehnya, rasa takut membuatku semakin ingin melihat dengan lebih jelas siapa pria yang ada di depanku ini.
Usahaku tidak berhasil. Pandanganku masih buram meski kedua mataku sudah terbuka lebar.
“Kamu sepertinya benar-benar lupa ya, Nana.” Pria itu terdengar sedikit kecewa.
Pria ini tidak memperkenalkan dirinya tapi malah memintaku untuk mengingat dirinya. Apa dia seseorang yang pernah aku kenal semasa kecil? Saat ini hanya Andi kyang memanggilku dengan nama itu.
“Baiklah. Nanti aku akan membantumu untuk mengingat siapa diriku. Sekarang berdirilah.” Tiba-tiba pria itu menarik tubuhku dari kursi. Memaksaku berdiri.
Tubuhku yang lemas langsung kehilangan keseimbangan begitu dipaksa berdiri. Namun tepat sebelum tubuhku terbanting, pria itu menangkapku tanpa diminta.
Setelahnya pandanganku semakin gelap dan aku kembali tak sadarkan diri.
***
love it...
Comment on chapter Chapter 1