Loading...
Logo TinLit
Read Story - RUMIT
MENU
About Us  

Pagi ini, Azfar, Abimanyu dan Nining sedang sibuk mempersiapkan keperluan untuk PKKMB esok hari. Besok adalah hari pertama mahasiswa baru UNTAD mengikuti kegiatan PKKMB. Banyak yang mereka sediakan, seperti songkok hitam untuk laki-laki, kemeja putih, celana/rok hitam, pita sesuai warna yang diinginkan fakultas masing-masing, dll. Rambut Azfar dan Abimanyu juga sudah dicukur botak.

“Kenapa senyum-senyum melihatku?” Abimanyu bertanya karena sejak tadi Nining seperti menertawakannya.

“Makin lucu kalau kamu botak.” Nining tertawa kecil.

“Tapi tetap ganteng kan?” tanya Abimanyu.

“Emm…. Tidak,” Nining tertawa, membuat Abimanyu memicingkan mata kepadanya.

“Pita susah dicari. Tak ada yang menjualnya di kampung sini. Hanya ada di Palu, di toko-toko pakaian,” kata Azfar pada Abimanyu dan Nining. Tiga remaja itu sedang duduk di kedai Azizah. Abimanyu sedang menikmati nasi kuning.

“Berarti kita harus ke Palu lagi?” Abimanyu bertanya.

“Harus,” balas Azfar.

“Telfon Ainun, Fiskal dan Salman dulu, biar kita bisa sama-sama beli pita,” sambung Nining.

Azfar mengangguk, meraih ponselnya di atas meja, melakukan panggilan di grup WhatsApp. Tak lama kemudian, muncul wajah Ainun, Fiskal dan Salman di layar ponsel Azfar.

Wih, lagi kumpul nih.” Suara Fiskal terdengar saat Azfar memakai Kamera belakang, memperlihatkan Abimanyu dan Nining.

“Kalian sudah dapat pita?” tanya Azfar pada tiga sahabatnya.

Aku sudah punya,” jawab Ainun.

Fiskal dan Salman belum punya, dua lelaki itu setuju membeli pita bersama-sama.

Aku mau ikut,” seru Ainun.

“Tapi pitamu sudah ada,” balas Abimanyu.

Apa salahnya jika aku ikut.” Sergah Ainun.

“Ainun, kalau sudah bersama Azfar, dia senang sekali,” ledek Abimanyu.

Bilang saja kalau kamu iri!” tegas Ainun.

“Siapa juga yang iri.” Abimanyu menjulurkan lidah.

“Jam berapa kita akan beli pita?” Azfar bertanya.

Bagaiamana kalau selesai sholat Ashar? Selesai beli pita kita duduk-duduk di pantai Kampung Nelayan. Aku sangat suka dengan pantai itu, apa lagi sambil menunggu matahari terbenam.” Fiskal memberi saran.

“Itu saran brilian. Sepakat,” kata Azfar.

“Oke. Selesai sholat Ashar, ya,” kata Nining.

Sebelum telepon dimatikan, Ainun meminta pada Azfar untuk menjemputnya, Azfar memenuhi permintaan itu.

Beberapa hari yang Lalu, Azfar membeli sebuah motor matik bekas dari uang usahanya dan sedikit tambahan dari Azizah.

Sore pun tiba, Azfar, Abimanyu dan Nining star dari huntara menuju kota Palu. tigapuluh menit, tiga remaja itu telah sampai di rumah Ainun, mereka dipersilakan duduk di teras rumah. Di rumah itu, yang mereka dapati hanya Ibu Ainun, Bapaknya sedang berada di kantor di yayasannya.

“Tidak botak dan botak, tetap saja ganteng,” kata Ainun pada Azfar.

Pipi Azfar bersemu merah. Jadi salah tingkah karena ulah Ainun.

Abimanyu mendengar ucapan Ainun pada Azfar, “Tak ada yang mengucapkan seperti itu padaku. Aku botak, masa' malah dibilang lucu,” curhat Abimanyu.

“Sabar ya, Botak Lucu,” Nining mencoba menghibur, namun malah membuat Abimanyu kesal.

Tak lama kemudian, Fiskal dan Salman juga tiba di rumah Ainun dengan berboncengan. Saat membuka helm, kepala mereka berdua juga sudah botak. Semua sudah lengkap, enam sahabat itu pun menuju toko-toko busana.

“Besok bisa jemput aku?” Ainun bertanya di atas motor.

“Oke, Ainun,” jawab Azfar.

Motor mereka tiba di sebuah toko busana.

“Kalian maba, kan?” pemilik toko menebak.

“Kenapa Ibu bisa tau?” Dahi Abimanyu terlipat.

Pemilik toko tertawa pelan, “Sudah banyak anak-anak botak mengunjungi tokoku, dan mereka juga membeli seperti apa yang kalian beli.”

Mereka semua mengangguk.

Setelah semua sudah memiliki pita, enam sahabat itu pun meninggalkan toko, pergi ke tujuan selanjutnya, Pantai Kampung Nelayan.

Pantai Kampung Nelayan tepat berada di lekukan teluk Palu. Mata memandang jauh kedepan, nampak di kiri-kanan perairan teluk berdiri kokoh pegunungan hijau nan cantik. Lurus ke depan sana adalah gerbang dari teluk. Satu dua kapal penumpang masuk ke perairan teluk. Jika malam hari berada di pantai ini, nampak dengan indah gemerlap lampu-lampu di sepanjang daratan teluk.

Di sepanjang pantai itu, bukan sebuah pasir putih halus, tapi sebuah tanggul, dengan batu-batu gajah dipasang rapi di sepanjang pesisir. Tanggul itu dipasang setelah bencana.

Banyak Kafe berjejer rapi di sepanjang pantai, enam sahabat itu mampir ke salah satunya, memesan makanan dan minuman, lalu duduk menunggu pesanan di atas tanggul.

Enam sahabat itu merasakan hembusan angin sore mengenai wajah, pemandangan sangat indah dipandang.

“Ini adalah lokasi yang tepat jika sedang stress,” kata Fiskal, pandangannya jauh ke depan.

Semua mengangguk setuju.

Matahari tepat berada di atas pegunungan sebelah kiri teluk, tidak lama lagi akan tumbang. Pesanan mereka sudah siap. Enam sahabat itu bercakap-cakap sambil menikmati pesanan, hingga tak terasa waktu Magrib telah tiba, mereka semua berjalan menuju Masjid tak jauh dari bibir pantai.

 

***

 

Hari pertama PKKMB.

Usai sholat subuh Azfar berangkat menuju kampus dengan seragam hitam putih. Ia akan singgah di rumah Ainun, menjemput gadis itu. Tiba di depan gerbang rumah Ainun, gadis itu sudah sedia di terasnya, keluar dari gerbang, segera naik ke jok belakang.

Mahasiswa Baru disuruh tiba di kampus pukul enam pagi, tidak boleh terlambat.

Tadi Azfar sudah mendatangi Huntara Abimanyu, namun kata orangtuanya bahwa Abimanyu masih tertidur. Azfar tidak lagi menunggunya, karena bisa-bisa akan terlambat. Bagaimanalah nasib Abimanyu nanti, ia akan terlambat, dan itu akan membuat panitia marah. Abimanyu terlambat, otomatis Nining juga, karena gadis itu menumpang dengan Abimanyu.

Cukup jauh rumah Ainun dengan kampus. Di perjalanan, Ainun merapatkan tubuh dengan Azfar, tak ada lagi jarak antara mereka berdua. Ainun mencium aroma parfum lelaki itu, membuatnya seakan ingin terbang.

“Sudah sarapan?” Ainun bertanya, nada suaranya sedikit keras, berusaha mengalahkan suara kendaraan dan angin.

“Belum. Kalau kamu?”

“Belum juga. Nanti kita makan sama-sama.”

“Siap, Bos.”

Dua remaja itu bercakap-cakap di atas motor, sesekali tertawa bersama. Kebahagiaan memenuhi hati masing-masing kedua pasangan asmara itu.

UNTAD berada di jalan Soekarno-Hatta, jalan itu sudah padat oleh ribuan mahasiswa baru yang mengantre masuk gerbang kampus.

Azfar memarkirkan motornya di parkiran, lantas segera berlari ke barisan kelompoknya.

PKKMB dilaksanakan selama lima hari, tiga hari untuk PKKMB Universitas, di mana mahasiswa baru dari seluruh fakultas digabung di dalamnya. Enam sahabat itu berada di kelompok yang berbeda. Sedangkan dua hari lainnya PKKMB fakultas.

Semua mahasiswa baru dikumpul di satu lapangan luas, berbaris sesuai kelompok. Tiga puluh menit berada di barisan, terlihat dari kejauhan Abimanyu dan Nining berjalan jongkok, sambil dibentak-bentak oleh senior. Benar saja, mereka kena hukuman karena terlambat. Di barisan, Azfar tertawa pelan melihat dua sahabatnya dihukum.

Dari lapangan, tiap-tiap kelompok akan diarahkan ke beberapa gedung yang sudah disiapkan. Azfar berjalan menuju gedung bersama mahasiswa sekelompok dengannya. Dalam satu kelompok ada lebih dari seratus mahasiswa.

Hari pertama PKKMB baru selesai pukul empat sore, semua mahasiswa baru kini beranjak pulang ke tempat tinggal masing-masing, ada yang pulang ke rumah, ada pula yang pulang ke kos.

Enam sahabat itu belum langsung pulang, mereka masih berkumpul di taman UNTAD, saling berbagi cerita saat di kelompok masing-masing. Mereka juga sudah mengenakan almamater UNTAD berwarna biru, dengan lambang merah putih di lengan kiri.

“Tadi aku disuruh menyanyi 'balonku ada lima' tapi semua harus pakai O,” curhat Abimanyu.

Azfar mengernyit, “Bagaimana bunyinya? Coba nyanyikan.”

“Bolonko odo lomo, ropo-ropo wornonyo, hojou konong kolobo, moroh modo don boro.” Abimanyu bernyanyi.

Semua tergelak mendengar Abimanyu bernyanyi.

“Menyanyi di depan ratusan mahasiswa lagi.” Abimanyu tertawa malu, ia tak ingin lagi mengingat hal itu.

Enam sahabat itu berencana untuk makan bakso di warung. Mereka berenam pun berjalan menuju parkiran, segera pergi meninggalkan kampus.

“Eh, sebelum kita pergi, ayo kita foto bersama dulu,” ajak Ainun. Enam sahabat itu pun berfoto bersama dengan latar rektor UNTAD yang megah.

Usai berfoto, enam sahabat itu pun berjalan menuju parkiran.

“Bagaimana, aku sudah terlihat seperti mahasiswa berintelektual, belum?” Abimanyu menepuk-nepuk bangga almamater yang ia kenakan, mereka berjalan menuju parkiran.

Fiskal mengacungkan jempol pada Abimanyu, “Mantap! Tampang-tampang seorang pemimpin.”

“Pemimpin apa?” Abimanyu bertanya.

“RT,” jawab Fiskal, tertawa lebar.

Abimanyu kesal, meraih tubuh Fiskal, mendekapnya, sambil meninu-ninju pelan badan lelaki itu.

Lagi-lagi semua tertawa lebar.

“Eh, kenapa marah? Kan RT itu juga seorang pemimpin,” Fiskal tertawa.

“Jangan yang kecil begitulah. Aku inginnya pemimpin yang besar, jadi bupati misalnya,” kata Abimanyu.

“Aamiin,” semua sahabatnya berseru.

Saat tiba di parkiran, seseorang menepuk pundak Azfar dari belakang. Saat Azfar menoleh, ia terkejut melihat orang yang menepuk bahunya.

"Aya!" Mata Azfar terbelalak melihat gadis bernama Aya itu, yang juga memakai almamater UNTAD.

Bukannya hanya Azfar, Abimanyu dsn Nining juga terkejut, betapa tidak, itu adalah sahabat mereka dari Manado, pernah menjadi relawan di Donggala saat bencana satu tahun yang lalu.

“Hei, kamu kuliah di UNTAD juga? Astaga!” Azfar berseru riang.

Aya mengangguk semangat.

Abimanyu dan Nining merapat, melihat gadis bernama Aya itu lebih dekat lagi, mereka tak menyangka jika Aya memakai almamater UNTAD.

“Kenapa tidak bilang-bilang kuliah di sini?” Azfar bertanya.

“Aku mau kasih kejutan untuk kalian.” Aya tertawa kecil, badannya tergoyang-goyang.

“Pantas saja waktu itu, ketika aku tanya kamu kuliah di mana, kamu langsung mematikan telepon. Sengaja, ya?” kata Nining, ia masih mengingat hal itu.

“Hehehe, iya. Maaf, ya,” kata Aya, tersenyum lebar.

“Ambil jurusan apa, Aya?” tanya Nining.

“Akuntansi,” jawab Aya.

“Ainun, Salman, Fiskal, ini Aya Sofia, sahabat kami dari Manado, dia pernah jadi relawan di Donggala saat bencana, banyak membantu orang-orang di pengungsian.” Azfar memperkenalkan gadis itu pada tiga sahabatnya dari Makassar.

“Oh, jadi dia ini yang pernah video call dengan kalian saat di warung Coto Makassar?” kata Ainun.

“Benar sekali.” Azfar tersenyum.

Ainun menjulurkan tangannya pada Aya, “Namaku Ainun. Senang berkenalan denganmu.”

Uluran tangan dari Ainun dibalas oleh Aya, lantas Salman dan Fiskal juga berkenalan dengan Aya.

Bagaiamanalah ini, Aya adalah gadis yang pernah dekat dengan Azfar saat situasi bencana, dan apakah gadis asal Manado itu masih memeliki perasaan suka pada lelaki itu? Di satu sisi, ada Ainun yang sudah menjadi pacar Azfar. Bagaimana kalau Aya tahu jika Azfar dan Ainun sudah berpacaran?

“Aya, kamu tahu, Ainun ini adalah pacar Azfar.” Abimanyu berbisik pada Aya.

Aya terkejut, menatap Azfar, seperti ada sebilah pisau yang telah mengiris hatinya saat mendengar kejujuran dari Abimanyu. Aya menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya dengan pelan, mencoba untuk menerima semuanya.

Sejujurnya, saat Aya bertanya Azfar memilih kampus apa saat mendaftar SNMPTN, Aya juga memilih UNTAD karena kampus itu adalah pilihan Azfar. Namun, saat dipertemukan di kampus ini, Azfar malah membawa luka di hatinya. Sebenarnya itu semua bukan salah Azfar, lelaki itu juga tidak tahu apa-apa. Azfar juga tidak tahu jika Aya terluka karena ia berpacaran dengan Ainun.

Aya hanya mengucapkan ‘oh’ saat Abimanyu memberi tahu akan hal itu.

“Eh, ayo kita cari warung bakso, perutku sudah lapar,” Seru Azfar. “Aya, kamu mau ikut bersama kami?”

Aya mengangguk samar, wajahnya tetap menampakkan senyuman ikhlas, “Mau.”

“Kamu boncengan sama siapa?” tanya Azfar.

“Sendiri,” jawab Aya, singkat.

Mereka semua naik ke motor, memasang helm di kepala, lalu berlalu pergi meninggalkan kampus. Besok mereka akan datang lagi ke kampus untuk mengikuti PKKMB hari ke dua.

Warung bakso

Tujuh remaja itu sekarang duduk semeja di warung bakso.

Aya ingin bergabung menjadi sahabat dari enam remaja alumni SMA dari Makassar itu,  berarti kata 'enam sahabat' akan diganti menjadi 'tujuh sahabat'.

“Kenapa menatapku seperti itu?” Nining bertanya pada Abimanyu karena lelaki itu menatapnya sambil tersenyum—mereka berdua duduk berhadapan di meja warung bakso.

“Aku tak sabar menunggu bom ciptaanmu.” Abimanyu akhirnya tertawa.

“Lama-lama aku lempar pakai sendok ini muka kamu.” Nining kesal, karena hanya itu-itu saja yang Abimanyu ulang-ulang. Nining masih mahasiswa baru, belum diajarkan hal-hal seperti itu.

Di samping Nining, Aya tertawa merekah karena melihat dua sahabatnya yang selalu membuat kelucuan. Aya kira Abimanyu dan Nining akan berubah setelah jadi mahasiswa, ternyata masih sama seperti dulu: saling menjahili, banyak bermainnya, suka berlawak.

“Bagaimana kabar Ibumu dan Adirah?” Aya bertanya pada Azfar, ia berusaha untuk tidak menampakkan kegalauan. Berusaha untuk tidak membenci Azfar. Azfar tidak salah, demikian isi hatinya sejak tadi.

“Kabar mereka baik. Kami masih tinggal di rumah Nenekku.” Azfar mengaduk baksonya.

Aya mengangguk, mulai menyendok bakso ke mulutnya.

“Oh iya,” Aya teringat sesuatu. “Azfar, Abi, Nining, apakah kalian masih punya gelang pemberianku dulu?”

Azfar menganggguk semangat, begitupun dengan Abimanyu dan Nining. Mereka bertiga menepati janji itu, untuk selalu menjaga gelang persahabat mereka berempat—persahabat yang bermula saat situasi bencana. Azfar mengambil gelang itu dari tasnya. Ia selalu membawanya.

Sekilas Ainun memerhatikan Azfar dan Aya bercakap, ada kehangatan di antara mereka. Ainun teringat kembali cerita Nining saat di kelas dulu, bahwa saat situasi bencana dulu, Aya selalu dekat dengan Azfar. Apakah Ainun cemburu?

Malamnya Ainun mengirim pesan pada Azfar di WhatsApp. Ia bertanya soal Aya padanya.

 

Assalamualaikum

Waalaikumusalam

Aku mau tanya sesuatu

Apa itu?

Kamu pernah dekat dengan Aya?

Tidak pernah, Ainun.

Jangan bohong! Nining pernah cerita sama aku kalau kamu pernah dekat dengan Aya.

Astaga! Itu semua kesalahpahaman, Ainun. Dulu aku dan Aya dekat sebagai teman saja, tidak lebih dari itu. Sampai sekarang pun hanya teman.

 

Chat pun berhenti, Ainun tidak lagi membalasnya. Ainun benar-benar cemburu saat kehadiran Aya sore tadi. Dari tatapan Aya pada Azfar, Ainun bisa merasakan bahwa gadis itu masih ada rasa suka pada Azfar.

 

***

 

PKKMB hari ke dua juga berjalan dengan lancar. Saat pagi dini hari, ribuan mahasiswa hilir mudik keluar dan masuk kampus, ribuan almamater biru menghias jalanan pelataran kampus.

Saat usai PKKMB, tujuh sahabat pulang berbarenganlagi, dan kembali singgah di salah satu kafe di pinggir pantai Kampung Nelayang. Saat berkumpul dengan sahabat-sahabat, Azfar dan Ainun tidak memamerkan kemesraan mereka layaknya seperti orang pacaran, namun ketika hanya berdua, dua remaja itu selalu terlihat romantis dan humoris.

Aya sebenarnya juga ingin sekali hanya jalan berdua bersama Azfar, namun keinginannya itu tak bisa diwujudkan karena Azfar sudah memiliki Ainun sebagai pacarnya. Aya tak ingin merusak hubungan kedua sahabatnya itu.

Hari-har berlalu, PKKMB selama lima hari pun sudah selesai. Satu pecan dari selesainya PKKMB, perkuliahan mulai aktif. Tujuh sahabat itu semakin jarang bertemu, karena telah fokus berkuliah di jurusan masing-masing, kecuali Abimanyu, Salman dan Fiskal, tiga remaja itu tinggal di satu kos, tiap hari selalu bertemu, sekamar, masak bersama, pun makan. Tujuh sahabat itu terkadang kumpul dengan lengkap seminggu sekali, di hari-hari tidak ada kesibukan masing-masing.

Di hari-hari libur juga, Ainun sering berkunjung ke rumah Nenek Arni, bertemu dengan Azfar dan keluarganya. Ainun dan Azizah semakin akrab, setiap bertemu selalu bercakap-cakap hangat, juga membantu aktivitas di rumah, seperti memasak.

Aya juga biasa berkunjung ke rumah Nenek Arni—sendirian, tanpa ada sahabat-sahabat yang lain. Aya berani datang sana, walaupun ia tahu Azfar berpacaran dengan Ainun. Jika Ainun tahu jika dirinya berkunjung ke rumah Nenek Arni seorang diri, ia bisa memberikan alasan bahwa tujuannya ingin bertemu dengan Ibu dan adik Azfar, karena keluarga itu sudah ia kenal sejak masa-masa pelik bencana.

Suatu hari Aya berkunjung ke rumah Nenek Arni.

“Tidak apa kan kalau aku datang ke sini?” Aya bertanya pada Azfar, dua remaja itu sedang duduk di kedai Azizah.

“Tidak. Memangnya kenapa?” tanya Azfar balik.

“Siapa tahu Ainun marah.”

“Dia tidak akan marah, kan tujuanmu datang ke sini bersilaturahmi denganku juga keluargaku.”

Aya tersenyum lembut, “Baiklah.”

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Day With Sergio
1754      786     2     
Romance
graha makna
5556      1802     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
Fix You
958      575     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Gray November
3668      1286     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Zona Elegi
508      330     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
My Dangerious Darling
4512      1715     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Denganmu Berbeda
10767      2782     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Are We Friends?
4028      1219     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Our Different Way
5291      2047     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Aku Milikmu
1992      887     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?