Read More >>"> RUMIT (Resmi Pacaran) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - RUMIT
MENU
About Us  

14 Juni 2020.

Hari ini masih dalam suasana lebaran, beberapa hari yang lalu umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idulfitri. Sudah dua kali Azfar, Abimanyu dan Nining melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan hari raya Idulfitri di Makassar, rasa rindu pada keluarga di Donggala sudah besar di jiwa ketiga remaja itu, tak sabar ingin segera pulang.

Masih dalam suasana lebaran, hari ini juga adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa kelas duabelas dan para guru SMA Sultan Alauddin—momen perpisahan seluruh kelas duabelas. Kegiatannya dilaksanakan di sebuah gedung besar di kota Makassar. Seluruh siswa laki-laki diperkenankan mengenakan jas hitam, dalaman kemeja putih, bawahan celana hitam berbahan kain. Beberapa hari yang lalu Azfar dan sahabat-sahabatnya sibuk mencari pakaian masing-masing. Untuk siswa perempuan, setiap kelas memiliki warna gaun. XII IPA-2 mengenakan gaun berwarna cokelat susu—warna yang cantik, tidak terlalu mencolok, juga terlihat kalem.

“Assalamu'alaikum,” sapa Azfar pada kedua gadis saat berada di dalam gedung acara. Dua gadis itu sedang asyik menatap isi dalam gedung, panggung didekorasi secantik mungkin, ratusan kursi berjejer rapi, satu dua teknisi audio music berkutat dengan alat-alatnya, mengecek dengan baik. Dua gadis itu adalah Ainun dan Nining, mereka berdua menoleh, lantas menjawab salam bersamaan. Yang menghampiri Ainun dan Nining adalah Azfar, Abimanyu, Salman, dan Fiskal. Kedatangan empat remaja laki-laki itu, pandangan Ainun hanya terfokus pada salah seorang di antaranya, siapa lagi kalau bukan Azfar, lelaki itu terlihat sangat tampan, pakaiannya yang rapi, rambut lurus tebal dikucir ke kanan, wajah putih langsat yang berseri, selalu mengukir senyuman yang manis, membuat Ainun semakin tergila-gila. Dalam benak, Ainun ingin sekali menjadi tuan putri, dan Azfar adalah pangerannya.

Juga Azfar, sekilas bola matanya mengamati sosok Ainun dari bawah hingga atas. Gadis itu berparas sangat cantik, make-up di wajahnya tidak begitu tebal, bibirnya merah jambu berkilau—tanpa sentuhan gincu, jilbabnya senada dengan warna gaun, sedikit memanjang ke bawah—menuti dada, hanya beberapa saja siswi mengenakan jilbab seperti itu, banyaknya memakai jilbab dengan penuh variasi; dililit di leher, dsb...

Sejujurnya, penampilan Ainun seperti itu sangat disukai Azfar, ia sangat suka dengan model berpenampilan Ainun yang tidak banyak gaya, seperti tidak terlalu menghias wajah berlebihan, gaya jilbabnya sederhana, namun tetap terlihat cantik.

“Ainun, di sana teman-teman kelas kita. Ayo kita kesana.” Nining berseru, sambil menunjuk gerombolan siswi mengenakan gaun sewarna dengan mereka. Nining segera menarik tangan Ainun, berpamitan pada ke empat sahabat lelaki mereka.

“Azfar, nanti ketemu lagi,” kata Ainun masih sempat walau tangannya sudah ditarik paksa oleh Nining. Azfar mengangguk, memancarkan senyuman manisnya.

“Ainun terlihat sangat cantik, Azfar.” Abimanyu berdecak di samping Azfar.

Azfar mengangguk sekilas, sepakat.

Fiskal mendengar ucapan Abimanyu, ikut mengangguk, “Sayangnya aku tidak bisa memilikinya.” Fiskal menyeringai, hatinya sudah membaik, ia berhasil menenggelamkan perasaan suka itu di samudera terdalam.

Azfar menoleh pada Fiskal, menatapnya, dan Fiskal paham dengan tatapan itu. Tatapan yang seakan-akan meminta maaf padanya.

Fiskal merapatkan kepalanya pada kepala Azfar, berbisik, “Santai saja, cinta kan tidak bisa dipaksa, dan aku juga tidak ingin terus-terusan mencintai orang yang tidak mencintaiku. Ainun juga berhak memilih orang yang dia cintai.” Fiskal menepuk-nepuk bahu Azfar.

Azfar tersenyum, ikut berbisik, “Bisa kita tidak membahas hal ini?”

“Kenapa?” Fiskal mengernyit.

“Kedengarannya jijik.” Azfar bergurau, terkikik geli. Fiskal meninju lengan Azfar—pelan. Kedua remaja itu tertawa bersama.

Sebelum acara ini tiba, beberapa hari yang lalu guru-guru menunjuk Azfar untuk membawakan beberapa lagu. Semua guru sudah tahu kalau Azfar memiliki suara emas. Azfar akan menyanyikan beberapa lagu di saat acara santai, seperti berforo bersama, sesi makan, atau momen terharu, dan Azfar sudah tahu lagu apa yang akan ia bawakan agar semua siswa kelas duabelas bisa menangis tersedu-sedu karena momen perpisahan ini.

Beberapa menit kemudian, acara pun dibuka. Kepala sekolah berdiri di atas panggung, menyampaikan sambutan, dan satu-dua hal. Setelahnya, dilanjutkan dengan rangkaian beberapa tampilan seni, seperti tari, pembacaan puisi—bertemkan tentang guru, juga nyanyian, Azfar yang tampil.

Pertama, Azfar menyanyikan lagu Maher Zain, berjudul: For The Rest Of My Life (Versi Indonesia). Saat masuk di bagian reff, sontak suara tepuk tangan memenuhi dalam gedung. Suaranya sangat merdu.

 

 

Sepanjang hidup...

Bersamamu...

Kesetiaanku...

Tulus untukmu...

Hingga akhir waktu....

Kau lah cintaku.... Cintaku.

 

Sepanjang hidup...

Seiring waktu....

Aku bersyukur...

Atas hadirmu...

Kini dan selamanya...

Aku milikmu...

Yakini hatiku...

 

Bersamamu...

kusadari...

Inilah cinta...

Tiada ragu...

Dengarkanlah...

Kidung cintaku yang abadi….

 

Mendengar Azfar bernyanyi, Ainun tersenyum-senyum malu di kursinya. Ia merasa kalau lagu itu ditujukan untuknya. Pandangannya terus tertuju pada Azfar hingga lelaki itu selesai menyanyi.

Setelah beberapa seni telah ditampilkan, selanjutnya adalah sesi foto bersama tiap-tiap kelas bersama wali kelas masing-masing di atas panggung. Lima belas menit sesi foto bersama, dilanjutkan dengan acara bebas, kali ini Azfar mengisi satu buah lagu lagi, berjudul: Masa SMA. Saat lagu itu dinyanyikan, semua siswa kelas duabelas tersentuh, karena akan berpisah dari bangku SMA. Semua berpelukan, menangis tersedu-sedu, bahkan Azfar meneteskan air mata saat menyanyikan lagu tersebut.

Acara hampir selesai, enam sahabat itu berkumpul, tak lupa untuk berfoto bersama. Di antara mereka berenam, tak ada saling menangisi satu sama lain, karena mereka tahu, beberapa bulan yang akan datang kembali bertemu di Palu, di satu universitas yang sama.

“Nining, tolong fotokan aku bersama Azfar.” Ainun memberikan ponselnya pada Nining, segera menuju ke samping Azfar.

Foto yang cantik, wajah kedua remaja itu serasi, tersenyum lembut bersama. Ainun sangat menyukai foto itu, ia mengunggah ke akun instagram miliknya, bahkan tanpa sepengetahuan Azfar, foto itu ia jadikan sebagai latar room chat di whatsapp.

“Hari yang menyenangkan sekaligus menyedihkan, bukan?” Abimanyu melap sisa-sisa air matanya di pipi.

Semua mengangguk setuju.

“Hei! Untuk merayakan hari perpisahan ini, bagaimana kalau kita makan Coto Makassar?” kata Abimanyu.

“Sepakat!” kata Nining, dan semua pun juga sepakat.

“Fiskal yang traktir!” kata Abimanyu lagi.

“Hei, enak saja!”

“Sekali-sekali, Fiskal, apa lagi ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi kita, dana pa salahnya jika kamu mentraktir kami.” Ucapan Abimanyu menyentuh hati Fiskal.

“Iya, deh, iya-iya, aku yang traktir.”

“Yess! Makasih Fiskal. Kamu adalah sahabat terbaikku!” puji Abimanyu.

Mereka pun menuju warung Coto Makassar yang tak jauh dari gedung acara perpisahan.

Sesampainya di warung Coto Makassar—sambil menunggu pesanan siap, Nining menyalakan ponselnya, mencari nomor Aya Sofia—sahabatnya dari Manado, lalu memencet ikon video call. Sepersekian detik, Aya pun mengangkat panggilan itu, nampak wajah gadis itu di layar ponsel milik Nining.

“Selamat siang, Aya. Apa kabarmu?” Nining yang duluan menyapa.

Selamat siang, Nining. Kabarku bagaik. Bagaimana denganmu?” suara Aya terdengar dari seberang telepon. Nampak senyumnya yang manis.

“Baik juga,” balas Nining.

Nining tak hanya memperlihatkan wajahnya kepada Aya, tapi juga wajah Azfar, Abimanyu, dan dua lelaki itu melambaikan tangan pada Aya.

Usai menanyakan kabar, dan sedikit basa-basi, Aya pun bertanya pada Azfar, Abimanyu dan Nining:

Kalian bertiga lanjut kuliah?”

“Ya.”

Di mana?”

“UNTAD,” Abimanyu yang menjawab.

“Kalau kamu, lanjut?” tanya Nining.

Iya.

“Kampus apa?”

Belum juga mendapatkan jawaban dari Aya, tiba-tiba gadis itu sudah mematikan telepon, membuat wajah Nining gusar.

“Mungkin jaringannya lemot, makanya tiba-tiba mati,” kata Azfar berusaha menghibur Nining, agar ia tak berprasangka buruk pada Aya.

Coto Makassar sudah tersedia di meja makan mereka. Mereka pun mulai menyantap.

Selesai menikmati Coto Makassar, Ainun berbisik pada Azfar saat hendak pulang, mereka masih di depan gedung.

“Sore nanti, kamu bisa jalan-jalan ke pantai Losari?” Ainun bertanya pada Azfar, tanpa didengar oleh sahabatnya yang lain.

“Bisa,” jawab Azfar.

‘Selesai salat ashar tunggu aku di gerbang panti, aku akan jemput.”

Azfar mengernyit, “Abi sama Nining bagaimana? Kami bertiga naik taksi online saja.”

Ainun berdecak sebal, “Aku hanya mengajakmu.”

“Loh, kenapa mereka tidak diajak?”

Ainun semakin sebal, “Banyak tanya. Kalau kamu tidak bisa, bilang.” Ainun pun melangkah gusar meninggalkan Azfar.

“Ainun,” teriak Azfar. Ainun terhenti, menoleh, “Aku tunggu di gerbang panti selesai Ashar.”

Mendengarnya, Ainun akhirnya tersenyum. Gadis itu pun mengacungkan jempol pada Azfar.

Azfar dan Ainun sering berduaan di sekolah, namun tak begitu lama, juga merasa tak puas, karena sahabat-sahabat mereka selalu datang mengganggu. Entah ada apa denganAzfar, setiap hari di sekolah selalu menampakkan begitu banyak perhatian, kepedulian pada Ainun. Gadis itu bisa merasakan bahwa Azfar menyukai dirinya, namun lelaki itu tidak pernah mengutarakan yang sebenarnya, padahal sejak dulu Ainun menunggunya.

 

***

 

Sore hari di Pantai Losari.

Azfar memarkirkan motor dengan rapi, Ainun turun dari jok belakang, melepas helm di kepala. Kedua remaja itu kini berjalan bersisian di atas lantai paving, hendak mencari minuman untuk dinikmati. Ada banyak kedai di pantai itu, Azfar dan Ainun singgah di salah satunya, memesan dua gelas coklat panas.

Pantai Losari adalah salah satu landmark terkenal di kota Makassar. Tempatnya sangat bagus, berada di teluk kecil. Sebelah timur pesisir Teluk adalah Pantai Losari, dan sebelah barat berdiri sebuah Masjid gagah, memiliki 99 kubah. Itu adalah salah satu Masjid yang unik dan terkenal di Indonesia. Sore itu, banyak pengunjung yang berfoto-foto di Pantai Losari, dengan berlatar Masjid 99 kubah yang jauh di seberang sana.

“Pemandangannya cantik, ya.” Ainun pertama kali membuka percakapan. Mereka berdua sedang duduk di sebuah kursi, yang menghadap ke laut, menatap Masjid 99 kubah yang ada di seberang sana.

Azfar mengangguk setuju, “Kamu pernah sholat di Masjid itu?”

“Pernah. Kalau kamu?”

“Ya.”

Pukul lima sore, matahari sudah mendekati kaki langit barat, tak lama lagi akan tumbang. Azfar dan Ainun terus bercakap-cakap, membahas apa saja yang telintas di kepala.

“Sejak tahun berapa Bapak sama Ibu kamu mendirikan yayasan di Palu?” Azfar bertanya

“Duaribu tujuhbelas.”

Azfar mengangguk.

“Bagaimana keadaan kedua orangtuamu saat bencana?” tanya Azfar lagi.

Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa pada mereka. Kantornya juga tidak ambruk, hanya ada beberapa retak saja. Saat bencana itu, satu hari setelahnya, orangtuaku langsung berangkat ke Makassar. Aku juga sudah mendengar setengah kisah menyedihkan bencana itu dari Bapak dan Ibuku.”

Azfar mengangguk lagi.

Geming lagi sejenak, pada akhirnya kedua remaja itu mengganti topik pembicaraan. Topik kali ini sedikit membuat mereka gugup, jantung kedua remaja itu berdebar tak karuan.

“Selama kita kenal, kamu merasakan sesuatu?” Ainun bertanya pelan, tatapannya tertuju pada Masjid di sebarang.

Astaga! aku tahu kemana selanjutnya pembicaraan ini, ucap Azfar dalam hati.

“Azfar,” panggil Ainun karena Azfar tak merespons pertanyaannya.

“Eh, i-iya, hehehe.” Azfar gelagapan. “Kalau kamu sendiri bagaimana? Ada sesuatu yang kamu rasakan?”

Ainun menoleh ke arah lelaki itu, menatap wajahnya, kemudian menatap hamparan lautan.

Azfar ini sebenarnya laki-laki seperti apa? Aku tahu dia pasti pura-pura tidak sadar dengan pertanyaanku.... Hmm, kamu selalu menggantungkan perasaanku, Azfar, seperti tak ada sedikit pun niatmu untuk menggapai perasaan itu, ucap Ainun dalam hati.

Setelah menatap Ainun sejenak, Azfar jadi kebingungan harus berbuat apa. Ia sadar, maksud Ainun adalah ingin agar mereka berdua berpacaran. Sejak dulu Azfar merasakan hal itu, bahkan sejak pandangan pertama Ainun padanya, tapi Azfar belum ingin berstatus pacaran pada gadis itu. Azfar sekarang dilema. Bagaimana ini? Kenapa setiap memiliki setitik niat untuk berpacaran dengan gadis itu, Azfar merasakan ada yang mengganjal di dalam hatinya. Sejujurnya, Azfar juga mulai menimbulkan cinta pada Ainun sejak pandangan pertama.

Apakah hubungan kami berdua harus berpacaran? tanya Azfar pada dirinya sendiri.

Ainun menghembuskan napas pelan, lantas memanggil Azfar sekali lagi. Lelaki itu menoleh, kini tatapan mereka bertemu.

“Aku ingin hubungan kita lebih dari sahabat,” kata Ainun pelan, wajahnya serius, berharap agar Azfar menanggapinya dengan jawaban yang ia inginkan.

“Kamu ingin menjadi sepupuku?”

Ainun berdecak sebal, memalingkan pandangannya dari wajah Azfar.

Sebenarnya Azfar hanya bergurau, tapi gurauannya seperti itu malah membuat Ainun tidak suka mendengarnya.

Tak tega melihat wajah Ainun kesal padanya, Azfar balas memanggil Ainun dengan lembut, tapi gadis itu tak menoleh sama sekali.

“Ainun,” panggil Azfar kedua kalinya. “Jika seratus persen keinginanmu ingin memiliki diriku sebagai pacarmu, maka keinginanku ingin memilikimu sebagai pacarku adalah seratus satu persen,” Azfar tersenyum. Azfar sudah tahu kalau Ainun ingin memilikinya sebagai pacar, makanya ia berucap seperti itu.

Kali ini Ainun menoleh, mata cantiknya berbinar menatap Azfar, “Sungguh?”

Azfar mengangguk senang, tersenyum. “Sejak pertama aku melihatmu, rasa sukaku padamu mulai tumbuh.” Azfar malu-malu mengatakannya.

“Sama, aku juga.” Tatapan Ainun belum lepas dari wajah Azfar.

Hati Ainun yang sejak tadi tidak tenang, jantungnya berdebar tak karuan, isi pikirannya berkecamuk, kini sekarang sudah tenang, lega dengan ucapan Azfar. Azfar pun sama, ia juga sudah merasa lega, rasa dilema tadi seketika hilang karena ia sudah mengambil keputusannya. Tapi, hatinya tetap saja merasa ada yang mengganjal.

Azfar tersenyum lebar, menunduk karena sedikit malu, “Sudah kuduga, kita sama-sama memiliki rasa.”

Ainun tersipu malu, juga tersenyum.

“Sekarang kita ini apa?” Ainun bertanya.

“Sepupu.” balas Azfar, bergurau. Refleks Ainun langsung mencubit perutnya, membuat Azfar meringis kesakitan. Cubitan perempuan tak perlu ditanyakan seperti apa sakitnya.

Sambil memegang perut yang sakit karena dicubit, Azfar tetap tertawa renyah. Melihat wajah Ainun kesal, bukannya takut, Azfar malah suka, karena gadis itu bertambah cantik bila marah.

“Sebentar, aku ingin menulis tanggal hari ini.” Azfar mengambil buku diary dari dalam tas selempang kecilnya.

Azfar menulis di lembaran kosong, dua nama berada di dalam sebuah bentuk love, dibawah love itu ditulis hari dan tanggal: Sabtu 14 Juni 2020.

“Aku masih kesal padamu,” kata Ainun, senyum di wajahnya membuyar.

“Hmm, apa lagi salahku?”

“Kamu jelas-jelas sadar dengan perasaanku padamu, kamu juga suka padaku sejak pandangan pertama, kenapa baru diungkapkan sekarang? Apa harus aku yang duluan mengungkapkannya? Di mana-mana, laki-laki yang menembak, bukan perempuan, huu,” Ainun mengomel.

Azfar tertawa kecil mendengar omelan Ainun, “Maaf.”

“Maaf, maaf. Mau aku cubit lagi perutnya?”

Azfar geleng-geleng kepala, “Garangnya mengalahkan singa bangun tidur.”

“Apa?!” Ainun melotot.

“Eh, tidak, tidak. Ampun.” Azfar tertawa.

Langit hampir gelap, waktu maghrib hampir tiba, Azfar meminta diri pada Ainun ingin shalat Magrib. Ainun tidak shalat, karena sedang datang bulan. Dua remaja itu berjalan menuju Masjid Amirul Mukminin—Masjid terapung tak jauh dari anjungan Pantai Losari. Ainun menunggu Azfar di teras Masjid.

Setelah shalat Magrib, kedua remaja itu mencari warung makan, perut mereka sudah lapar.

Kini Azfar sekarang berada di posisi Futur (keadaan saat iman sedang turun). Dia telah berpacaran dengan Ainun. Dalam agama Islam, pacaran sangat dilarang. Tapi apa boleh buat, godaan setan tak akan pernah berhenti sampai tiba hari kiamat, dan Azfar hanyalah manusia biasa, yang tak luput dari dosa dan kesalahan.

“Oh ya? Coba ceritakan padaku bagaimana kamu menembaknya?” Abimanyu berseru heboh saat Azfar menceritakannya di kamar panti.

Malam itu juga, Abimanyu mengabari di grup persahabatan mereka, bahwa Azfar dan Ainun resmi berpacaran. Ainun tekejut saat membuka grup, membaca chat godaan dari semua sahabatnya. Kabar itu juga, Fiskal menerimanya dengan ikhlas, ia hanya bisa tersenyum, menerima kenyataan itu.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Salon & Me
3348      1080     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Negeri Tanpa Ayah
9349      2073     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Our Different Way
3814      1584     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Call Kinna
4263      1649     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Selepas patah
128      109     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
AKSARA
4642      1775     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
SORRY
15267      2892     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Girl Power
1587      675     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Cinta Pertama Bikin Dilema
3625      1143     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Demi Keadilan:Azveera's quest
760      429     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...