T H E Y O U T H C R I M E
17
PERASAAN BUKAN hanya dimiliki oleh orang dewasa tetapi anak juga memiliki indera perasa dengan ingatan yang sangat kuat dan pekat daripada usia yang lebih tua dari mereka.
Mahendra menyalakan televisi berukuran mini yang menampilkan gambar patah-patah dengan bunyi berisik. Bukan masalah sinyal atau cuaca yang buruk, memang barang itu sudah ketinggalan zaman. Maklumlah, Mahendra sebagai orang yang gemar berhemat lebih memilih harga sewa rumah terjangkau dengan persediaan barang yang cukup terbatas daripada lengkap tetapi pengeluarannya makin membengkak. Setelah memanaskan air, dia segera menuangkan bumbu beserta bubuk cabai. Menyantap mie kuah di malam hari yang dingin memang mantap.
"Ayolah!" Mahendra menepuk-nepuk sebentar televisi tua itu dan sedikit memukulnya agar sinyal kembali normal, kalau tidak hati-hati bisa saja barang itu langsung hancur begitu saja. Layarnya kembali menampilkan siaran televisi dengan berita yang sedang hangat.
"Pemirsa, seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun melakukan tindakan bunuh diri secara diam-diam yang terjadi dikediamannya, Gorontalo. Sehari sebelum kejadian perkara, korban sempat berkeluh kesah dengan orang tua bersangkutan tentang aksi pembullyan serta penganiayaan yang dilakukan oleh teman sekelasnya yang sudah dialami selama empat tahun. Di duga karena korban sudah tidak kuat menanggung beban maka di siang hari yang sepi ketika orang tuanya sedang pergi bekerja, si anak menyiapkan tali tambang dan melakukan aksi gantung diri. Berita akan dilanjutkan setelah jeda pariwara berikut ini."
Makanan tak akan enak lagi rasanya kalau tiba-tiba dihantam dengan kabar menyedihkan atau meresahkan yang membuat hati dan perut sama-sama berkutub negatif yang kalau disamakan dengan magnet akan memunculkan reaksi tolak-menolak. Itulah mengapa Mahendra tidak kunjung memakan mie kuah rasa ayam itu dan hanya mencium aroma yang begitu nikmat. Dia meletakkan sepiring mie itu diatas meja seraya memijit kepalanya yang terasa berat seperti sedang membawa sebongkah batu raksasa. Selama ini dia mengira bahwa hanya ketika anak-anak sudah dewasa saat itulah mereka sadar dan paham bagaimana sakit dan kejamnya dunia ini. Namun, di luar sana sesungguhnya ada begitu banyak anak-anak yang menjadi pelaku dan korban kekerasan yang akan menipu kebenaran lewat senyuman palsu.
Di mata orang dewasa, mereka hanyalah anak kecil yang gemar bermain-main dengan kelakuan lucunya tetapi di mata Mahendra sendiri justru anak-anak itu sedang membuat keseriusan lewat tingkah bermainnya yang keras dan tumbuh menjadi seorang dewasa yang berbeda di dunia.
Setelah menghabiskan mie kuah yang terasa hambar di lidah, Mahendra segera menggosok gigi dan menyalakan lampu tidur. Dia bersiap-siap untuk menyelam dalam mimpi yang indah, entahlah. Dari kemarin mimpinya sangat aneh, kadang dikejar-kejar sama kuntilanak yang ingin menagih sate ataupun berjalan ditengah rumah tua yang menyeramkan. Horor semua! Dia pun lekas menutup mata tetapi samar-samar merasakan ada sesosok bayangan hitam yang sedang berdiri pada jendela. Sepertinya ada orang lain yang sedang mengintip dari luar, entah siapa pokoknya Mahendra tidak mau tahu.
Alarm berbunyi nyaring seketika membangunkan Mahendra yang masih bermata panda. Sekarang masih pukul lima pagi tetapi imdoa harus berolahraga sebentar agar lemaknya tidak menumpuk di perut. Resolusi tahun ini yang harus dia capai ialah punya perut kotak-kotak! Ah, bukan seperti orang di game Minecraft. Minimal seperti Shawn Mendes.
Taman Spathodea jadi tujuan utama pelarian Mahendra dari markas tinggalnya saat ini. Yah, berlari tiga kilometer tidak masalah asalkan masih pagi dan sepi. Setelah mengenakan sepatu dan pakaian olahraga, dia berlari dengan tempo sedang dan posisi kaki tidak bertumpu pada kaki belakang atau area tumit sebab akan memberikan terlalu banyak tekanan yang kemungkinan akan memunculkan nyeri pada tumit. Nah, olahraga bukan sekadar praktik tetapi teori juga harus seimbang.
Seusai berolahraga diikuti matahari yang terbit dari arah timur, Mahendra terdiam sebentar ketika memandangi Maya sedang berdiri di depan rumah sewaannya dan seperti biasa menggenggam sapu. Perempuan itu menyodorkan tangannya tanda meminta uang sebagai bayaran bersih-bersih. Cuma dua ribu rupiah tetapi itu sangat berharga untuk bayar parkir di SMANJA.
"Nih, nggak ngambek lagi kan?"
Maya memonyongkan bibirnya dan berlalu begitu saja. Meski perempuan bisu itu terlihat tengil dan jahil tetapi bagi Mahendra tidak masalah.
PTS berlangsung seperti biasanya. Mahendra bersama Fransisca mengawasi ruang kelas 11-B. Anak-anak dengan segenap jiwa dan raga mengerjakan soal dengan hati-hati. Sementara itu ada satu anak yang belum menulis jawaban. Gissel. Salah satu siswi yang menduduki kursi Ten Angels peringkat enam. Ia sebenarnya bisa saja mengerjakan soal dengan cepat tanpa perlu melirik kanan-kiri sebab pelajaran Bahasa Indonesia sudah diluar kepala, sangat mudah. Mahendra memainkan kukunya sembari menanti jam sembilan pagi.
"Sepuluh menit lagi!"
Gissel akhirnya mengangkat pulpen, menulis identitas serta nomor absen dan melanjutkan mengisi lembar jawaban yang kosong. Ia diam-diam melihat meja pengawas yang sedang asyik memandangi ponsel. Inilah kesempatan emasnya, gadis berambut panjang itu mengambil kertas berisi kunci jawaban yang ia selipkan di saku baju dan buru-buru membukanya. Mahendra sontak bangkit dari kursi ketika merasa bahwa ada yang mencurigakan.
"Kertas apa itu?"
Gissel hanya diam dan menyerahkan kertas yang cuma berisi coretan-coretan pulpen. "Coretan aja, Pak. Soalnya saya gabut banget."
Mahendra kembali menuju meja pengawas sementara Gissel tersenyum penuh kemenangan.
RUMAH AKSAN, 11.00 PM
Aksan menggeber-geber motor miliknya bersama temannya yang merupakan kakak kelas, Pramoedya. Setelah siap dengan segala peralatan kamera dan lampu inframerah, mereka memulai perjalanan ke tempat-tempat berhantu yang katanya sering ditemui hal yang mengerikan. Yah, intinya kalau mereka tidak bisa menemukan sesuatu yang sekadar membuat bulu kuduk berdiri cukup pakai settingan murahan saja.
Aksan memarkir motornya dipinggir jalan begitupun Pramoedya. Ia membuka website watchsatan.com dan mengklik tombol siaran langsung. Setelah terhubung, ponselnya dipenuhi dengan bunyi notifikasi yang tak pernah berhenti. Beragam sapaan muncul di kolom chat yang memenuhi pandangan Aksan. Ia melambai-lambaikan tangan sembari berlari kecil ke arah jembatan.
"Yo, horor dibalik horor! Bersama Aksan di sini dan sekarang aku sedang menuju jembatan Casablanca yang terkenal dengan penampakan seram! Selamat menonton!"
Mereka menelusuri area jembatan yang sudah menyepi tanpa lalu-lalang kendaraan. Tidak ada perasaan aneh atau apa pun itu yang masih membuat Aksan tetap menyeimbangkan kamera miliknya dengan diikuti Pramoedya dari belakang. Sambil jalan-jalan dengan santai, Aksan menyempatkan diri untuk membaca kolom chat yang dipenuhi dengan emoticon hantu dan pesan singkat. Hingga matanya terfokus pada salah satu watcher yang mengetik pesan singkat bernada menyeramkan dan menyematkan pesan itu agar semua orang dapat membacanya.
LIVE STREAMING: 6136 PENONTON
@tadikamesra322: Eh apaan tuh ada bayangan!
@ninabobo555: Biasa aja sih, ngga ada yang menarik.
@simpleman+62: Kalian harus percaya. Kalian itu tidak sendirian! 📍pesan disematkan.
"Ah, simpleman. Aku memang merasa lagi bersama sesuatu yang nggak terlihat ... tapi aku tidak peduli."
Setelah berada di area tengah jembatan, Aksan mengarahkan kameranya ke depan dan mencari sisi yang menyeramkan dari pesona bangunan tua itu. Sudah berkeliling selama lima menit tetapi ia tidak menemukan apa yang diinginkan. Penampakan, kemunculan sosok atau suara gaib. Puluhan penonton meninggalkan siaran langsung saking jenuhnya menunggu.
Kembali melihat kolom chat yang diisi oleh cuitan pengguna yang sama tetapi terkesan mengancam.
@simpleman+62: Aku tidak bercanda. Ada aroma anyir ya?
@mahalinimurahini: Hei, kalian nggak lihat ada bayangan di sana?
@pakgendong541: Coba deh lihat ke belakang!
"Kenapa kamu bisa tahu?!"
Benar, tiba-tiba ia mencium aroma darah yang begitu menyengat dan Pramoedya menepuk-nepuk pundak untuk memberi tanda. "Hei, aku melihat ada plastik hitam di ujung jembatan sana. Percaya atau tidak ... didalamnya ada tubuh manusia."
Seketika Aksan bungkam seribu bahasa, ia melirik sekilas ke arah ujung jembatan Casablanca yang berdekatan dengan area busway. Ia segera berlari ke sana dengan tetap membaca kolom chat dan penonton yang kerap mengetik pesan menakutkan itu pun mengetik pesan lagi. Kali ini sangat blak-blakan.
"Tidak mungkin ...."
@ayamjantan13: Hantunya mana?
@suamitakutistri: Nyimak aja deh.
@simpleman+62: Ada mayat. Sebaiknya kalian tidak membuka pembungkusnya.
"Lapor polisi! Cepat! Ini berbahaya!"
Pramoedya mengerutkan keningnya beberapa senti, membuka pembungkus plastik besar itu. "Hei, kau bodoh ya? Bukankah ini hantu yang kita cari?"
"Lupakan soal hantu! Itu mayat, tahu!"