Read More >>"> THE YOUTH CRIME (Chapter 11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - THE YOUTH CRIME
MENU
About Us  

T H E Y O U T H C R I M E

 

11

 

"UMUR BUKANLAH patokan apakah anak sudah bisa dikatakan dewasa atau belum. Lima belas tahun? Dua puluh tahun? Kalau mental mereka masih labil, sama saja."

 

Di jam istirahat saat siswa-siswi asyik berbelanja ke kantin, ruang guru dalam keadaan panas. Bahkan tiga kipas angin yang sudah terpasang di tiap sudut dindingnya tak mendinginkan kepala para guru yang sedang berdiskusi terkait masalah anak-anak yang tak pernah bosan dibicarakan. 

 

Mahendra berdiri dihadapan para guru untuk menyampaikan argumen miliknya yang sudah ditahan-tahan sejak lama. Masih banyak yang menganggap kalau siswa-siswi yang tidak tahu aturan itu harusnya sudah paham dan mengerti mengingat status mereka sebagai anak SMP ataupun SMA padahal tidak ada hubungannya sama sekali. 

 

Ibu Kirana sependapat. "Benar. Kita sebaiknya tidak usah memaksa mereka untuk jadi orang dewasa melainkan menuntun mereka ke jalan yang benar. Sebab proses pendewasaan itu ialah pilihan masing-masing anak."

 

"Ya, di sini kita bisa bilang begitu. Tetapi di luar, anggapan ini sudah menjamur di masyarakat dan mereka akan terus menyalahkan pihak sekolah kalau ada siswa berperilaku buruk. Intinya, kita hanya bisa berharap," celetuk Fransisca yang kebetulan melewati para guru dan menyimak diskusi itu.

 

Mahendra sedikit tersenyum dan mengakhiri diskusi itu diiringi tepuk tangan. "Harapan tak akan terjadi kalau kita terus diam, bukan? Jadi mari kita sama-sama belajar dan melakukan diskusi ini sesering mungkin." 

 

"Walau dia hanya guru honorer tetapi rasanya dia lebih kompeten dan profesional."

 

Adelia berjalan pelan menuju papan informasi tentang ketentuan pakaian dan kegiatan sekolah sehari-hari. Di sana tertera jelas bahwa di hari Jumat ini akan dilaksanakan ekstrakurikuler yang berlangsung tiap minggu. Makanya jam pelajaran sekolah ditambah dua jam, sedikit lebih lama dari hari lain. Biasanya mereka pulang pukul empat sore tetapi kini pukul enam sore.

 

Seusai jam pelajaran, para siswa-siswi secara bergerombol bergerak menuju kelas-kelas ekstra yang sudah dibagi. Sebelumnya kalau ada siswa yang belum mendaftar maka wali kelas akan membantu. 

 

Ekstrakulikuler ialah tempat penyaluran bakat dan minat siswa dalam mengembangkan potensinya serta meningkatkan kemampuan. Di SMANJA sendiri ada belasan ekstrakurikuler yang dapat dipilih sesuai keinginan dan dibatasi untuk satu ekstra saja. 

 

Dari semua ekstrakurikuler, yang paling diminati ialah musik. Sebab kalau punya bakat memainkan musik dan bermain bersama-sama maka akan menghasilkan irama dan melodi yang luar biasa. 

 

"Ekstra musik ada di sebelah sini …." Mahendra mengarahkan Adelia ke area kelas besar yang dipenuhi dengan alat-alat musik, puluhan kursi penonton dan panggung megah. Adelia seketika takjub dengan fasilitas lengkap yang tersedia di sini, ibaratnya studio musik terbesar yang pernah dilihatnya. Alih-alih sekolah biasa, Adelia lebih suka menyebut sekolah ini dengan akademi musik. 

 

Rasa takjubnya sirna seketika saat suara-suara musik yang sebelumnya ia dengar berhenti. Sekumpulan siswa yang sedang menggenggam alat-alat musik itu tampak melempar tatapan tajam nan sinis ke arah Adelia, seolah keberadaannya tidak diperkenankan di sini. Mereka rata-rata berkulit putih bersih, rambutnya selurus jalan tol, sehitam arang dan beberapa laki-laki ada bermata biru yang mencerminkan darah Eropa. Keseragaman itu mungkin jadi perbedaan bagi Adelia yang terlihat tidak menarik bagi mereka. Ah, ia tak ambil pusing. Gadis berkulit hitam tak kalah manis dengan yang putih. 

 

Seorang wanita berkacamata setinggi 160 senti yang tampak menggenggam jurnal absen itu tersenyum. Ia membetulkan posisi kacamatanya dan mendekati Adelia yang masih diam. "Perkenalkan, nama Ibu Lucy Sanada. Kamu Adelia dari Maluku ya? Senang sekali bertemu dengan orang Timur, sepupu Ibu ada yang berasal dari sana."

 

"Ah, salam kenal Ibu Lucy." Adelia sedikit menunduk, rupanya sang tuan rumah masih menerimanya dengan baik. Suara tawa terdengar diikuti bisikan-bisikan halus dari para gadis yang kelihatan mengejek kemampuan Adelia. Entah gadis itu akan memainkan musik apa.

 

"Sekarang sebagai perkenalan, silakan kamu memilih alat musik yang akan dimainkan. Pilih salah satu, rasakan auranya dan mainkan jiwamu. Niscaya, musikmu adalah perasaanmu."

 

Adelia bergerak mantap menuju sudut kelas yang terdiri dari deretan terompet, biola dan seruling. Di area panggung kecil terdapat drum, bass, harpa dan beberapa instrumen. Ada satu yang menarik perhatiannya, sebuah benda yang ditutup dengan kain besar. Adelia menarik kain itu, memperlihatkan sebuah piano yang terbuat dari metalik. Ia membuka tutupnya, tuts-tuts piano hitam dan putih terlihat jelas.

 

Ibu Lucy sedikit berteriak. "Piano itu ditutup supaya tidak berdebu. Artinya belum ada satupun siswa yang bisa memainkan alat musik itu sejak tahun lalu. Apa kau bisa?"

 

Tidak ada salahnya untuk mencoba. Adelia pun sudah pernah memainkan piano di sebuah warung makan dan ia hafal dengan semua nada itu. Kini area kursi penonton dipenuhi oleh para siswa-siswi dan ekspresinya masih sama, tatapan sinis. Mereka begitu curiga dan tak percaya. 

 

Adelia duduk di kursi kecil, melenturkan jemari-jemari miliknya yang kaku. Ia menutup mata dan berdoa agar dilancarkan. Ketika jari telunjuknya mulai menyentuh tuts, saat itulah tangan-tangannya bergerak dinamis tanpa jeda sedetik pun. Matanya setajam elang. Menghindari kesalahan sedikitpun dengan memfokuskan pandangannya pada piano, hanya itu. Bisikan-bisikan yang mengejek dirinya layaknya angin lalu yang tak perlu dirisaukan. Melodi yang kuat, irama ganas dan gerakan tangan yang cepat menyihir para telinga penonton untuk masuk dalam gerbang musik tiada ujung.

 

Kuatnya melodi itu mencerminkan perasaan Adelia bahwa ejekan dan ketidakpercayaan dari semua orang tak akan menghalanginya dalam berkarya. Semua itu hanyalah sampah yang harus didaur ulang. 

 

Menginjak lima menit, penampilan Adelia yang dinamis itu berhenti. Ia menggenggam tangannya yang masih gemetaran. Sementara para penonton yang semula menyindir dan tak menaruh kepercayaan kini tak bisa untuk tak bertepuk tangan, musik telah menyihir pikiran. Mereka memberikan aplaus meriah dan luar biasa, begitupun Ibu Lucy yang sangat bangga. Bahkan para laki-laki berjabat tangan dengan Adelia dan ia menjadi salah tingkah. Para gadis yang menganga lebar itu pun diam saja, merasa kesal bercampur bersalah. 

 

"Itulah arti dari musikmu adalah perasaanmu. Selamat, Adelia! Sekarang kamu resmi bergabung dengan orkestra sekolah!" 

 

Adelia tersenyum senang. "Ini baru awal, aku pasti akan lebih baik dari sekarang."

 

RUMAH KENTANG DHARMAWANGSA, 21.00 WIB.

 

"Hola-hola, Aksan di sini!"

 

Kamera yang dilengkapi sinar inframerah dan mikrofon sudah siap. Siaran langsung oleh Aksan langsung dihadiri oleh ribuan penonton di situs watchsatan.com. Beragam sapaan dan ucapan selamat malam nemenuhi kolom pesan. Mereka tak sabar menyaksikan penelusuran horor ke tempat berhantu begitupun Aksan. Ia bersama Egy, kakak kelas dari kelas 12-E yang kerap diajaknya untuk berlatih menggunakan kamera dan saat ini menjadi asisten pribadi.

 

"Kali ini aku akan melakukan penelusuran ke rumah kentang Dharmawangsa yang populer di Jakarta Selatan karena keangkerannya. Sebelumnya kami sudah mohon izin dan diperbolehkan untuk masuk ke dalam!"

 

Aksan mengambil alih kamera dari genggaman Egy, lelaki itu segera mengenakan kostum dan rambut panjang yang sudah dibeli. Kostum hantu jadi-jadian yang siap mengejutkan penonton. Sambil melangkah menuju area kamar, Aksan menceritakan sedikit tentang rumah kentang.

 

"Rumah kentang ini sesuai namanya sangat kentang–ketinggalan zaman. Lihat, dari segi interior dan desain rumah terbilang kuno karena menganut struktur rumah Belanda. Yah, jadinya sangat seram. Rumornya kalau mencium bau kentang … ada hantu! Oh, ada kecoa!" Aksan menyusuri area kebun rumah yang sudah tak terawat, rumput-rumput kering menutupi lantai dengan dindingnya yang sudah terkelupas. 

 

Lampu petromaks setia menemani bagi para pencari hantu, di rumah ini listrik bukan hal yang diperlukan. Lampu berbahan bakar minyak tanah itu sedikit menyinari lorong gelap nan panjang yang membawa Aksan ke area terlarang dari rumah tersebut yang digadang-gadang akan ada kemunculan hantu. Para watcher sangat antusias, dua ratus ribu lebih penonton memenuhi kolom pesan. Mereka tampak asyik berkomentar satu sama lain, kadang-kadang Aksan juga ikut mengirim pesan. 

 

"Aku mencium bau kentang!"

 

Aksan melakukan akting ketakutan hanya mencoba memberikan suasana tegang. Ia mengarahkan kamera ke bagian depan dan menginjak sesuatu. Rasanya keras dan sedikit berkilau. Kemasan kripik kentang.

 

"Maaf guys! Aku melihat kemasan kripik kentang di sini. Ah, rupanya masih ada yang buang sampah sembarangan!"

 

Pekikan berat terdengar begitu membahana. Aksan terdiam sebentar. Siaran langsung itu makin banyak saja, kini sudah menyentuh angka lima ratus ribu penonton dalam sekejap. Aura gelap menyelimuti dirinya, sekalipun ia tahu bahwa ini sudah direkayasa tetapi perasaan takut dan gentar tetap saja hadir tanpa permisi. Kamera inframerah menangkap sesuatu.

 

"Apa itu?"

 

Aksan pikir asistennya telah bersiap di ujung lorong dan berlari ke arahnya, otomatis kamera inframerah menangkap Egy. Namun, sinar itu tetap diam. Seolah-olah sedang menunggu kehadiran Aksan. Mendadak keringat dingin. Gemetaran dan hampir kehilangan keberanian, Aksan mengarahkan senter dan menangkap sosok manusia kecil yang berdiri sedikit membungkuk di tengah kegelapan. Ia coba untuk mendekat tetapi sinar inframerah menangkap kehadiran Egy.

 

"GUYS! SETAN!"

 

Sosok hitam dan tinggi besar itu menarik perhatian banyak watcher. Aksan berlari terbirit-birit menuju area kebun rumah, keluar dari lorong menakutkan itu. Egy tertawa terbahak-bahak setelahnya dan mereka berdua mengecek kolom pesan untuk melihat reaksi.

 

"Ah, settingan luar biasa. Watcher milikku makin bertambah banyak!"

 

Tiba-tiba keduanya terfokus dengan kolom pesan di live streaming itu. Banyak orang berkomentar sama tentang sosok yang tertangkap kamera inframerah. Mereka masih mempertanyakan apakah sosok itu benar-benar anak kecil?

 

@lopelope. "Itu … bukan hantu 'kan?"

 

@kamunanyea. "Hei, kalian harus berhati-hati! Bau kentang bisa saja muncul!"

 

@hatikuhancur10. "Anak kecil! Ada anak kecil di sana!"

 

@lakibobrok. "Sumpah! Anak kecil tertangkap kamera!"

 

"Omong-omong Egy, katanya ada anak kecil …" Aksan mengecek kembali kolom pesan dan rekaman kameranya kembali untuk melihat sosok yang dimaksud, "sinar inframerah tidak pernah bohong! Apa kau percaya?"

 

"Seburuk-buruknya rupa hantu, manusia lebih menakutkan. Anak kecil itu … sebaiknya kita harus pergi. Hhhhhhh," Egy bergumam aneh, napasnya kian memberat. Ia mengajak Aksan untuk segera melarikan diri dari sana. 

 

Rekaman penampakan yang sedikit blur dan menampilkan sosok anak kecil itu menjadi perbincangan hangat di sosial media.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seiko
359      258     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8207      1886     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
97      70     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Call Kinna
3896      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Girl Power
1540      664     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
4855      1589     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Lenna in Chaos
4635      1702     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4944      1410     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Demi Keadilan:Azveera's quest
694      385     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...