T H E Y O U T H C R I M E
07
DENGAN POPULARITAS sebagian hidup manusia akan dipenuhi sorotan kamera, liputan berita sampai koneksi luas tanpa batas. Orang-orang sangat mendambakannya sampai rela melakukan tindakan-tindakan bodoh, meninggalkan apa yang seharusnya menjadi acuan, kualitas.
Anak-anak generasi Z yang lahir di kisaran tahun 2000-2010 ialah maniak sosial media di zaman ini. Karena itulah mereka menjadi lebih terbuka terhadap dunia luar dan berlomba-lomba untuk trending agar dikenali oleh negara sendiri. Salah satunya dengan membuat konten horor.
watchsatan.com adalah situs siaran langsung penampakan hantu dan eksplorasi ke tempat-tempat misterius. Sesuai namanya, biasa digunakan sebagai tempat menonton video-video hantu, setan, atau misteri tersembunyi yang dipandu oleh Satanis, orang yang mengelola konten. Situs ini sangat terkenal bagi para pencari hantu dan penggemar film horor untuk mencari sensasi nyata tegang nan menyeramkan meski kebanyakan adalah akal-akalan dan rekayasa semata. Namun, keuntungan mendaftar di situs ini begitu menggiurkan. Jika berhasil mengumpulkan seratus watcher--sebutan pengikut di situs ini–berhak mendapat seratus ribu rupiah, seribu watcher mendapat lima ratus ribu rupiah sementara untuk seratus ribu lebih mendapat satu juta rupiah.
Anak-anak SMANJA hampir seluruhnya menjadikan situs watchsatan.com sebagai tontonan di malam hari dan berlomba-lomba meraih watcher terbanyak. Saat ini terhitung Aksan sebagai Satanis dengan watcher terbanyak yang rata-rata didominasi oleh para gadis. Kalau ditanya bagaimana caranya, Aksan memanfaatkan wajah semanis kembang gula miliknya sebagai pelengket agar para pengikutnya tidak mudah jenuh dan berpindah tempat serta menelusuri tempat seram yang belum pernah dikunjungi. Kontribusi dari orang tuanya pula yang mengijinkan Aksan untuk pergi ke tempat-tempat berhantu turut meningkatkan angka pengikut miliknya.
Omong-omong, Aksan juga melakukan trik murahan. Hantu settingan. Namun, trik semacam ini tidak diketahui oleh para pengikutnya sebab Aksan memanfaatkan aktingnya yang natural. Sementara itu Mahendra berdiri kesal seraya mendekati Aksan yang tampak sibuk menyapa para watcher, rupanya ia sedang melakukan live streaming. Saking banyaknya notifikasi, ia beberapa kali harus mengatur ponselnya agar tetap berjalan lancar untung saja bukan termasuk kaum 'hp kentang.'
"Untuk apa kalian berduaan di sini? Jangan-jangan kalian lagi ...."
Mahendra mulai berpikir yang tidak-tidak. Pikir saja ada sepasang dua laki-laki di tengah kebun jati sampai membawa tripod kamera segala, tidak logis. Apalagi sudah larut malam, Mahendra tak mampu mengusir rasa kecurigaannya.
"Kami nggak melakukan yang aneh-aneh! Saya lagi live streaming nih, Pak. Tuh pengikut saya banyak, mereka menunggu hantunya kelihatan."
"Buang-buang wak--"
"Justru saya mendapat penghasilan dari sana, Pak. Uang lima juta terus masuk ke rekening saya tiap bulannya."
Mahendra awalnya meragukan ucapan anak itu yang sesungguhnya benar adanya, dia tak sangka kecil-kecil begini sudah pintar
menghasilkan uang.
Cerah berawan mewarnai hari Sabtu. Siswa-siswi berbaris dengan tertib, mencari posisi yang sudah ditentukan di lapangan basket. Biasanya akan ada senam pagi diiringi musik dinamis yang kerap menimbulkan goyangan pinggul sebab senam dilakukan bersama dengan enerjik tetapi kali ini para siswa sedang diberikan pengarahan. Siswa laki-laki ditugaskan mengatur alat-alat musik, sound system, tata lampu panggung. Siswa perempuan ditugaskan membuat hiasan, dekorasi, poster ulang tahun dan surat undangan. Sementara itu bagi anak-anak terpilih yang ikut memeriahkan acara akan dilatih di aula sekolah.
Aksan berjalan beriringan bersama dua anak kelas 11-E, Meysa dan Tio dengan pakaian serba hitam dan masing-masing mengenakan topi dan sepatu putih. Kesamaan dari cara berpakaian ini bukan tanpa alasan, mereka bertiga ialah trio dancer. Tarian modern yang kerap disebut dance ialah magnet terkuat yang mampu menarik para remaja, melahirkan gejolak semangat yang menggebu-gebu dengan musik luar biasa menciptakan susunan gerakan cepat. Meysa sebagai main dancer yang berposisi di tengah-tengah telah beberapa kali menjuarai kompetisi internasional di bidang tari bersama Tio. Sementara Aksan belajar secara otodidak meski ia tak terlalu pandai dan tak punya pengalaman, tampang manis nan tajam ibarat pangeran Romeo tentu akan menarik perhatian banyak penonton.
"Satu, dua, tiga, ya! Satu, dua, tiga, ya!" Pelatih tari modern, Ibu Dahlia melatih kekompakan dan keselarasan gerakan. Jujur saja meski penampilan mereka nanti hanya berlangsung lima menit di atas panggung, selama itu pula mereka bertiga harus saling menjaga sikap agar tidak ada kesalahan sedikitpun. Mengingat ini adalah acara utama yang sangat dinanti-nanti. Istirahat berlangsung selama sepuluh menit kemudian dilanjutkan lagi dengan latihan selama satu jam.
Di sela-sela latihan, Aksan mengecek konten miliknya yang kini meningkat pesat setelah ia memublikasikan video terbaru. Omong-omong ia sudah lama tidak membuat pengumuman atau konten jadi kunjungan akunnya sedikit sepi. Untungnya masih banyak watcher yang menantikannya.
"Delapan ratus ribu pengikut, lumayan." Aksan bergumam sambil meneguk segelas air.
"Aksan? Kau Satanis ya?! Aku mau jadi pengikutmu!" Meysa mengambil ponsel, mencari-cari situs horor yang biasa dibukanya setiap hari.
"Ah, silakan." Aksan memperlihatkan username miliknya pada layar ponsel.
"Aku dengar kau itu Satanis yang sudah membuat banyak video seram tetapi aku kurang percaya. Ah, ternyata kau memang Satanis!" Meysa berujar seraya mengklik simbol watcher sebagai tanda mengikuti. Aksan tersenyum saat muncul notifikasi di layar ponselnya.
***
Kantor Kepolisian Jakarta Selatan, sesuai motto yang ditulis pada logo mereka yakni Rastra Sewakottama, mengayomi, melayani dan melindungi masyarakat. Kendati begitu banyak masalah yang tidak terselesaikan di lingkungan masyarakat sebab pihak polisi menangani dengan lambat dan banyak syarat yang harus dipenuhi.
Malam ini tanpa berhiaskan bulan dan bintang, pasukan satuan reserse kriminal atau satreskrim dikumpulkan untuk menangani kasus perjudian dan kekerasan remaja yang kerap memunculkan rasa takut bagi masyarakat. Mahendra tampak mengenakan topi hitam, meletakkan pistol pada saku celana beserta peluru seraya berdiri tegap. Kegagahannya begitu sempurna dengan hiasan pangkat-pangkat polisi pada seragamnya.
Komandan pasukan satreskrim, Brigadir Junaedi mengawali malam itu dengan sambutan singkat.
"Penghormatan!"
"Sesuai informasi dari masyarakat setempat yang berlokasi di Cilandak, ada sekelompok remaja yang melakukan
"Citra polisi makin buruk setelah banyak kejadian tak mengenakkan menimpa polisi. Masyarakat akhirnya kurang menaruh kepercayaan terhadap kita," keluh Zainal, kepala satreskrim
"Bagaimana tugasmu? Lancar jaya?"
"Ah, penyelidikan? Saat ini aku sibuk menangani kasus yang di mana kebanyakan ialah kasus anak-anak."