Loading...
Logo TinLit
Read Story - Negeri Tanpa Ayah
MENU
About Us  

Aku sudah membaca pesan WhatsApp dari Enre, tapi belum sempat membalasnya. Raya sudah memanggilku untuk segera kembali ke campervan karena akan melanjutkan perjalanan berikutnya. Kumasukkan kembali ponselku ke dalam saku celana. Sebelum beranjak, kurentangkan kedua tangan sambil menghirup segarnya udara.

Sejenak kunikmati pagelaran alam yang begitu indah sambil menghayati senja yang turun perlahan di tepi langit yang terlihat semakin cantik. Angin bertiup lembut membuat riak-riak gelombang berlarian di permukaan danau. Bunga-bunga Russell Lupines pun menggoyang-goyangkan tubuhnya pelan seolah menghantarkan mentari yang sebentar lagi menutup matanya.

Kupejamkan mata. Kutarik napas panjang perlahan lalu kuembuskan. Kubayangkan segala permasalahan dan beban-beban batin ikut melayang terbang bersama angin yang berhembus jauh dan tak ingin lagi kuhirup deritanya. Lalu, kunikmati kembali wajah New Zealand, berharap wajah duka terhapus oleh keindahannya.

Tak jauh dari tempatku duduk, ada sebuah keluarga kecil yang baru saja turun dari kendaraannya. Mobil sedannya terparkir tak jauh dari campervan kami. Wajah mereka sepertinya tak asing lagi bagiku. Aku mencoba mengingatnya sambil terus memperhatikan dua gadis kecil itu.

Dua wajah kembar berwajah manis itu memakai baju yang sama. Rambut mereka pun sama-sama dikepang dua. Mereka berlari-lari dengan lincah bermain piring terbang di padang bunga Lupin yang tumbuh liar di tepi danau bersama sang ayah.

Sesekali ayah mereka berkelakar membuat kedua gadis kecil itu tertawa kegirangan. Sementara, sang ibu sedang asyik memotret pemandangan di sekitarnya. Tak lama kudengar salah seorang dari gadis kembar itu memanggil ibunya. Sang ibu yang tengah mengarahkan kameranya ke The Church of the Good Shepherd segera menoleh dan menghentikan buruan gambarnya.

Sang ibu segera menghampiri mereka yang sedang asyik bermain bersama sang ayah. Tak berapa lama sang ayah memasang sebuah tripod. Lalu, sang ibu menyetel kamera. Kedua gadis kecil itu langsung memamerkan senyumnya. Mereka sedang berfoto keluarga. Aku sangat iri melihat kehangatan mereka. Keceriaan mereka tak kalah indah dari bunga-bunga yang sedang mekar.

Aku tersenyum, tapi sebenarnya batinku menangis. Tersenyum ikut bahagia melihat kebahagiaan mereka, menangis karena aku tak pernah mengalami kebahagiaan seperti mereka.

Aahh … betapa sempurnanya hidup kalian adik kecil. Alangkah gembiranya kalian memiliki orang tua seperti mereka. Betapa bahagianya memiliki ayah yang bisa berbagi kebahagiaan.

Uncle Prince …,” tiba-tiba dua gadis kembar itu sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Aku mengerutkan kening. Seketika aku kembali teringat sesuatu begitu mendengar sebutan “Uncle Prince”. Sebutan yang baru kali itu disematkan untukku. Tak ada yang menyebut dengan nama itu selain mereka. Namun, aku mencoba memastikan. Khawatir julukan “Uncle Prince” itu tak hanya special untukku.

Aku melihat sekitar, memastikan hanya ada aku dan lambaian tangan dua gadis kembar itu memang tertuju untuku. Ternyata hanya ada aku yang sedang duduk sendirian. Lalu, Kutatap dua gadis kembar itu dalam-dalam.

Ah iya. Aku ingat. Segera aku melambaikan tangan kepada mereka. Ternyata mereka adalah dua gadis kecil asal Singapura. Kami bertemu saat mendarat di Bandara Queenstown kali pertama. Baju dan rambut mereka yang ditata sama membuatku hampir tak bisa membedakan mana Alma dan mana Alya.

Kuhapus air mataku. Lalu, tersenyum kepada keduanya sambil melambaikan tangan. Aku melihat senyum mereka pun makin lebar. Senyum tulus dan bahagia mereka terasa hingga ke hati. Ingin rasanya menghampiri dan berbincang sejenak dengan mereka. Namun, Raya memanggilku lagi untuk segera kembali ke campervan.

“Wellang ... ayo balik ...,” teriak Raya.

“Sebentar ...,” jawabku sambil terus mengamati pemandangan sebuah keluarga yang menurutku sempurna.

Ingin rasanya berandai-andai ingin begini begitu. Seandainya saja aku lahir dari keluarga yang bahagia dan seterusnya. Namun, segera aku halau pikiran-pikiran itu. Aku ingat, Raya pernah mengatakan bahwa sebagai seorang muslim kita dilarang untuk berandai-andai. Dosa katanya. Aku pernah ditegur Raya gara-gara hal itu.

“Andai saja dia bukan bapakku?” celetukku tempo hari kepada Raya.

“Hush, sembarangan saja kalau bicara,” tegur Raya, “nggak bagus berandai-andai.”

“Yaah kan cuma pura-pura,” jawabku enteng.

“Tapi berandai-andainya kamu itu seperti mengeluh dengan takdir-Nya, Wellang. Nah itu yang dilarang dalam agama.”

Lalu, Raya memberitahuku sebuah potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang larangan berandai-andai itu.

… Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan.”

“O … aku baru tahu,” ucapku sambil mengangguk usai Raya membacakan kutipan hadits itu.

“Tapi bukan berarti semua penggunaan ungkapan ‘seandainya’ itu terlarang. Kembali lagi, semua tergantung dari motif yang mendasari penggunaan kata ‘seandainya’ itu. Misalnya, seperti yang tadi kau katakana. Kau berandai-andai kalau dia bukan bapakmu.”

Aku mengangguk pelan mendengar penjelasan Raya.

“Jika motif pengucapan seandainya itu karena kita mengeluh, mengungkapkan kesedihan, mempermasalahkan takdir, memprotes syariat yang ditetapkan Allah atau berangan-angan untuk melakukan keburukan, maka hal ini tercela dan terlarang.”

Kupalingkan wajahku ke arah Raya. Dia sudah beranjak meninggalkanku. Aku bergegas berlari mengejar Raya yang sedang berjalan menyusuri tepi danau bersama pasangan jiwanya, Rona. Perempuan cantik berkacamata dengan tinggi semampai sepadan dengan Raya itu telah menjadi bagian hidupnya sejak beberapa bulan lalu.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gi
1144      664     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
DELUSION
6091      1813     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
START
289      192     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Rekal Rara
12527      3669     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. β–ͺβ–ͺβ–ͺ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
6658      1966     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Antic Girl
135      112     1     
Romance
-Semua yang melekat di dirinya, antic- "Sial!" Gadis itu berlalu begitu saja, tanpa peduli dengan pria di hadapannya yang tampak kesal. "Lo lebih milih benda berkarat ini, daripada kencan dengan gue?" tanya pria itu sekali lagi, membuat langkah kaki perempuan dihadapannya terhenti. "Benda antik, bukan benda berkarat. Satu lagi, benda ini jauh lebih bernilai daripada dirimu!" Wa...
Lazy Boy
6840      1634     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
Our Different Way
5206      2022     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Call Kinna
6657      2188     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
136      105     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...