Siang itu, pelajaran bahasa Inggris dimana semua murid bersiap-siap karena ada ujian pidato di kelas. Banyak sekali siswa yang sedang sibuk mempersiapkan semua materi yang ada dan beberapa dari mereka sedang menghafalkan untuk menampilkan pidato mereka. Aku sangat senang karena aku sudah melalui ujian hari itu, karena hari kemarin hanya diperuntukkan untuk orang yang sudah siap menampilkan pidato mereka.
Siang itu sangat panas tidak banyak siswa yang berada di luar saat jam pelajaran bahasa Inggris di mulai, kebanyakan dari mereka menghafalkan materi di samping kelas atau bersembunyi di kamar mandi belakang. Aku memutuskan untuk duduk di depan kelas sendiri, karena waktu itu aku tidak tahu Mila, Yuna dan Tya dimana.
“Panasnya . . .,” kata ku sambil duduk di depan kelas.
Entah apa yang membawanya mendekat, tidak ada subjek apapun sehingga hal itu terjadi, bahkan jika di ibaratkan lebah tidak ada bunga yang harus di santap. Suara itu membuyarkan ku dan memaksaku lagi-lagi untuk mengikutinya, bahkan membuat jantung ku berdetak ingin berhenti.
“Hanna . . .,” kata Alex.
“Hei . . .,” kata ku sambil tersenyum.
“Sendirian aja . . ., Mila kemana?” tanya Alex pelan.
“Enggak tahu nih, ke koperasi mungkin,” jawab ku.
“Lo udah maju ya buat pidato?” tanya Alex.
“Sudah kemarin, lo?” kata ku balik bertanya.
“Gue sudah hari ini,” jawab Alex.
“Oh . . . ya bagus lah,” kata ku.
Dia pun hanya terdiam dan menatap halaman yang panas. Aku juga ikutan melihat halaman yang sangat panas itu. Tiba-tiba suara Hugo mengagetkan kami dan menyuruh Alex untuk menggeser tubuhnya, hingga sangat dekat dengan ku.
“Apaan sih Go, ganggu aja,” kata Alex.
“Geser dikit lagi napa sih Lex, jutek amat,” kata Hugo tersenyum ke arah ku.
“Hei, Hann. Lo sudah maju buat pidato?” tanya Hugo.
“Udah, dia udah maju kemarin,” jawab Alex.
“Gue tanya Hanna. Dasar . . .,” kata Hugo.
Akupun hanya tersenyum dan menjawab iya ke Hugo yang sudah kesal dengan tingkah Alex. Disisi lain jantung ku tidak bisa bersahabat kali ini, karena dia berpacu sangat cepat. Perasaan ku yang bahagia juga sangat memuncak, bahkan ketika Mila, Yuna dan Tya tahu aku berada di samping Alex dan duduk bersama di depan kelas. Mereka langsung berlari dan duduk bersamaan dengan ku, hingga lengan ku dan lengan Alex bersentuhan. Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini, bahkan jika waktu dapat ku hentikan aku sangat ingin sekali mengatakan perasaan ku. Namun keadaan memang tidak berpihak kepada ku, kejadian itu hanya dapat ku simpan, entah menjadi sebuah kesempatan atau sebaliknya yaitu sebuah kehilangan.