Keesokan hari nya aku bangun lebih pagi yaitu pukul 4 untuk mengulas kembali pelajaran dan materi yang sudah ku pelajari tadi malam. Dengan penuh semangat aku menulis ulang dan mengahafalkan materi, tidak hanya itu aku juga mencoba untuk menghafalkannya dengan suara. Setelah pukul 5 pagi aku beranjak untuk membuka jendela dan membiarkan angin masuk. Pagi ini benar-benar sejuk, aku juga sudah melihat ibu-ibu berbelanja di depan rumah termasuk Mama. Aku juga melihat orang sudah melakukan aktifitas pagi seperti berolahraga, menyapu halaman dan juga menyiram bunga.
Matahari sudah memunculkan sinarnya aku pun bergegas mandi dan bersiap-siap. Tidak lupa dalam perjalanan aku mencoba menyemangati diri sendiri dan berusaha fokus, walaupun masih teringat dengan Kak Jerry tadi malam, namun aku berusaha untuk memprioritaskan masalah. Sesampainya aku di sekolah aku segera memarkirkan motor ku dan bergegas menuju kelas. Terkadang ujian adalah salah satu hal yang menakutkan bahkan aku sampai sakit karena terlalu berpikir yang tidak-tidak, namun karena sudah SMA semua sudah berkurang hanya tinggal rasa gugup saja.
Dalam perjalanan menuju kelas aku melihat anak-anak lain sedang fokus belajar entah itu di jalan atau di depan kelas. Aku juga melihat Tya dan Yuna yang sangat fokus sampai tidak mengetahui kehadiran ku. Ujian di SMA juga sama dengan ujian di SMP yaitu berselingan dengan Kakak Kelas. Terkadang moment ini yang membuat ku sangat gugup karena aku tidak tahu siapa Kakak kelas yang akan duduk dengan ku. Aku pun terus bejalan hingga sampai di depan kelas yang ternyata di dalam kelas jauh lebih ramai. Aku pun duduk di meja dan ternyata Kakak kelas yang duduk di sebelah ku adalah Kak Sarah. ini benar-benar menyebalkan! kata ku dengan diri ku sendiri. Aku pun mengambil buku materi dan berusaha untuk tetap fokus.
Tidak lama kemudian waktu pun cepat berlalu dengan satu mata pelajaran yang sudah ku lewati dengan baik. Tidak lupa Yuna dan Tya menghampiri ku dengan sangat bahagia karena bisa mengerjakan soal ujian.
“Gimana Han, bisa kan tadi?” kata Tya.
“Bisa dong,” kata ku dengan penuh semangat.
“Ya udah, yok buruan ke kelas sebelah! Siapa tahu Mila butuh bantuan,” kata Yuna.
Mila memang tidak sekelas dengan kami saat ujian karena absensi berawal dari abjad dan nama Mila adalah Amila jadi dia terpisah kelas dari kami. Aku pun segera bergegas menuju kelas sebelah dimana Mila masih mengerjakan ujian dan sepertinya sedikit kesulitan.
“Hei, Mil lo kurang nomor berapa?” tanya Yuna.
“eehh . . . nomor 13 dong!” kata Mila dengan isyarat tangan.
“Okeee . . .,” kata Yuna.
Di sisi lain aku melihat Alex yang duduk di sebelah Mila dengan Kakak kelas sebagai pembatas mereka. Aku melihatnya kali ini orang yang tidak memberiku pesan ada di kelas itu dengan wajah yang fokus dan terlihat kebingungan. Aku masih memperhatikannya, wajah itu yang pelan-pelan terukir, bahkan menempati posisi teratas. Membuat ku begitu ingin lebih lama memandanginya, sesekali dia menoleh ke kanan untuk menanyakan jawaban pada Hugo atau teman-teman yang lain. Tingkah yang begitu lucu saat dia kebingungan membuat ku mengingatnya dan tiba-tiba dengan wajah polosnya dia akhirnya menatapku dan kami saling bertatapan.
Waktu terasa berhenti dan mengizinkan semua ini terjadi, hingga senyum itu merekah bagai bunga yang akan mekar di tempat. Akupun hanya tersenyum dan mengatakan
Kamu yang belum nomor berapa? dengan kalimat yang tanpa suara itu aku tiba-tiba menanyakannya. Rasa ini sudah tidak terkendali lagi, bahkan aku bertanya-tanya mengapa harus melakukan itu. Hingga Alex pun menjawab,
“Hann nomor 1, 2, 3 apa?” tanya Alex yang tidak bersuara itu padaku.
Dengan cepat aku menanyakannya pada Yuna dan Yuna pun memberikan jawabannya pada ku. Aku melihatnya lagi dengan senyuman puas itu, yang membuat ku sangat ingin sekali membantunya agar dia cepat selesai. Bahkan aku sempat bertanya dalam benak ku
Segitu kah kamu menyukainya? hingga kamu benar-benar tidak bisa lagi mengendalikannya? kata ku dengan diri ku sendiri.
Tidak lama Mila pun keluar dengan wajah yang begitu bahagia dan memeluk Yuna dengan erat, karena sudah membantunya. Akupun duduk di depan kelas dengan perasaan campur aduk dengan tindakan yang sudah aku lakukan. Tidak lama Alex juga keluar dari kelas dengan Hugo di sebelahnya dan berjalan di depan ku,
“ayo Go, keburu telat ntar!” katanya pada teman sebangkunya itu.
“Iya, sabar!” kata Hugo sambil memasukkan buku materinya.
Aku pun menoleh ke arah Alex dan Alex hanya tersenyum puas dengan raut wajah seperti biasanya. Aku hanya bisa terdiam bahkan aku tidak yakin dengan apa yang aku lakukan. Aku hanya bisa memandang langit yang begitu cerah,
“Hei, ngalamun apa sih?” kata Mila.
“Ohh, enggak kok Mil, gimana lo bisa kan ngerjain tadi?” tanya ku.
“Bisa dong, berkat kalian,” kata Mila sambil tersenyum bahagia.
“Wahh . . . syukur deh,” kata ku.
“Kenapa sih? kayaknya ada yang lo pengen omongin,” tanya Mila.
Tiba-tiba Yuna dan Tya pun menyela pembicaraan kami,
“Hei, kenapa sih . . ., ke koperasi yuk?” kata Yuna.
“Iya, beli minum haus nih . . .,” kata Tya.
“Aku titip saja boleh? Aku benar-benar malask” kata Mila.
“Aku juga deh, gue tunggu di kelas Mila ya,” kata ku.
“Oke . . .,” kata Yuna dengan bahagia.
“Ya udah, ayo masuk,” kata Mila.
Kami pun masuk ke kelas dan Mila menyuruh ku untuk duduk di sampingnya.
“Dah duduk situ, tempat Alex,” kata Mila.
“Wahh enggak deh, ntar kalau orangnya balik gimana?” kata ku.
“Biarin aja dah, enakan lo duduk situ jadi ngobrolnya lebih leluasa,” kata Mila.
Aku pun menuruti apa yang Mila katakan, namun aku tahu Mila mencari celah agar aku dekat dengan Alex. Tidak lama hal yang tidak terduga saat kami sedang mengobrol Alex dan teman-temannya pun kembali yang dimana aku masih duduk tepat di bangkunya. Akupun terdiam hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil karena Mila masih saja menceritakan cerita lucu. Hugopun duduk di belakang ku dan mengikuti pembicaraan kami,
“Heii, gimana tadi bisa ngerjainnya?” tanya Hugo.
“Bisa lah,” jawab ku.
“Syukur deh . . .,” kata Hugo.
“Lex, sini deh!” kata Hugo sembari memanggil Alex untuk ikut mengobrol dengan kami. Dengan tidak di sangka, Alex memilih duduk tepat di samping ku yang dimana itu adalah bangku Kakak kelas.
“Gimana Go?” tanya Alex.
” Enggak sih, cuma gue suruh sini saja,” kata Hugo.
Jantung ini tiba-tiba tidak terkendali aku merasa tidak dapat bernafas sesaat ketika tahu Alex duduk tepat di samping ku dengan meja yang sama dan bangku yang hampir berdekatan. Aku masih saja berbicara dengan Mila agar aku tidak terlihat canggung. Hugo pun juga mengajak ku bercerita dan banyak yang kami obrolkan. Waktupun cepat berlalu dimana sudah memasuki ujian ke 2, kamipun segera memasuki kelas masing-masing dan mengerjakan soal ujian dengan sangat hening.
Udara yang siang itu terik membuat semua siswa di kelas menjadi kepanasan. Tidak hanya itu mereka langsung tergesa-gesa untuk menyelesaikan soal ujian. Waktu kurang dari 20 menit sudah banyak siswa yang keluar karena sudah selesai. Namun aku Tya dan Yuna masih berada di kelas karena ingin mengulas kembali jawaban yang telah kami jawab pada lembar kertas ujian. Terlihat di luar Mila sudah menunggu kami dan aku pun bergegas memeriksa kemudian keluar menghampiri Mila,
“Gimana bisa kan tadi?” tanya Mila.
“Bisa Mil,” kata ku sembari memasukkan tempat pensil yang ada di tangan ku.
Tya dan Yuna pun menyusul dengan sangat cepat dan mengajak kami untuk segera pulang. Dalam perjalanan di parkiran aku mengobrol banyak dengan Mila, karena Tya dan Yuna sudah asik memegang Hp masing-masing.
“Oh ya Mil, Alex sudah pulang ya?” tanya ku.
“Sudah Han Alex, Hugo, Rama, Tian keluar duluan tadi, eemm, memang kenapa?” tanya Mila sambil tersenyum.
“Ohh, enggak cuma tanya aja,” jawab ku.
“Wahh, sudah fokus dulu sama ujian buat Minggu ini ya. Belajar yang rajin pacarannya di tunda dulu and mikirin Alexnya di simpen dulu,” kata Mila sambil tertawa.
“Apaan sih?” kata ku membalas tawa Mila.
Kami pun segera sampai di parkiran dan memutuskan untuk segera pulang. Dalam perjalanan pulang aku sangat bahagia, dapat duduk berdampingan dengannya. entah kenpa langit mengizinkan ini terjadi, entah apakah rasa suka ini akan terus berlanjut, entah setelah ini akan bagaimana. Aku benar-benar sudah membiarkan perasaan ini masuk terlalu dalam dan sulit bagiku untuk tidak merasa bahagia. Ketika ada moment dimana aku bisa bersamanya walaupun hanya sesaat. Bahkan jika nanti perasaan ini tidak terbalaskan mungkin aku sudah siap mengahadapi resiko yang ada yaitu mencintaimu sendirian. Aku pun segera fokus kembali dan melaju cepat untuk segera sampai dirumah.
Setelah sampai aku segera masuk ke kamar dan merebahkan diri karena terlalu lelah berpikir. Aku beranjak sebentar untuk membuka jendela dan merebahkan diri kembali, tanpa berganti pakaian dan masih mengenakan seragam sekolah. Melihat langit-langit kamar sembari angin sepoy-sepoy masuk dari jendela yang membuat mata ku serasa sangat ingin terpejam, bahkan masih sempat memikirkan Alex tanpa memperdulikan Kak Jerry yang sudah tak tahu hubungan ini akan di bawa kemana.
Ketika sebangku dengan Kak Sarah dia terlihat tidak suka dan sangat pendiam, sebenarnya aku tidak ingin sebangku dengannya karena teringat Kak Jerry yang membuat hati ku terasa aneh, mungkin bisa di katakan luka yang sudah lama, hingga tidak terasa lagi dan hampir lupa. Bagaimana rasanya menjaga dan membahagiakan diri dengan perasaan itu yang selama ini ku jaga. Aahhh sudah lah, kata ku dengan diri ku sendiri. Aku pun memutuskan untuk memejam kan mata ku dan tidur sebentar agar dapat belajar materi selanjutnya.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore dan aku sudah mandi serta siap untuk belajar materi selanjutnya. Namun tiba-tiba hp ku bergetar tanda notifikasi pesan dan ternyata itu dari Kak Jerry yang menanyakan apakah aku bisa mengerjakan soal ujian tadi. Akupun memutuskan untuk berkirim pesan dengan Kak Jerry selama 30 menit dan berpamitan untuk melanjutkan niat ku belajar. Hufft . . ., rasanya aku seperti sudah membiasakan diri, kata ku dengan diri ku sendiri yang melihat pesan ku tidak di balas oleh Kak Jerry. Aku pun membuka materi dan belajar dengan menghafalkannya serta menulis materi penting, tidak lupa aku mengerjakan beberapa soal pilihan ganda yang siapa tahu keluar dalam ujian. Waktu terus berjalan, hingga aku lupa untuk makan malam dan Mama dengan senang hati naik ke kamar ku sembari membawakan susu, air minum dan nasi goreng tidak lupa camilan kecil.
“Terimakasih Ma,” kata ku sambil tersenyum.
“Iya Hanna, jangan tidur malam-malam ya . . .,” kata Mama dengan senyuman hangat.
“iya Ma, pasti,” kata ku membalas senyuman hangat Mama.
Setelah pukul 10 malam aku segera menyudahi belajar ku dan memutuskan untuk tidur karena sudah banyak materi yang ku hafalkan. Tidak lupa aku menutup jendela dan menarik selimut ku, serta berharap semoga aku besok bisa mengerjakan ujian.