Pagi pun tiba dengan tebalnya kabut yang menyelimuti bumi, bahkan Papa berangkat kerja dengan jaket yang tebal karena begitu dingin. Aku pun segera turun mandi dan naik kembali untuk memakai seragam dan mengambil tas ku. Mama pun menyambutku dengan ucapan selamat pagi setelah mengantarkan Kakak dan adik ku berangkat di depan. Akupun segera sarapan, setelah itu berpamitan dan segera berangkat ke sekolah. Dalam perjalanan kabut benar-benar tebal hingga aku tidak bisa melihat dengan jelas jalan yang ada di depan ku, namun dengan yakin aku melaju dengan semangat dan hati yang gembira. Akupun sampai di sekolah dan bergegas menuju kelas.
Tidak lama semua siswa pun masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran pertama dan kedua dengan hening dan tenang. Tidak lupa menghidupkan lampu karena begitu gelap pagi itu dan semua siswa memakai jaket di dalam kelas. Setelah cukup lama waktu pelajaran untuk jam pertama dan ke dua bel pun berbunyi pertanda pergantian jam untuk pelajaran ke tiga yaitu Prakarya dimana Bu Asti meminta kami itu segera menuju ke kelompok masing-masing dan menggambar pada kain guna untuk memudahkan menjahit dalam bentuk pola atau sebagai pola dasar sebelum di beri benang.
Aku pun segera mendekatkan diriku pada kain yang di mana meja belakang di tarik kedepan agar kain dapat di bentangkan dan di beri pola. Setelah itu dengan berdiskusi lebih dahulu kami memutuskan untuk segera menggambar sebelah menyebelah agar cepat selesai. Kamipun bekerja sama dan saling mengoreksi satu dengan yang lain, saling meminjamkan penghapus dan sekali-kali bercanda.
“Udah kan Han? Tanya Mila.
“Sip sih,” jawab ku.
“Hanna, sini deh,” kata Hugo.
“Gimana Go?” tanya ku.
“Benerkan begini gambarnya,” tanya Hugo.
“Bener kok, sip nih,” jawab ku. Setelah itu aku melihat Alex yang begitu serius dengan bagian nya.
“Gimana Lex udah kan?” tanya ku.
“Emm udah sih Han, kayaknya begini deh?” tanya Alex.
“Bener kok, udah bagus,” jawab ku sambil tersenyum.
Alex pun menatapku dengan mengangkat wajahnya karena aku berdiri di sampingnya dan dia sedang duduk saat menggambar. Akupun berusaha untuk bersikap biasa saja walaupun jantung ku berdebar. Akupun hanya tersenyum membalas tatapannya, dan segera beralih dengan menghembuskan nafas panjang.
“Hann, kamu baik-baik saja kan?” tanya Mila.
“Ahh baik kok, kenapa sih?” tanya ku.
“Pipi lo merah tuh, lo enggak demam kan?” tanya Mila sambil memegang jidat ku.
“Aahh, enggak kok,” jawab ku sambil melihat ke arah Alex yang tersenyum, karena tahu apa yang di lakukan Mila.
Hugo pun menghampiri Alex dan menepuk pundak Alex dan melihat ke arah aku dan Mila sambil mengatakan,
“Lo apain Hanna sih?” tanya Hugo pelan yang membuat ku tahu apa yang di tanyakannya pada Alex.
“Apa sih, gue apain? orang enggak gue apa-apain,” jawab Alex sambil tersenyum.
Tidak lama kami segera kembali ke sketch gambaran yang sudah selesai pada hari itu juga. Bu Asti pun memberikan pujiannya saat menghampiri meja kerja kelompok kami, akupun senang dan bahagia mendapatkan pujian bahkan berkerja sama dengan mereka juga membuat ku bahagia karena mereka dapat diajak bekerja sama dalam bidang ini.
Dan lagi-lagi tatapan itu menatap ku dengan lembut, seakan waktu berhenti dan membiarkan kami saling bertatapan karena pujian dari Bu Asti yang membuat suasana mendukung untuk kami saling memuji satu sama lain. Aku hanya terdiam seakan waktu mengerti timing yang tepat dan memberikan ruang walaupun hanya sebentar saja. Andai jika aku tak memiliki Kak Jerry mungkin sekarang aku sudah melabuhkan hati pada sosok dirimu yang berada di depan ku, entah dari sudut mana aku mengagumi mu. Entah aku benar atau tidak namun aku benar-benar tidak bisa membohongi diri jika aku menyukai mu. Entah apakah waktu dan keadaan dapat menyetujui semua ini, namun aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
“Hann . . .,” kata Mila sambil menepuk bahu ku.
Sontak Alex pun berdiri dan mengajak Hugo membersihkan meja.
“Kenapa sih ngalamun aja,” kata Mila yang heran.
“Ohhh, enggak kok Mil,” kata ku.
Setelah selesai kami memutuskan untuk melempit kain dan mengerjakan menjahit kain untuk besok. Tidak lama jam istirahat pun berbunyi kami segera menuju ke Koperasi dan membeli beberapa minuman. Akupun melihat anak-anak sedang bermain sepak bola di lapangan, aku melihat Kak Jerry yang duduk dengan Sarah dan beberapa siswi lain. Yang dimana aku melihat Sarah menggunakan jaket Kak Jerry, hingga membuat ku terdiam. Tiba-tiba Yuna melihat ke arah ku.
“Hann?” kata Yuna karena aku tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
“Heii, you okey?” tanya Tya menghampiri.
“Aahh yaa, gimana?” kata ku.
“Udah, jangan ngalamun,” kata Mila sembari menghampiri dan menarik tangan ku.
Sesampainya di depan koperasi aku begitu tidak semangat dan memutuskan untuk duduk di seberang Koperasi sembari menunggu Yuna, Tya dan Mila membeli beberapa makanan. Tiba-tiba seseorang menanyakan sesuatu pada ku.
“Hann, kenapa?” tanya Alex pelan.
“Aah, enggak papa kok,” jawab ku kaget sambil pura-pura tersenyum.
“Yakin kamu enggak apa-apa?” tanya Alex.
“Lex, ayo buruan lo ngapain sih. Ntar ngobrolnya bisa di kelaskan keburu ke habisan,” Kata Hugo sambil merajuk.
“Okee, gue duluan ya Han?” balas Alex.
“Okee, Lex . . .,” jawab ku sambil tersenyum.
“Lo ni enggak pernah ngerti deh Go, aahh . . .,” kata Alex sebal sambil terus berjalan.
Aku pun hanya tersenyum melihat tingkah Alex. Tidak lama Mila pun datang diikuti Yuna dan Tya dan mengajakku untuk segera masuk ke kelas.
“Sudah Hann, pikir positif aja, oke?” kata Yuna.
“Iya, aku tahu kok . . .,” kata ku.
Tya dan Mila pun merangkul ku serasa mereka tahu apa yang terjadi dan yang aku rasakan. Aku benar-benar bersyukur memiliki mereka kala sedih bahkan hal mendesak pun mereka sepeti sudah memiliki insting untuk segera menyelamatkan ku bahkan menghiburku, kalian benar-benar terbaik.
Tidak lama setelah kami membeli makanan dan minuman pelajaran untuk jam terakhir pun segera di mulai. Kelas menjadi hening dan tak ada yang bersuara karena Bu Laila selaku guru Biologi menyuruh kami untuk memperhatikan beliau sejenak, karena ada pengumuman penting.
“Oke anak-anak, jadi kami akan bekerja sama dengan guru Fisika dan Kimia untuk mengadakan studi lapangan ke Pantai. Guna mengenalkan kalian dengan beberapa hayati dan makluk hidup disana. Tidak hanya itu kalian juga akan melakukan beberapa uji coba dengan Guru Kimia tentang beberapa materi pada pelajaran tersebut. Rencana ini akan kami ada kan besok lusa dan kalian semua wajib mengikuti studi lapangan ini,” kata Bu Laila.
Semua murid pun sangat bahagia mendengar apa yang di umumkan Bu Laila dan menyambutnya dengan sangat antusias.
Tidak hanya itu ketika Bu Laila sudah selesai menjelaskan pengumuman, kami di minta untuk mengerjaan tugas yang sudah ada di buku dan di kumpulkan setelah bel berbunyi. Kami segera bergegas dan mengerjakannya dengan membagi-bagi dan mencari jawaban-jawaban yang mengakibatkan kelas menjadi ramai.
Setelah selesai kami segera bersiap-siap dan kelas menjadi semakin ramai, Hugo pun segera mengumpulkan buku kami semua dan keluar menuju ke kantor Guru untuk memberikan buku tersebut kepada Bu Laila, dengan diiringi bunyi bel yang membuat Hugo sedikit kuwalahan. Kamipun bergegas keluar dan memberikan sedikit semangat pada Hugo yang membawa 25 buku ke kantor Guru.
Dalam perjalanan ke parkiran aku melihat Kak Jerry berjalan dengan teman-temannya yang membuat ku meminta Yuna, Tya dan Mila melewati jalan lain untuk menuju ke parkiran.
“Wahh, Hann lo kenapa sih selalu menghindari Kak Jerry?” tanya Tya penasaran.
“Iyaa nih, lo menghindar terus dari Kak Jerry?” tanya Yuna.
“Kenapa sih? Kalau menghindar gini ntar di kira kamu ada-ada lagi,” kata Mila.
“Eemm . . . entah lah gue juga enggak paham, kayak malas saja bertemu dengan Kak Jerry, jangan tanya alasan ya kalian pasti udah ngerti,” jawab ku dengan senyuman kecil yang mendandakan tidak ingin di wawancarai lebih lanjut.
“Eemm, oke deh,” kata Tya sambil merangkul ku.
“Ya, iya . . .,” kata Yuna tersenyum.
“Okeee . . .,” jawab Mila dengan senyuman pertanda dia mengerti.
Kami pun bergegas menuju parkiran yang sudah tidak banyak orang dan segera menaiki motor dan pulang, hari ini tidak mendung hari sudah cerah karena sudah pukul 2 siang yang dimana sudah akan sore. Dalam perjalanan pulang seperti biasa banyak anak-anak dari sekolah lain yang juga pulang dengan arah yang sama. Aku begitu hati-hati karena mereka kadang melaju dengan speed yang melebihi batas dan kadang tiba-tiba berbelok tanpa menghidupkan lampu sen. Namun aku tetap melaju dengan kecepatan seperti biasa.
Sesampainya di rumah aku segera masuk dan bergegas kekamar, karena melihat Mama sedang mengupas dan menata kulkas jadi aku memutuskan setelah berganti pakaian untuk turun membantu Mama. Mama menanyakan beberapa hal yang terjadi di sekolah dan kegiatan apa saja yang dilakukan. Aku pun menjawab dengan jawaban apa adanya sembari bercanda dengan Mama di dapur. Hari itu sudah hampir sore yang membuat ku mandi pada urutan pertama karena Kakak dan Adik ku pulang sore karena ada rapat dan kepanitiaan. Sedangkan Papa berada di urutan terakhir karena pulang jam 6 sore karena mendadak ada rapat.
Kami pun segera makan dan menikmati hidangan yang sudah di sediakan Mama. tidak banyak yang di bicarakan karena masing-masing dari kami sudah sangat lelah, bahkan Papa sudah berpamitan duluan untuk segera membaringkan diri di kamar yang menyisakan aku dan Mama yang masih membereskan piring di meja makan. Tidak hanya itu Kakak dan Adik ku juga segera masuk kekamar karena masih ada tugas yang harus di kerjakan.
Akupun membantu Mama dan setelah selesai Mama meminta ku untuk segera naik ke kamar dan menyiapkan jadwal untuk besok. Akupun mengiyakan perkataan Mama dan kembali ke kamar, setelah itu aku menyiapkan jadwal untuk besok. Haripun semakin malam dan aku memutuskan untuk segera tidur setelah membalas pesan dari Kak Jerry, namun Alex malam itu tidak memberi ku pesan yang membuat ku begitu mempertanyakan apa yang terjadi. Namun aku tetap berpikir positif untuk semua yang terjadi, akupun memejamkan mata ku perlahan dan menarik selimutku.