Aku pun terbangun di esok harinya wajahku masih lesu dan mulai menuju dapur untuk memasak roti lapis, sambil memasak Aku pun membaca mengenai gugus dan rundown yang akan kulakukan hari ini, Aku pun segera mandi dan langsung berpakaian, melihat Wawan yang masih tertidur pulas membuatku ingin membalas perbuatanya kemarin dan meninggalkannya. Aku pun langsung turun menuju lantai 1 untuk menemui pak Broto, Aku pun menuju ruangnya dan langsung menghadap padanya. “nak Ari kok sudah siap-siap bukannya ini masih terlalu pagi ?”, “iya pak, saya ingin meminjam motor untuk membeli sarapan dan langsung menuju kampus, Wawan nanti bapaj Broto anta saja sendiri.
”Pak Broto terlihat cukup kaget dengan permintaanku dan mulai mengajakku untuk tidak pergi sendiri. “santai saja pak, saya sudah hafal dengan jalannya, nanti saya akan menghubungi bapak setelah sampai.”Pak Broto pun ahkirnya menghela nafas dan membolehkanku untuk mengunakan sepeda motornya, Aku pun langsung berterima kasihb dan terlihat sangat senang dengan kabar tersebut, Aku pun menuju basement tempat pak Broto memakirkan motornya. Terlihat motor yang mengkilap seperti motor satriaku dulu, Honda CB250T terliha bersinar di mataku dan merupakan kebanggaan pak Broto, pak Broto lalu memberikaan kuncinya padaku dan mengizinkanku untuk mengendarainya. “jangan sampe lecet ya, hati-hati bawanya”, “ siap pak” aku pun langsung menancapkan kunci tersebut dan terdengar suara motor tersebut yang sangat keras bergema dalam basement. Aku pun menggunakan helm pak Broto dan melaju keluar dari apartemen, Aku mengebut dan serasa sangat kembali mengenang saat ayah mengajarkanku menggunakan motor kopling.
Aku pun berhenti di makanan cepat saji dan santai duduk sambil menikmati pagi jogja, Aku pun memesan kopi dengan muffin untuk mengisi perutku yang masih lapar, Aku pun membaca sekali-lagi rundown acara untuk memastikan kapanaku harus tiba dan pulang. Aku pun menyelesaikan sarapanku dan langsung menuju kampus UGM, Aku pun mengelilingi kampus UGM untuk mencari Fakultas kedokteran dan memarkirkan motor, Aku pun menemukan tempat yang pas dan langsung parkir.
Aku pun menuju tempat berjalannya ospek dan berdoa semoga rencanaku berhasil dengan lancar, Aku pun bertemu dengan kakak pembimbing dan langsung diarahkan menuju sebuah tempat seminar untuk mendengarkan sedikit pematerian dari beberapa dosen dan alumni, tak berselang lama tempat duduk mulai terisi dan penuh dengan mahasiswa bidang kesehatan.
Acara pun mulai berjalan dengan beberapa dosen yang memberikan macam macam materi dan aturan yang mereka terapkan dikelas, Aku mulai menyimak dan tertarik dengan pembahasan mengenai anatomi tubuh, hingga beberapa saat muncul seseorang yang terlihat cukup sombong dengan menggunakan jas dokternya. Dia menyebut dirinya sebagai salah satu Alumnus terbaik di fakultas ini dengan menyebut namanya sebagai dokter Diva Sastrawan, Aku lumayan terkejut saat dia menyebutkan namanya karena beliau cukup terkenal di kalangan sosial media sebagai seorang dokter yang jenius. Beliau mulai menyebutkan macam-macam prestasinya dalam bidang ilmu medis dan membuat seisi ruang menatapnya dengan cukup serius termasuk diriku. Hingga tepat pada saat sesi tanya jawa di bagian bu Diva pun mengizinkan kami untuk bertanya mengenai dirinya.
Aku pun mulai mencari pertanyaan yang menurutku menarik untukku tanyai padanya. “ selamat pagi bu dok, apakah saya izin bertanya mengenai bidang kesehatan apakah diperbolehkan?” Aku pun terkejut saat mendengar suara yang tidak asing tersebut, dan benar ternyata yang bertanya merupakan gadis yang 2 hari lalu kutemui. “baik, dipersilahkan tapi sebelum itu silahkan memperkenalka diri.”, “ baik perkenalkan saya Freyadiana Anindita dari gugus cerebellum ingin bertanya mengenai tanggapan ibu mengenai isu bahwa dokter lebih diperuntukan untuk orang yang memiliki derajat ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan rakyat yang serba kekurangan dan apakah ibu pernah mendapatkan kasus seperti itu ?” pertanyaan tersebut membuat satu ruang terkejut dan diam sejenak karena pertanyaan tersebut tergolong tabu untuk di tanya di depan seseorang dokter.
“maaf sepertinya pertanyaan anda sangat melenceng dari topik yang kita bahas hari ini dan mungkin untuk isu tersebut masih kurang informasi untuk dibuktikan.”, “tetapi bu, banyak sekali yang tercatat atas kematian yang disebabkan oleh keterlambatan rumah sakit untuk menangani pasien yang sekarat”, perdebatan menjadi mulai panas dan sepertinya bu Diva yang awalnya terlihat percaya diri sekarang terlihat cukup bingun karena tidak dapat menjawb pertanyaan yang diberikan Diana. “apapun alasan tersebut saya tidak setuju dengan hal tersebut, kita harus menjadi dokter yang jujur dan tidak memandang status sosial pasien kita, bahkan dulu saya masih ingat dosen saya bernama pak lukas menyimpan sebuah foto diruanganya yang mengmbarkan dia sedang bermain catur dengan sebuah tengkorak, hal itu memberikan pesan yang bermakna untuk saya yang sedang mempertaruhkan dan melawan dia yaitu kematian, dan pertanyaan adik freya menujukan pada kita bahwa masih banyak hal yang mungkin curang diluar sana tetapi kembali pada diri kita sendiri kita harus berani melawan ketidakbenaran yang dapat mempertaruhkan nyawa pasien kita.”Ucapan tadi menutup semua pertanyaan yang diberikan oleh gadis tersebut dan dimeriahkan oleh tepuk tangan dari semua orang yang berada disana.
Semua terpaku dan kagum kepada sosok dokter diva yang sangat luar biasa dengan materinya, tetapi tepuk tanganku kuberikan kepada Diana yang berhasil menciptakan pertanyaan yang berani dan berbobot, terlihat wajah Diana yang tersenyum puas dan membuatku merasakan hal yang sama saat pertama bertemu dengannya, entah mengapa senyumnya telihat menawan dan tajam membuatku sedikit termenung sebentar sambil menatap wajahnya. Aku pun tersadar saat semua mahasiswa an mahasiswi di persilahkan untuk istirahat dan bergabung di gugusnya masung-masing, Aku pun mulai berbaris untuk menuju keluar gedung dan mengambil makan siang, Aku pun menukarkan kupon dan menuju ke sekitar pohon rindang yang tidak terlalu ramai dengan banyak orang. Aku pun mulai menyantap makananku sambil mendengarkan lagu risalah hati, “permisi boleh duduk sebentar disini ?” aku pun menoleh dan langsung memasang wajah kaget saat melihat wajah Diana di depanku
P mabar
Comment on chapter the most beautiful present