"Aku izinkan kalian menikah, tapi serahkan Akbar kepadaku," ucap Rudi hingga membuat Anjas dan Syifa terkejut.
"Tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan Akbar kepadamu," bentak Syifa sambil mengambil Akbar dari Anjas.
"Kenapa? Aku Ayahnya jadi aku juga berhak merawatnya," ucap Rudi kepada Syifa.
"Kamu memang Ayahnya, tapi apa selama ini kamu sudah menjalankan kewajibanmu sebagai seorang Ayah? Ingat, Mas. Selama ini akulah yang merawat dan menghidupi Akbar, bahkan sejak dalam kandungan pun kamu sama sekali tidak menjalankan kewajibanmu sebagai seorang Ayah," jawab Syifa dengan wajah kesal.
"Dasar perempuan tidak tahu diri, lalu kamu pikir uang operasimu itu turun dari langit, bahkan sampai Akbar usia bertambah 3 tahun kamu belum juga membayar uang itu," jawab Ningrum hingga membuat Syifa terkejut.
"Oh jadi Nyonya masih berharap saya membayar uang bersalin, cepat katakan berapa nominal yang harus saya bayar untuk biaya bersalin saya," ucap Syifa sambil terlihat ketus.
"40 juta rupiah, apa kamu mampu? Untuk makan saja kalian masih susah, ini mau sok-sokan bayar hutang," jawab Ningrum sambil menghina.
"Mas, apa kamu masih ingat nomor rekening Mas Rudi? Jika ingat kirimkan uang 50 juta untuk membayar hutangku kepada keluarga ini," perintah Syifa kepada Anjas.
"Tidak! Aku tidak butuh uangmu, aku hanya ingin putraku," bentak Rudi kepada Syifa.
"Ini bukti transfer, jadi mulai hari ini hutang saya lunas, jadi mulai detik ini Akbar adalah anakku seutuhnya, jangan harap kamu bisa bertemu dengannya setelah hari ini," ucap Syifa sambil menunjukkan bukti transfer yang ada di ponsel Anjas.
Setelah menunjukkan bukti transfer kepada Rudi, Syifa langsung mengajak Anjas pergi dari rumah itu. Rudi yang merasa jika rencananya telah gagal karena ulah Ningrum. langsung mendekatinya dan menatap NIngrum dengan tajam.
“Apa Mama puas karena sudah memisahkanku dari Akbar, apa Mama puas sudah mengganti Akbar dengan uang 50 juta!” bentak Rudi sambil berteriak di hadapan Ningrum.
“Rudi!” bentak Andre.
Rudi yang sudah kesal dengan sikap Ningrum yang selalu mencampuri urusannya langsung berjalan ke arah kamarnya. Andre yang sejak tadi hanya diam langsung menyeret Ningrum ke arah kamar. Ada rasa takut dalam hati Ningrum saat sang suami mulai terlihat benar-benar kesal kepadanya.
“Sekarang jelaskan apa maksudmu meminta Syifa membayar uang bersalinnya?” tanya Andre kepada sang istri yang kini duduk di hadapannya.
“Cepat jelaskan, Ma.” bentak Andre hingga membuat Ningrum terkejut dan langsung memejamkan mata.
“Bukankah hutang tetap akan menjadi hutang,” jawab Ningrum sambil ketakutan.
“Hutang? Jadi persalinan Syifa kamu anggap hutang, apa kamu tidak berpikir jika yang melahirkan itu menantu kita, dan dia sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan cucu kita. Sekarang kamu bilang semua itu adalah hutang,” jelas Andre sambil duduk di samping Ningrum yang menunduk ketakutan.
“Pa! Sampai kapanpun aku tidak akan menganggap Syifa dan Akbar keluarga di rumah ini, persalinan yang sudah di keluarkan 3 tahun lalu tetaplah sebuah hutang yang harus dia bayar,” bentak Ningrum sambil menoleh ke arah Andre.
“Tapi kamu lihat apa yang saat ini dialami Rudi karena tindakanmu, Syifa melarangnya bertemu dengan Akbar,” jawab Andre kepada sang istri.
“Siapa juga yang mau bertemu dengan anak haram seperti itu,” ucap Ningrum dengan wajah ketus.
“Plak!” tiba-tiba Andre menampar Ningrum dengan kencang.
“Jaga ucapanmu, jangan pernah lagi menyebut jika Akbar adalah anak haram, atau aku akan mengusir dan menceraikan mu saat itu juga,” ancam Andre kepada Ningrum.
Ningrum yang kesal dengan perlakuan sang suami langsung berdiri dari tempat duduknya. Sesaat dia menatap Andre dengan tatapan tajam, kemudian berjalan keluar dari kamar. Sikap dan perlakuan Andre benar-benar membuatnya kesal.
“Mau kemana kamu?” tanya Andre saat melihat sang istri keluar kamar.
“Kemana pun aku itu bukan urusanmu,” jawab Ningrum sambil menutup pintu kamar dengan keras.
“Dia pikir aku takut dengan ancamannya," ucap Ningrum yang saat ini ada di ruang keluarga.
Rudi benar-benar kecewa dengan apa yang sudah dilakukan Ningrum selama ini. Dia tidak menyangka perempuan yang sangat dihormati tega menghancurkan kebahagiaannya hanya karena harta. Yang pada akhirnya justru kemewahan itulah yang telah menyeretnya dalam kesengsaraan.
"Mama benar-benar sudah keterlaluan," ucap Rudi yang duduk di tempat tidurnya.
Sesaat Rudi mengingat cinta yang selama ini diberikan Syifa kepadanya. Sebuah cinta yang tulus dan besar. Namun, kini telah hancur karena kebodohan yang dia buat sendiri. Kepercayaannya kepada Ningrum telah membuatnya mencampakan Syifa dan Akbar, hingga kini mereka harus menjadi milik laki-laki lain yang juga sahabat baiknya sendiri.
Ditempat berbeda Andre sedang duduk di tempat tidurnya sambil memegang pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka jika keluarga yang selama ini dia jaga telah hancur dengan sekejap mata hanya karena ambisi dan keegoisan masing-masing. Kedua putri yang selama ini dia sayangi justru menderita karena ambisinya yang ingin memiliki harta yang melimpah. Rudi yang menjadi putra satu-satunya di keluarga itu, sekaligus harapan Andre untuk kemajuan perusahaannya kini justru menjadi laki-laki yang lemah dan hancur karena keegoisan Ningrum.
"Ya Allah, aku pikir aku sudah menjaga dan mendidik keluargaku dengan baik, tapi aku justru salah. Aku justru menghancurkan keluargaku sendiri," ucap Andre sambil mulai meneteskan air mata.
Acara pernikahan antara Anjas dan Syifa sudah semakin dekat, dengan bersemangat Ruli dan seluruh keluarganya mempersiapkan pernikahan kedua sang putri. Ruli berharap pernikahan kedua sang putri tidak berakhir seperti pernikahan pertamanya. Harapan Ruli dan Sari akan kebahagiaan Syifa kini diserahkan sepenuhnya kepada Anjas. Seorang laki-laki biasa tapi dengan cinta yang sangat luar biasa.
pagi ini Syifa sudah siap dengan kebaya putih yang sengaja dia pesan dari seorang penjahit di kampungnya. Aura kebahagiaan terlihat jelas dari mata Syifa yang beberapa jam lagi menjadi seorang istri. Syifa yang saat itu terlihat duduk di sebuah kursi sambil menunggu Anjas yang belum juga tiba terlihat terkejut saat melihat sebuah sosok yang sudah ada di antara para tamu undangan.
"Mas Rudi, semoga kedatangannya tidak membuat keributan di acara pernikahanku hari ini," batin Syifa sambil terus menatap sang mantan suami yang hadir dengan Andre.
Waktu berlalu dengan cepat, Syifa kini sudah menjadi istri sah dari Anjas. Terlihat jelas kebahagiaan dari wajah kedua pengantin yang saat ini duduk di pelaminan. Namun, tidak dengan Rudi yang terlihat berusaha menutupi air matanya.
"Belajarlah berhati besar, percayalah jika Allah telah menyiapkan kebahagiaan yang lain untukmu," ucap Andre sambil menepuk pundak sang putra.
Setelah bertahun-tahun menjadi istri rahasia Rudi. Kini Syifa telah menemukan kebahagiaannya dan sosok suami yang baik dalam diri Anjas. Rudi yang merasa bersalah hanya bisa merelakan sang mantan istri bersanding dengan sahabatnya, serta belajar menjadi seorang Ayah yang baik bagi Akbar.