Hari ini Rudi diminta Andre untuk menghadiri sebuah pertemuan penting dengan berbagai klien penting di sebuah hotel terkenal di kota Surabaya. Rudi yang memang anak dari seorang pengusaha terkenal memiliki penampilan yang rapi, dan memikat kaum wanita yang melihatnya. Namun, saat dia sedang menikmati perbincangan dengan beberapa klien di sebuah lobby dia melihat Anita masuk ke dalam hotel dengan seorang laki-laki.
"Anita," batin Rudi sambil menatap sang istri dari jauh.
"Maaf Pak, saya permisi sebentar," pamit Rudi kepada para kliennya.
Perlahan Rudi mulai mengikuti langkah kaki Anita dan Dion dengan diam-diam. Pelukan dan kecupan dua manusia yang ada di hadapannya sangat membuatnya muak. Anita yang selama ini beralasan fotoshoot justru kedapan sedang bermesraan dengan seorang pria di sebuah hotel.
"Lebih baik aku menunggunya di rumah, yang penting foto mereka sudah aku dapatkan," ucap Rudi sambil melihat hasil gambar diponselnya dan langsung menemui kliennya yang sudah menunggu di lobby hotel.
***
Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam. Rudi yang sengaja menunggu Anita pulang pun tanpa terasa tertidur di sofa. Saat dia mulai terlelap dalam tidurnya tiba-tiba terdengar suara pintu yang seolah ingin dibuka.
"Itu pasti Anita, puas sekali mereka memadu cinta hingga pukul 2 malam baru selesai," ucap Rudi sambil melihat jam dinding.
"Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang," tanya Rudi sesaat setelah membuka pintu.
"Hari ini aku ada pemotretan dengan beberapa majalah, makanya aku pulang sedikit malam," jawab Anita sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Sedikit malam, ini sudah pukul 2 malam jadi sudah tidak sedikit, tapi sudah sangat kemalaman Anita!" bentak Rudi kepada sang istri.
"Sudahlah Mas, aku capek jadi jangan mengajakku berdebat," jawab Anita sambil berjalan ke arah kamarnya.
"Anita! Sekarang jelaskan siapa laki-laki yang di hotel bersamamu tadi pagi," perintah Rudi hingga membuat Anita terkejut.
"Aku baru saja pulang, dan kamu justru bertanya hal yang nggak penting. Sudahlah Mas, aku capek mau istirahat," jawab Anita dengan ketus.
"Aku tidak akan mengizinkan kamu masuk ke dalam kamar sampai kamu mau mengatakan siapa laki-laki yang bersamamu di hotel," ancam Rudi sambil menggenggam tangan Anita dengan erat.
"Kamu salah lihat kali Mas, aku hari ini tidak ke hotel dan aku seharian ini ada di luar kota," jawab Anita sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Rudi.
Pertengkaran Anita dan Rudi tanpa sadar telah membuat seluruh orang yang ada di rumah itu terbangun. Ningrum dan Andre yang sedang di dalam kamar langsung bergegas keluar. Melihat anak dan menantunya bertengkar di dekat tangga membuat Ningrum langsung menghampiri mereka.
"Apa kalian tidak tahu jika ini sudah malam! Kalian berdua kenapa sih, setiap hari selalu bertengkar," bentak Ningrum hingga membuat mereka langsung terdiam.
"Mas Rudi menuduhku ke hotel dengan laki-laki lain, padahal aku seharian ini ada pemotretan dengan beberapa majalah di luar kota," ucap Anita yang berusaha membela diri.
"Apa itu benar Rudi?" tanya Andre kepada sang putra.
"Aku tidak menuduh, tapi aku berbicara fakta karena saat aku menghadiri pertemuan yang Papa perintahkan tadi, aku melihat Anita sedang bersama laki-laki di hotel yang sama, bahkan sepanjang perjalanan ke kamar, mereka saling berciuman seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta," jawab Rudi yang membuat Ningrum dan Andre terkejut.
"Apa kamu ada bukti jika aku berselingkuh?" tanya Anita sambil mengulurkan tangannya.
"Kalian tunggu disini aku ambilkan buktinya di dalam kamar," jawab Rudi yang langsung berjalan ke dalam kamar.
"Mama ajak Anita ke ruang kerja Papa, biar Papa tunggu Rudi disini," perintah Andre yang langsung dijawab anggukan oleh sang istri.
Anita yang memang bersalah terlihat sangat gugup saat berada di ruang kerja Andre. Ningrum yang duduk di sebuah sofa terlihat tidak berhenti menatap menantu kesayangannya. Ada rasa heran dalam diri Ningrum saat melihat gelagat sang menantu.
“Sepertinya apa yang dikatakan Rudi benar,” batin Ningrum sambil terus melihat Anita yang mondar-mandir seperti ketakutan.
“Sekarang aku akan tunjukkan kepada kalian jika perempuan ini telah berselingkuh dengan laki-laki lain,” ucap Rudi saat masuk ke dalam ruang kerja Andre.
Rudi pun langsung memberikan ponsel yang berisi video dan beberapa foto kemesraan Anita dan Dion kepada orang tuanya. detik demi detik bahkan foto demi foto telah dilihat Andre dan Ningrum. Ningrum yang selama ini membela Anita terlihat sangat terkejut melihat video yang ada di hadapannya.
“Plak,” tiba-tiba Ningrum menampar Anita dengan sangat keras.
“Selama ini aku sudah salah membelamu, bahkan aku sangat berusaha untuk membuat Rudi mencintaimu, sampai-sampai aku memalsukan identitas Akbar di hadapan Rudi!” bentak Ningrum yang akhirnya membuatnya tanpa sadar membuka kejahatannya sendiri di hadapan Andre dan Rudi.
“Mama, apa maksud ucapan Mama?” tanya Rudi yang terlihat kaget dengan apa yang dikatakan Ningrum.
“Maafkan Mama, selama ini Mama sudah memalsukan hasil tes DNA antara kamu dan Akbar," jawab Ningrum sambil menunduk dan ketakutan.
"Kenapa Mama tega kepada Rudi, selama ini aku selalu berusaha mengikuti kemauan Mama, aku korbankan kebahagiaanku demi kebahagiaan Mama karena aku sadar jika sampai kapanpun surgaku ada pada Mama, tapi kenapa Mama justru tega memisahkanku dari anak kandungku sendiri!" teriak Rudi sambil meneteskan air matanya.
Rudi yang selama ini sosok laki-laki yang sangat cuek, tegas dan sangat terlihat kejam kini harus meneteskan air matanya. Rasa kecewa, dan sakit kini dia rasakan karena apa yang dilakukan oleh Ningrum. Ningrum yang melihat kekecewaan di wajah sang putra langsung mendekati Rudi yang sedang terduduk di lantai sambil menangis.
"Maafkan Mama, Mama menyesal dengan apa yang sudah Mama lakukan," ucap Ningrum sambil duduk di hadapan Rudi yang masih menangis.
"Kenapa Mama begitu tega, apa salahku Ma?" tanya Rudi kepada Ningrum yang langsung memeluk putra kesayangannya.
"Papa tidak menyangka kamu bisa setega itu kepada anak dan cucumu sendiri, hanya karena keegoisan kamu tega menghancurkan kebahagiaan putramu sendiri Ningrum," ucap Andre kepada Ningrum.
Rudi yang sejak tadi menangis, kini sudah mulai terlihat tenang. Perlahan dia mulai mencoba untuk berdiri walaupun dengan tubuh yang masih gemetar. Anita yang ada di hadapannya terlihat menundukkan kepalanya.
"Anita Ramadhania, mulai malam ini kamu bukan lagi istriku secara agama, dan malam ini aku talak kamu dengan talak 3 dan besok akan aku pulangkan kamu kepada orang tuamu," ucap Rudi sambil meletakkan tangannya di kepala Anita dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
"Mas! Aku mohon Mas jangan tinggalkan aku, aku janji akan meninggalkan Dion dan memperbaiki semuanya," teriak Anita sambil berusaha mengejar Rudi.
Di Ruang kerja terlihat Ningrum hanya bisa menangis di sebuah sofa. Andre yang selalu percaya bahkan sangat mencintai Ningrum terlihat sangat kecewa akan sikap sang istri. Perlahan Andre mulai mendekati Ningrum yang terus menangis sambil menundukkan wajahnya.
“Apa kamu sudah puas, apa kamu bahagia sudah menghancurkan kebahagiaan putra kesayanganmu? Papa benar-benar kecewa kepadmu Ma,” ucap Andre yang langsung meninggalkan Ningrum sendiri.
Keesokan harinya Rudi dan kedua orang tuanya berencana mengantar Anita pulang ke rumah orang tuanya. Selain agar tidak menimbulkan kesalahpahaman juga agar mereka dapat memastikan bahwa Anita memang sudah sampai di rumah dengan selamat. Anita yang menggendong Aira terlihat tampak sembab di area matanya.
“Tinggalkan Aira di rumah ini, biarkan Mbok Inah yang mengurusnya,” perintah Rudi kepada Anita.
“Tidak, aku tidak akan meninggalkan Aira,” jawab Anita sambil memeluk sang putri dengan erat.
“Kenapa, bukannya selama ini kamu tidak pernah merawatnya?” tanya Rudi kepada Anita yang terlihat sangat ketakutan.
“Tidak, aku tidak akan meninggalkannya disini,” jawab Anita sambil menangis.
“Cepat lepaskan! biarkan Aira di rawat Mbok Inah,” bentak Rudi sambil memaksa Anita untuk melepaskan gendongannya kepada sang putri.
“Rudi, jangan seperti itu kasihan Aira dia masih sangat kecil,” bujuk Andre kepada sang putra.
“Tidak, dia hanya boleh keluar dari rumah ini tanpa membawa putriku!” teriak Rudi sambil terus berusaha merebut Aira.
“Kamu tidak bisa merawatnya Mas! Karena Aira bukan putri kandungmu, dia adalah putriku dan Dion,” teriak Anita hingga membuat Rudi terkejut dan langsung melepaskan tangannya.
“Jadi selama ini, Aira ….” ucap Rudi seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar.
“Ya, Aira bukan anak kandungmu, hubungan ku dan Dion sudah berjalan sebelum kita menikah. Asal kamu tahu, aku menikah denganmu bukan karena aku mencintaimu, tapi karena hartamu,” jelas Anita sambil menatap mata Rudi dengan tajam.
“Dasar perempuan murahan kamu Anita!” bentak Rudi sambil berteriak di wajah Anita.
“Sekarang cepat pergi dari rumahku, dan bawa putrimu keluar dari rumah ini,” usir Rudi tanpa melihat wajah Anita.
“Rudi, bukankah kita yang akan mengantarnya?” tanya Andre yang terkejut dengan keputusan Rudi.
“Tidak perlu Pa, biarkan dia pergi sendiri dari rumah ini, jika dia bisa menipu keluarga kita, berarti dia juga bisa pulang ke rumahnya sendirian,” jawab Rudi sambil berjalan ke arah pintu.
“Cepat keluar dari rumah ini!” bentak Rudi kepada Anita yang masih berdiri sambil menggendong Aira.
Anita pun mulai berjalan keluar rumah, dan berjalan ke arah mobil sport merah yang terparkir di halaman rumah. Melihat Anita akan membawa mobil tersebut, Rudi langsung menghampirinya dan meminta Anita untuk mengembalikan kunci dan surat-surat mobil itu kepadanya. Mobil itu memang mobil pemberian Rudi saat ulang tahun Anita beberapa waktu lalu.
“Cepat serahkan kunci dan surat-surat mobil ini, kamu datang ke rumah ini tanpa membawa apa-apa, jadi jangan pernah bawa apapun dari rumah ini,” ucap Rudi sambil meminta kunci mobil kepada Anita.
"Tidak, ini mobilku kamu tidak berhak mengambil mobil ini dariku," jawab Anita sambil memasukkan kunci mobil ke dalam tasnya.
"Apa kamu lupa jika mobil ini adalah pemberianku beberapa bulan lalu, kamu lupa jika kamu masuk ke rumah ini hanya membawa koper dan baju saja, jadi cepat kembalikan semua yang aku berikan kepadamu," perintah Rudi sambil menarik tas Anita hingga putus.
"Ini tas mu, dan cepat pergi dari rumah ini," ucap Rudi setelah berhasil mengambil kunci mobil dan surat-surat berharga di dalam tas Anita.
"Aku akan ingat perlakuanmu ini, dan aku pastikan kehidupanmu akan menderita setelah ini," ancam Anita kepada mantan suaminya itu.
"Aku tunggu ancamanmu Anita," jawab Rudi sambil tersenyum sinis.
***
Disaat keluarga Rudi dan Anita diambang perceraian, berbeda dengan Syifa dan Anjas. Kedekatan yang semakin erat antara keduanya membuat Syifa dan Anjas mulai merasakan cinta dalam diri masing-masing. Perjuangan mereka berdua dalam mengelolah toko kue kecil milik Syifa membuahkan hasil yang sangat baik.
"Alhamdulillah, semakin hari toko kue mu semakin berkembang," ucap Anjas saat mereka sedang menikmati istirahat siangnya.
"Iya Mas, ini semua juga berkat Mas Anjas," jawab Syifa sambil tersenyum.
"Aku yakin kamu pasti bisa menjadi orang yang sukses di masa depan," ucap Anjas sambil tersenyum.
"Syifa, apa aku boleh mengatakan sesuatu?" tanya Anjas dengan rasa ragu.
"Silahkan,"jawab Syifa sambil tersenyum kepada laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Sebelumnya aku minta maaf jika aku lancang, aku mencintaimu Syifa," ucap Anjas sambil menutup mata seolah takut jika Syifa akan marah kepadanya.
"Apa Mas Anjas yakin? Aku seorang janda dengan satu anak," jawab Syifa seolah ingin meyakinkan Anjas.
"Aku yakin, aku janji akan mencintaimu dan Akbar serta akan berusaha menjadi imam yang baik untuk kalian," jawab Anjas dengan tegas.
"Bukannya aku ingin menolak Mas Anjas, tapi untuk saat ini aku masih ingin fokus kepada masa depan Akbar dan kebahagiaan orang tuaku, kegagalan pernikahan sebelumnya membuatku banyak belajar jika tidak semua cinta akan indah pada akhirnya, jadi lebih baik kita jalani saja sebagaimana mestinya, jika aku jodoh untuk Mas Anjas insya Allah kita akan bersama," jawab Syifa sambil tersenyum kepada Anjas.
Sebenarnya dalam hati Syifa juga ada perasaan yang sama untuk Anjas. Namun, kegagalan pernikahannya dengan Rudi menyisakan sebuah trauma dan luka yang dalam. Sehingga membuatnya takut untuk menjalani hubungan dengan laki-laki lain.
"Maafkan aku Mas Anjas, biarkan aku simpan rasa ini sampai tiba saatnya nanti," batin Syifa sambil tersenyum kepada Anjas.
Tepat pukul 5 sore Anjas dan Syifa memutuskan untuk pulang ke rumah. Anjas yang memang sudah tidak lagi tinggal di rumah Rudi memutuskan untuk mengontrak rumah kecil di dekat rumah Syifa. Namun, saat mereka hampir sampai terlihat sebuah mobil terparkir di depan halaman rumah Syifa.
"Sepertinya di rumah ada tamu," ucap Anjas yang saat itu fokus mengendarai motor matic lamanya.
"Iya, apa jangan-jangan Mas Rudi," jawab Syifa dengan rasa penasaran.
"Sepertinya bukan, karena aku tahu Rudi tidak mempunyai mobil seperti itu," jawab Anjas sambil memarkirkan motornya.
"Assalamualaikum," ucap Syifa dan Anjas secara bersamaan.
"Waalaikumsalam," jawab semua orang yang saat itu ada di ruang tamu.
Anjas dan Syifa terkejut saat melihat tamu yang datang ke rumahnya. Anjas yang merasa tidak enak langsung pamit untuk segera pulang ke kontrakannya. Namun, dengan cepat Syifa langsung menggandeng tangannya dan menggelengkan kepalanya sebagai tanda jika Syifa meminta Anjas untuk tetap disampingnya.