Sesampainya di rumah sakit Rudi dan Syifa langsung menuju ke ruangan dokter. Dokter yang memeriksa Syifa menyarankan untuk melakukan USG untuk mengetahui kesehatan dan posisi sang janin. Rudi yang mendengar penjelasan sang dokter langsung memberikan izin kepada sang dokter untuk melakukan USG kepada syifa.
"Alhamdulillah, janinnya sehat, Pak. Letak janin juga sudah berada di bawah," ucap sang dokter sambil melihat sang janin dari layar USG.
"Apa jenis kelaminnya sudah bisa diketahui, Dok?" tanya Rudi kepada sang dokter.
"Bisa Pak, jenis kelaminnya laki-laki, wajahnya juga tampan pasti persis seperti Ayahnya," jawab sang dokter sambil menunjukkan kelamin sang janin.
"Putra ku, Papa harap kamu bisa menjadi laki-laki yang sangat bertanggung jawab dan berpendirian teguh," batin Rudi sambil tersenyum.
Syifa yang melihat senyum di wajah Rudi langsung terlihat sangat bahagia. Karena ini adalah pertama kalinya sang suami sangat antusias dengan sang anak. Setelah melakukan pemeriksaan Rudi mengajak Syifa ke sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya.
"Kita belanja buat kebutuhan anak kita dulu ya," ucap Rudi sambil mengemudikan mobilnya.
"Belanja, apa benar Mas Rudi akan mengajakku berbelanja kebutuhan bayi ini?” batin Syifa sambil mengusap perutnya.
“Kenapa kamu bengong." ucap Rudi sehingga membuat kaget Syifa yang sedang melamun.
“Terima kasih ya, Mas. Kamu sudah mau mengakui anak ini,” jawab Syifa sambil tersenyum.
“Jangan berfikir yang tidak-tidak, aku melakukan ini karena aku pikir kamu ‘kan belum memiliki persiapan buat anak ini,” jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa.
Rudi membelikan beberapa pakaian bayi untuk anak yang ada di kandungan Syifa. Setelah beberapa jam mereka berbelanja Rudi dan Syifa memutuskan untuk segera pulang. Ningrum yang saat itu melihat kepulangan Rudi dan Syifa terkejut dengan apa yang dibawa mereka.
"Ehm … enak ya? Terasa seperti Tuan putri disini," ucap Ningrum dengan ketus.
"Tadi Mas Rudi mengajak saya belanja sebentar, Nyonya." jawab Syifa sambil menunduk ketakutan.
"Syifa kamu masuk ke paviliun dan bawa semua belanjaan ini, aku mau istirahat di kamar," perintah Rudi sambil menyerahkan beberapa kantong belanjaan kepada Syifa.
Ningrum yang merasa bahwa Syifa telah memanfaatkan Rudi demi kepentingan pribadinya langsung mendatangi Syifa di paviliun. Syifa yang saat itu sedang sibuk melihat barang-barang belanjaan tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Ningrum ke kamarnya. Ningrum yang saat itu sedang dalam kondisi marah langsung mengambil seluruh peralatan bayi yang diberikan Rudi kepada Syifa.
"Eh, Perempuan kotor! Jangan kamu pikir aku tidak tahu niat busukmu terhadap Putraku!" bentak Ningrum sambil merampas seluruh barang yang dibelikan Rudi kepada Syifa.
"Tidak, Nyonya. Saya benar-benar tidak ada niat buat memanfaatkan Mas Rudi," jawab Syifa sambil ketakutan.
"Kamu pikir aku tolol, kamu lihat apa yang akan aku lakukan dengan barang-barang ini," ucap Ningrum sambil keluar dari kamar Syifa.
"Jangan, Nyonya. saya mohon kembalikan barang-barang itu, Nyonya!" teriak Syifa sambil mengikuti Ningrum yang berjalan keluar dari kamar Syifa.
Ningrum yang sudah kehilangan akal melempar seluruh barang-barang Syifa ke sebuah taman di depan kamar Syifa .dan bergegas menuju ke dapur. Syifa yang saat itu melihat barang-barangnya yang tergeletak di taman depan kamarnya. Namun, Ningrum yang tiba-tiba datang langsung mendorong tubuh Syifa hingga Syifa jatuh ke tanah.
"Kamu pikir aku ikhlas uang Putraku digunakan untuk membeli kebutuhan anak haram mu itu!" bentak ningrum sambil mendorong tubuh Syifa.
"Saya mohon, Nyonya. Jangan rusak semua barang-barang itu," ucap Syifa sambil menangis.
"Kamu pikir aku peduli dengan tangisan dan teriakan mu!" bentak Ningrum kepada Syifa.
Teriakan Syifa dan Ningrum ternyata didengar oleh Rudi dan keluarganya yang lain. Mbok Inah yang sudah melihat apa yang telah dilakukan Ningrum hanya bisa menangis dari kejauhan. Tidak berapa lama Rudi dan yang lain pun datang ke paviliun untuk melihat apa yang telah terjadi.
"Mama!" bentak Rudi saat melihat Ningrum menjambak rambut Syifa.
"Ampun, Nyonya. Ampuni saya," ucap Syifa sambil menangis.
"Lepaskan, Ma. Apa kamu sudah gila!" bentak Andre kepada sang istri.
"Iya, Mama memang sudah gila, gila karena Anakmu ini telah menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang untuk keperluan anak haram Perempuan ini," jawab Ningrum sambil berteriak di hadapan Andre.
"Tapi tidak begini caranya, Ma!' bentak andre kepada Ningrum.
"Apa urusan Mama, aku membeli semua barang-barang itu dengan uangku, bukan dengan uang Mama," jawab Rudi sambil terus berusaha melepaskan tangan Ningrum dari rambut Syifa.
"Uangmu? Apa kamu lupa kalau kamu itu masih kerja di perusahaan Papa, jadi uang itu masih uang Mama," jawab Ningrum sambil menatap Rudi dengan tatapan tajam.
"Kalian lihat apa yang akan aku lakukan dengan barang-barang ini," ucap Ningrum sambil melepaskan tangannya dari kepala Syifa.
"Mama ….!" teriak Rudi saat melihat apa yang dilakukan Ningrum kepada barang-barang Syifa.