“Kamu tidak bisu 'kan, cepat katakan kenapa bisa ada luka memar di tanganmu!” tanya Rudi sambil berteriak hingga membuat Syifa ketakutan.
"Baik, aku tahu siapa pelaku dari luka yang ada di tanganmu itu. Sekarang kamu ikut aku," ucap Rudi sambil menarik tangan Syifa yang masih duduk di tempat tidur.
Sambil menggenggam tangan Syifa, Rudi mulai menyeret Syifa ke arah ruang keluarga. Malam itu seluruh keluarga Rudi berkumpul di ruang keluarga sambil menonton sebuah acara televisi. Rudi yang sudah dipenuhi amarah langsung berteriak sambil memanggil sang mama.
"Mama!" Teriak Rudi hingga membuat seluruh orang yang ada di rumah itu terkejut.
"Ada apa? Kamu pikir rumah ini hutan sampai kamu bisa berteriak seperti itu!" bentak Ningrum.
"Sudah, Mas. Tidak perlu diperpanjang lagi," ucap Syifa sambil sedikit berbisik kepada Rudi.
"Diam kamu!" bentak Rudi hingga membuat Syifa ketakutan.
"Ada apa, sampai kamu berteriak seperti itu? Apa tidak bisa bicara dengan nada pelan," tanya sang ayah sambil berjalan ke arah Rudi dan syifa.
"Papa lihat ini, Mama sudah menyiksa Syifa hingga membuat tangannya penuh dengan luka lebam," jawab Rudi dengan penuh emosi.
"Eh, Perempuan kotor, apa yang sudah kamu ucapkan kepada putra ku? Hingga dia berani menuduh dan melawan ku," tanya Ningrum sambil menatap Syifa dengan tatapan penuh kebencian.
"Tidak, Nyonya. Saya benar-benar tidak mengatakan apa-apa kepada Mas Rudi," jawab Syifa dengan wajah sedikit menunduk.
"Mama! Apa benar luka memar di tangan Syifa ini adalah karena perbuatan Mama?" ucap Andre kepada sang istri.
"Sekarang Papa ikut menyalahkan Mama, terus saja kalian membela wanita kotor itu," jawab Ningrum dengan muka panik.
"Lebih baik Mama jujur, Syifa tidak bicara apa-apa, tapi aku yakin ini pasti perbuatan Mama 'kan!" bentak Rudi kepada sang mama.
"Baik, Mama mengaku itu memang perbuatan Mama, puas kalian." jawab sang mama sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Ya Allah Ma … istighfar kamu Ma, kamu tahu tidak jika itu sangat membahayakan syifa dan anak yang ada dalam kandungannya,” jelas Andre kepada sang istri.
"Awas kamu perempuan kotor, lihat pembalasanku nanti." batin Ningrum sambil menatap Syifa.
"Sekarang kamu minta maaf sama Syifa," perintah Andre kepada Ningrum.
Ningrum yang sudah sangat marah kepada syifa langsung berjalan ke arah kamar tanpa mendengarkan ucapan sang suami. Sherin dan Shania yang sedang ada di tempat yang sama langsung mengikuti langkah kaki sang ibu terlebih dahulu meninggalkan ruang keluarga. Rudi yang khawatir dengan kondisi Syifa langsung mengambil krim penghilang memar di kotak obat.
"Lain kali kamu hati-hati, karena aku tidak bisa terus mengawasimu 24 jam, jadi kamu harus belajar melawan siapapun yang menyakitimu." ucap Rudi sambil mengoles krim di tangan Syifa.
“Ya Allah, Mas Rudi begitu perhatian kepada ku dan anak kami, tapi kenapa dia tega menutupi status pernikahan kami.” batin Syifa sambil menatap mata Rudi.
"Syifa, saya minta maaf atas kesalahan keluarga saya kamu ya, Nak." ucap Andre yang ternyata membuat Syifa kaget.
“Tidak apa-apa Tuan, ini juga kesalahan saya,” jawab Syifa sambil menoleh ke arah Andre.
Setelah memberikan obat ke tangan Syifa, Rudi langsung membantu Syifa berdiri dan memapahnya menuju ke paviliun. Setelah meminta Syifa istirahat, Rudi segera keluar dari kamar Syifa dan berjalan ke arah dapur untuk membuat segelas susu hangat untuk Syifa. Tidak berapa lama Rudi datang kembali sambil membawa segelas susu hangat untuk sang istri.
"Kamu minum dulu ya, setelah itu kamu istirahat, nanti malam aku kembali ke sini," ucap Rudi sambil memberikan segelas susu kepada Syifa.
"Terima kasih banyak, Mas." jawab Syifa sambil tersenyum.
***
Di tempat terpisah Ningrum dan kedua putri sedang berdiskusi di kamar Shania. Ningrum yang tidak terima dipermalukan seperti tadi berusahha mencari cara untuk membalas dendam kepada syifa. Menurut Ningrum kekacauan yang ada di rumahnya saat ini adalah karena kehadiran Syifa di rumahnya.
“Mama kenapa diam saja saat di bentak Mas Rudi di hadapan perempuan kotor itu?" tanya Shania kepada sang mama yang duduk di tempat tidurnya.
"Apa yang bisa Mama lakukan, kamu tahu sendiri bagaimana sifat Papa dan Mas mu itu," jawab Ningrum sambil menoleh ke arah Shania.
“Dasar perempuan kampung, bisa-bisanya dia mencari perhatian kepada Mas Rudi dan Papa.” ucap Sherin yang terlihat kesal.
“Lalu apa yang akan kita lakukan kepada perempuan kampung itu Ma?" tanya Shania kepada sang mama.
"Sherin punya ide bagaimana cara balas dendam kepada perempuan kotor itu," ucap Sherin sambil menoleh ke arah sang mama.
"Apa itu?" tanya sang mama penasaran.
Sambil tersenyum Sherin mulai membisikkan cara untuk membalas Syifa ke telinga sang mama. Ningrum langsung tersenyum setelah mendengar apa yang diucapkan Sherin kepadanya. Shania yang ada di samping sang mama hanya bisa melihat senyum bahagia di wajah Ningrum dan Sherin.
"Kamu lihat saja apa yang akan kami lakukan padamu perempuan kotor," ucap Ningrum sambil tersenyum.