Read More >>"> Demi Keadilan:Azveera's quest (Bab 3:Petunjuk Baru) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Demi Keadilan:Azveera's quest
MENU
About Us  

"1 mangkuk bakso Bang Aji siap, nih, spesial buat yang mau jadi detektif!" seru Relly dengan antusias.

Aku memutuskan untuk menceritakan semua perjalanan dalam misi mencari pelaku pembunuhan orang tua ku kepada Rely. Dia adalah seseorang yang sangat bisa dipercaya, kami sudah berteman sejak SD. Aku juga menceritakan segala hal konyol yang dilakukan dan dikatakan oleh si aneh, Rav.

"Jadi, Vee, kamu akan menghabiskan waktu dengan Rav besok, ya?" tanya Rely dengan nada jahil.

"Hei, kenapa kamu jadi sama anehnya dengan orang itu? Apakah virus orang aneh bisa menular?" balasku dengan sedikit kesal.

"Hei, kamu tahu, ini hanya saran, tapi jangan terlalu membenci Rav. Aku baru saja membaca artikel ini, coba kamu lihat," ujar Rely sambil memberikan sebuah artikel.

Benci menjadi Cinta bukan mitos melinkan fakta. Sudah banyak terjadi terutama era 1990–2020.

Benci menjadi cinta dapat terjadi melalui beberapa faktor:

1.Intensitas bertemu.

2.Kepedulian terhadap satu sama lain yang semakin hari semakin dekat.

Dari 2 Faktor tersebut faktor pertama mendominasi 95% untuk kasus benci menjadi cinta, mengapa ? Karena semakin anda bertemu dengan orang tersebut maka hidup anda semakin didominasi oleh nya. Faktor ini akan terasa jika orang yng anda benci mendadak menghilang dari hidup anda, atau hanya menghilang 2 minggu saja karena opnam rumah sakit misal nya. Maka anda akan merasa ada sesuatu yang hilang, manusia diciptakan untuk mengulang dan mengulang mekanisme hidup, jika ada yang hilang atau berkurang maka akan timbul perasaan kehilangan atau perasaan terhadap sesutu yang hilang, bahkan benci dapat menjadi suka.

(www.sotau.com)

Aku tidak peduli dengan artikel yang tidak jelas itu. Aku yakin Rely hanya mencari artikel itu agar bisa menjahili ku. Sepertinya memang benar virus orang aneh bisa menular. "Hei, inilah pentingnya untuk mendengarkan guru di kelas, 'anak-anak, kalian tidak boleh asal menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya'. Kamu jangan gila, Rely," balasku dengan acuh.

"Ah, sudahlah, intinya aku tidak akan kaget kalau tiba-tiba kamu suka sama dia, 'botol minum' pfftt," balas Rely dengan nada usil dan mengejek.

"Tidak akan terjadi. Kalau itu terjadi, aku berjanji akan membersihkan lapangan basket 3 hari berturut-turut," kataku tanpa sadar sedang berbicara di kantin yang bisa dilalui oleh semua orang, termasuk si jahil nan aneh, Rav. Ya, dia mendengar semua perkataanku. Sangat bodoh seperti biasa.

"Hei, Rely, 'botol minum' itu julukan yang hanya aku yang boleh pakai. Kamu tidak boleh menggunakannya. Oh, dan satu lagi, baik Vee, mari kita buktikan. Tenang saja, nanti kalau kamu harus membersihkan lapangan basket, aku akan membantumu," kata Rav sembari berjalan menuju kelasnya.

Sementara Rav mempunyai misi yang sama pentingnya dengan misi ku dalam mencari pelaku pembunuh orang tua ku, yaitu membuatku jatuh cinta. "Ini seru sekali, aku seperti menjalani tantangan. Baiklah, Vee, kita lihat siapa yang kalah," gumam Rav dalam hati.

Kami berdua menyelesaikan makan siang kami dengan perasaan campur aduk. Aku merasa kesal dan terganggu oleh tingkah laku aneh Rav, tapi di sisi lain, ada rasa penasaran yang tumbuh dalam diriku. Apakah mungkin Rely benar? Apakah mungkin perasaan yang ku rasakan terhadap Rav dapat berubah? Aku mengusap kepala dan menghela napas. "Aku hanya harus tetap fokus pada misi ini," pikirku.

Hari pun berlalu, dan aku merasa campur aduk menjelang pertemuan kami dengan Paman Taska.Rav telah menunggu ku di depan gerbang di atas motor hitamnya. Dia berdiri di sana dengan senyum jahilnya.Hari ini nenek dan kakek tidak ada di rumah,aku bersyukur karena mereka tidak akan banyak bertanya.

"Siap untuk petualangan baru, Botol Minum?" ujarnya dengan nada kejahilannya.

"Baiklah, mari kita melanjutkan misi kita," kataku dengan semangat yang berusaha aku tunjukkan.

Kami berdua melangkah pergi, menyusuri jalan menuju rumah Paman Taska yang tak jauh dari sekolah. Keingintahuan dan harapan untuk menemukan kebenaran semakin membara di dalam diri kami.

Kami tiba di rumah Paman Taska yang terletak di pinggiran kota. Rumahnya terlihat seperti laboratorium mini dengan berbagai alat forensik yang tersusun rapi. Paman Taska menyambut kami dengan senyuman hangat.

"Selamat datang, Vee dan Rav. Aku sudah menyiapkan beberapa informasi yang mungkin akan membantu kalian dalam penyelidikan ini," ujar Paman Taska sambil mengarahkan kami ke ruang kerjanya.

Kami duduk di sekitar meja yang penuh dengan berkas dan catatan. Paman Taska memaparkan beberapa temuan penting yang ia peroleh dari analisis forensik yang telah dilakukan sejauh ini.

"Pertama, dari hasil pemeriksaan sidik jari di tempat kejadian, kami menemukan beberapa sidik jari yang tidak terkait dengan pelaku yang sudah tertangkap. Sidik jari ini bisa menjadi petunjuk menuju pelaku pembunuhan sebenarnya," jelas Paman Taska serius.

Kami berdua mendengarkan dengan penuh perhatian. Rasanya semakin mendebarkan karena kami mulai melihat adanya kemungkinan untuk mengungkap kebenaran di balik kematian orang tua ku.

Selanjutnya, Paman Taska mengeluarkan beberapa foto dan dokumen dari laci meja. "Ini adalah beberapa bukti tambahan yang berhasil kami temukan. Dokumen ini mengungkapkan bahwa orang tua mu memiliki koneksi dengan individu-individu yang memiliki motif yang kuat untuk melakukan pembunuhan ini," kata Paman Taska sambil menyodorkan dokumen-dokumen tersebut kepada kami.

"Tadi pagi, saya menerima telepon dari seseorang yang mengaku memiliki informasi penting tentang kasus ini," ujar Paman Taska dengan suara seraknya. "Dia mengklaim bahwa orangtua Vee memiliki koneksi dengan individu-individu yang memiliki motif yang kuat untuk melakukan pembunuhan tersebut."

Kami saling memandang, terkejut dengan pengungkapan itu.Kami berusaha mengolah informasi baru ini dalam pikiran kami.

"Apakah kamu tahu siapa orang itu, Paman?" tanyaku, mencoba untuk tetap tenang.

Paman Taska menggelengkan kepala. "Sayangnya, dia tidak memberikan identitasnya. Dia hanya mengatakan bahwa dia ingin membantu menyelidiki dan mengungkap kebenaran.Dia memberi tahu kamu bisa mencari petunjuk di tempat kejadian"

Paman Taska melanjutkan, "Namun, kalian harus berhati-hati. Orang yang memberikan informasi ini mengatakan bahwa ada pihak yang berusaha menghentikan kalian, dan mereka tidak ragu untuk menggunakan kekerasan jika perlu. Keselamatan kalian berdua sangatlah penting jadi berhati-hatilah."

Kami mengangguk dengan serius, menyadari bahaya yang mungkin kami hadapi. Meskipun sedikit takut, tetapi semangat kami untuk menemukan kebenaran tidak bisa dipadamkan.

Kami menyelidiki dokumen-dokumen tersebut dengan seksama. Mereka mengungkapkan hubungan bisnis yang kompleks dan berpotensi konflik antara orang tua ku dan beberapa individu yang terlibat dalam bisnis gelap.

"Apa motif yang mungkin dimiliki oleh individu-individu ini untuk melakukan pembunuhan?" tanyaku kepada Paman Taska.

Paman Taska mengangguk serius. "Motifnya bisa bermacam-macam, mulai dari kepentingan finansial hingga konflik pribadi. Namun, kita perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengumpulkan bukti yang kuat dan menghubungkan mereka dengan pembunuhan ini."

Kami berdua mengangguk dalam persetujuan. Ternyata misi kami semakin kompleks dan berbahaya. Kami harus waspada dan berhati-hati dalam mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk mengungkap kebenaran.

Setelah mendapatkan informasi dari Paman Taska, kami meninggalkan rumahnya dengan harapan yang baru saja tumbuh di dalam diri kami. Petualangan kami semakin menarik dan penuh misteri. Kami berdua telah diberi petunjuk baru dan tugas yang lebih berat dalam menemukan pelaku pembunuhan ini.

terdiam sejenak setelah meninggalkan rumah Paman Taska. Suasana tegang terasa di udara, namun kami berdua tidak kehilangan semangat untuk melanjutkan misi ini. Aku melirik ke arah Rav, yang sedang memandangi jalan dengan penuh pemikiran.

"Rav, apa yang kamu pikirkan tentang semua ini?" tanyaku dengan rasa penasaran.

Rav menoleh ke arahku, wajahnya serius. "Aku juga merasa ada sesuatu yang tidak beres,tidak mungkin seluruh cctv mati saat kejadian,bagaimana kalau sekarang kita ke rumah tempat kejadian vee,kita cek secara langsung?"

Hatiku berdegup kencang mendengar perkataannya.Tapi sepertinya yang Rav bilang memang benar,aku harus mengecek secara langsung.

Kami tiba di tempat kejadian yang kini telah menjadi "lapangan yang berdarah". Tidak ada tanda-tanda aktivitas polisi lagi di sini. Hanya tersisa jejak-jejak kejadian yang mencekam. Kami berdua turun dari motor dan berjalan menuju pintu depan rumah yang terkunci.

"Kita perlu masuk dan memeriksa situasinya," ucapku sambil mengeluarkan kunci cadangan yang kupegang.

Saat pintu terbuka, suasana dalam rumah terasa mencekam. Aku dan Rav berjalan pelan dengan hati-hati, menghindari langkah-langkah yang bisa mengganggu bukti-bukti yang mungkin masih tersisa. Di setiap sudut ruangan, kami mencari petunjuk yang bisa membawa kami lebih dekat pada kebenaran.

Tiba-tiba, sebuah suara berdering menggema di ruangan. Kami berdua melompat kaget. Suara itu berasal dari telepon rumah yang tergeletak di atas meja di ruang tamu. Aku menghampiri telepon itu dengan perasaan cemas.

"Siapa yang menelepon di sini?" bisikku kepada Rav.

Rav menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Tapi kita harus mencoba menjawabnya. Mungkin itu petunjuk berikutnya."

Dengan tangan gemetar, aku mengangkat gagang telepon dan menekan tombol untuk menjawab panggilan tersebut. Suara berat dan mengancam terdengar di seberang sana.

"Kalian tidak seharusnya mencampuri urusan ini. Lebih baik kalian berhenti sekarang sebelum terlambat," suara itu berbisik dengan nada yang penuh kebencian.

Aku tergagap, mencoba menemukan kata-kata untuk menjawab. Namun, sebelum aku bisa mengatakan apapun, suara itu telah hilang. Hanya sisa-sisa keheningan yang menakutkan yang terdengar di seberang sana.

Kami berdua saling pandang, wajah penuh ketegangan. Terkejut dengan ancaman yang baru saja kami dengar. Rasanya seperti ada yang sedang mengawasi setiap gerakan kami. Aku dan Rav sepakat bahwa kami harus berhati-hati dan tetap waspada.

Dengan hati yang masih berdebar, kami melanjutkan penyelidikan di dalam rumah. Akhirnya, kami menemukan flash disk di ruang bawah tanah. Flash disk itu tergeletak di atas meja kecil di tengah ruangan yang gelap dan terbengkalai.

Kami merasa lega karena berhasil menemukan sesuatu yang mungkin dapat menjadi petunjuk. Tanpa membuang waktu, kami mengemas flash disk tersebut dan segera berangkat menuju kantor Detektif Maya.

Sesampainya di kantor Detektif Maya, kami disambut oleh suasana yang penuh dengan berkas dan dokumen-dokumen kasus. Detektif Maya, seorang wanita cerdas dengan intuisi yang tajam, sedang sibuk memeriksa beberapa petunjuk lain yang dia temukan.

"Dapatkah kalian memberikan flash disk itu kepadaku?" tanya Detektif Maya.Sebelumnya kami sudah menelpon detektif maya dan menyampaikan kami menemukan flash disk yang mungkin saja menjadi petunjuk.

Kami memberikan flash disk tersebut kepadanya dengan harapan bahwa dia akan membantu kami memecahkan teka-teki ini. Detektif Maya mengambil flash disk dari kami dan memasukkannya ke dalam komputer.

Beberapa saat kemudian, Detektif Maya mengernyitkan keningnya. Dia terlihat terkejut dengan apa yang dia temukan dalam rekaman CCTV tersebut. Tatapannya melihat ke arah kami dengan serius."Ini sangat aneh," kata Detektif Maya dengan suara bergetar. "Menurut daftar ini, Paman Albert adalah salah satu dari beberapa orang yang masuk dalam daftar kemungkinan yang memiliki hubungan baik dengan orang tua mu vee,aku malah ingin menghubungi nya untuk meminta bantuan petunjuk". Namun, dalam rekaman CCTV, tampaknya Paman Albert memiliki hubungan dengan pelaku saat malam dimana orang tua mu di bunuh."

Kami terkejut mendengar hal itu. Semakin banyak teka-teki yang muncul dalam kasus ini. Kami mulai mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya.

Detektif Maya melanjutkan, "Saya telah menghubungi beberapa kontak dan menemukan bahwa Paman Albert sebenarnya tinggal di luar kota saat kejadian terjadi. Tampaknya seseorang mencoba untuk memanipulasi bukti dengan menyamar menjadi Paman Albert di rekaman CCTV."

Kami saling bertatapan, menyadari bahwa ada kekuatan yang sangat jahat yang berusaha menghalangi pencarian kebenaran kami.

"Kalian berdua harus berhati-hati," peringatkan Detektif Maya. "Seseorang di antara kita mungkin telah terjebak dalam jaringan kejahatan ini. Kalian harus tetap waspada dan mencari petunjuk yang lebih konkrit."

Kami mengangguk dengan serius, menyadari bahwa kita harus menghadapi musuh yang licik dan cerdik. Detektif Maya memberikan petunjuk-petunjuk tambahan serta beberapa alat yang mungkin akan berguna dalam penyelidikan kami.

"Dalam waktu dekat, saya akan mencoba menghubungi Paman Albert secara langsung untuk memastikan keberadaannya," kata Detektif Maya. "Kalian harus tetap fokus pada misi ini. Kita tidak tahu siapa yang berada di balik semua ini, tetapi satu hal yang pasti, kebenaran sedang disembunyikan dengan sangat hati-hati."

Hari berikutnya, Vee dan Rav pergi ke rumah Paman Taska pagi pagi sekali untuk menjelaskan apa yang terjadi dan meminta saran darinya. Paman Taska mendengarkan dengan serius, wajahnya penuh perhatian. Setelah mendengar seluruh cerita mereka, Paman Taska memberi tahu Rav agar bertanya kepada kakeknya tentang keberadaan Paman Albert, karena ternyata paman Taska tidak memiliki hubungan baik dengan keluarganya,untuk bertanya kepada paman taska pun Rav tidak bilang kepada kakeknya.

"Saya merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Paman Albert," ucap Paman Taska. "Kalian harus mencari tahu apakah dia benar-benar terlibat dalam kasus ini atau tidak."

Setelah berbicara dengan Paman Taska, mereka kembali ke sekolah. 

di sekolah vee langsung di sambut rely teman baiknya.Melihat vee turun dari motor rav,kejahilan rely di mulai.

"halo nona botol minum,selamat pagi." seru Rely

sudah ku duga virus aneh ini bertambah parah."kamu tahu,ku rasa kamu yang lebih cocok dengan rav,kalian sama sama aneh."

"benarkah?kurasa nanti ada seseorang yang cemburu dan langsung marah marah seperti saat seseorang melihat rav dan lisa di uks beberapa waktu yang lalu."

huh,aku tidak tahan lagi.aku memilih meninggalkan relly.

hari ini kelas ku dan relly ada pelajaran olahraga aku kurang suka dengan pelajaran itu,aku sangat tidak berbakat dalam berbagai olahraga.Hari ini kelas ku akan bermain basket di lapangan.Saat aku dan relly menuju ke lapangan kami mendapati rav sedang di hukum dengan hormat bendera.entah apa kejahilan yang ia lakukan kali ini.anak anak kelas ku tampak tidak heran melihat rav yang sedang dihukum sepertinya sudah terlalu bosan melihat anak ini di hukum lagi dan lagi.Saat itu aku bermain basket dengan sedikit grogi,entah kenapa perasaan ku mengatakan sepertinya rav dari tadi memperhatikan ku.Benar saja tak lama ada yang meneriaki ku

"Hei, botol minum! Semangat dong, masa main basket loyo gitu?" ternyata si jahil Rav yang meneriaki ku.

Aku langsung melotot marah ke arah Rav. Jelas aku marah, sekarang semua orang di lapangan melihat ke arahku. Saat sedang kesal dengan kelakuan Rav, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki, dia anak kelas ku, Atar. Dia tiba-tiba merebut bola dariku lalu menjahili ku dengan mengangkat-angkat bola tersebut karena aku jauh lebih pendek darinya. Melihat hal itu, Rav memperhatikan interaksi antara Vee dan Atar dengan saksama. Hatinya memanas, dan sepertinya terbesit rasa cemburu di hati Rav.

"Hei, Vee! Ayo ambil, loncatanmu hanya setinggi ini?" seru Atar.

"Apa sih? Sini! Sekarang giliran yang perempuan yang main aneh," balas Vee.

Melihat temannya diusik, Rely langsung menghampiri Vee. "Hei, Atar! Kalau suka sama Vee, bilang dong. Gausah caper gajelas!"

Mendengar hal itu, entah kenapa Atar langsung terdiam. Dia tanpa sengaja melempar basket ke arah Vee. Melihat hal itu, Rav sudah tidak peduli lagi dengan hukumannya. Ia langsung berlari menghampiri Vee dan Atar. "Hei, pecundang! Kamu tidak akan lolos begitu saja setelah melakukan hal seperti ini! Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Vee!" Rav memukul Atar dengan penuh kemarahan.

"Hei, kenapa kamu peduli sekali, sampai membela Vee seperti ini? Kamu menyukai Vee?" Bukannya meminta maaf, Atar malah makin memancing kemarahan Rav.

"Setidaknya seharusnya kamu tahu malu dan menyadari kelakuanmu, dasar kurang ajar!" Rav hendak memukulnya kembali, namun Rely segera melerainya dan memberi tahu Rav bahwa Vee mimisan karena terkena bola itu. Rav memutuskan meninggalkan Atar dan menuntun Vee ke UKS.

Di UKS, ternyata tidak ada tissue yang tersisa. Rav langsung keluar dan memasuki setiap kelas hingga akhirnya ia mendapatkan tissue. Aku sedikit tersentuh dengan tindakan orang aneh ini hari ini. "Ini, tundukkan kepalamu dan sumbat hidungmu dengan tissue. Aku akan beli minum dulu, tunggu sebentar."

"Ekhem, sepertinya ada yang sedang khawatir padaku," balas Vee dengan jahil. Ia ingin membalas kejahilan-kejahilan Rav.

"Setelah kupikir-pikir, aku tidak jadi mengambilkanmu minum. Bukankah botol minum bisa meminum dirinya sendiri? Kenapa aku harus repot?" ucapku sambil tersenyum.

"Euh, lagi-lagi dia membalas kejahilanku. Berisik, udah cepat ambil sana! Gak p

ake lama," celetuk Rav sambil terkekeh.

Saat aku sedang menunggu, aku menerima telepon dari Detektif Maya. Suara Detektif Maya terdengar tegang, dan Vee merasakan ada urgensi di balik panggilan tersebut. Detektif Maya memintanya datang ke kantor segera. Saat Rav kembali ke UKS, ia mendengar percakapan Vee dengan Detektif Maya. Rav bersikeras untuk tidak memperbolehkan Vee pergi ke sana sekarang karena kondisi Vee masih kurang baik. Akhirnya, aku dan Rav memutuskan untuk pergi ke kantor Detektif Maya besok. Kami akan izin sekolah selama satu hari.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
6823      1593     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
SEMPENA
2893      1037     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Heliofili
1816      917     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Palette
4131      1641     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Luka atau bahagia?
3360      1072     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
ARMY or ENEMY?
11209      3671     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Our Different Way
3812      1583     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Dunia Alen
3614      1199     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
4125      1559     1     
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang. Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya. Ap...
Lazy Boy
5016      1306     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...