Read More >>"> Rewrite (Lenyap) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU
About Us  

Pukul delapan malam. Shafwan mengantarkan pulang Aida. Sepanjang perjalanan, mereka  diam membisu. Tak ada percakapan. Keduanya larut dalam kelebatan pikiran masing-masing.

Avanza hitam Shafwan memasuki gerbang perumahan Babatan Indah. Setelah melewati dua blok perumahan, Shafwan menghentikan perlahan mobilnya di depan rumah Aida. Rumah sederhana bercat kuning dengan taman kecil di depannya.

 “Kamu yakin, kita cukup sampai di sini?” tanya Aida mengkonfirmasi balik sikap hening Shafwan.

Shafwan mengangguk mantap.

“Tak ada keinginan untuk kembali?” Aida bertanya lagi. Ia menatap lembut Shafwan, berharap ada setitik harapan.

“InsyaAllah tidak ada. Azkadina adalah pilihanku.” Ujar Shafwan sambil membuka sabuk pengaman mobil.

“Lalu aku bagaimana?”

“Kamu bisa memperbaiki hubunganmu dengan Bagas. Atau memulai kehidupan baru di sini.”

Aida terdiam. Bukan pilihan yang nyaman untuknya. Apalagi tanpa Shafwan. Namun apa daya, kembali kepada Shafwan adalah sebuah kemustahilan. Sebelumnya, Aida yakin, Shafwan akan kembali kepadanya. Namun sekarang, keyakinan itu terbirit-birit menjauh.

Aida menyeka air mata yang sedari tadi terbit. Ia keluar dari mobil Shafwan. Dengan bantuan Shafwan, Aida mengeluarkan barang-barang belanjaan dari bagasi mobil.

Sementara itu…

Sosok perempuan berkerudung hijau lumut, mengamati Shafwan dan Aida dari kejauhan. Dari motor tua kesayangannya, hati perempuan itu gerimis. Dengan perasaan kesal, ia turun dari motor dan menghampiri Shafwan.

“Azkadina..” Mata Shafwan terbelalak, terkejut melihat sosok yang mendekatinya.

“Jadi? Ini hasil istikharah pak guru? Kembali lagi ke pelukan perempuan impian pak guru?” Wajah Azkadina memerah, tapi bukan karena malu seperti biasanya. Wajahnya merah memendam amarah.

“Tidak, Azkadina. Ini bukan seperti yang kau bayangkan.”

“Omong kosong!” Mata Azkadina melotot. Keringat dingin menyelimuti dirinya. Irama jantungnya mulai tak beraturan.

“Azkadina, kita bisa bicara baik-baik ya,” ajak Shafwan lembut.

“Apa lagi yang mau dibicarakan? Bahwa pak guru sudah kembali menemukan perempuan idamannya? Lalu berkata, maaf Azkadina, saya tidak bisa melanjutkan proses taaruf kita. Mbelgedhes! Ternyata pak guru sama saja dengan cowok manapun di dunia ini. Sama-sama brengsek!” murka Azkadina.

“Azkadina. Kumohon. Mari kita bicara baik-baik. Jangan seperti ini. Malu dilihat orang.”

“Lalu, saat bersama perempuan itu, pak guru tidak malu?” Azkadina menunjuk perempuan yang ada di samping mobil Shafwan, Aida.

“Azkadina. Aku mohon. Kita masuk mobil ya. Kita bisa bicara di mobil.” Pinta Shafwan dengan nada mengiba.  

“Cih, Gak sudi aku masuk mobil yang sudah dipakai bermesraan dengan perempuan lain,” elak Azkadina.

“Azkadina. Please. Jangan asal menuduh!”

“Ah sudahlah,” tukas Azkadina, “Selamat bertemu kembali dengan pujaanmu, Pak Guru.”

Azkadina berbalik dan berlari meninggalkan Shafwan. Shafwan berteriak memanggil Azkadina. Namun yang dipanggil tak menoleh sedikitpun. Shafwan melangkahkan kaki, mengejar Azkadina.

“Tunggu Azkadina. Tunggu aku.” Teriak Shafwan. Ia mempercepat langkahnya.

“Jangan kejar aku! I hate you pak guru.” Suara Azkadina berteriak menuju motornya tanpa menoleh sedikitpun.  Azkadina mengacungkan jari tengah ke arah Shafwan. Ia menaiki lalu menyalakan motor dan ngegas,  melajukan motor kuat-kuat.

Shafwan masih terus berlari mengejar motor Azkadina. Namun sayang, mata Shafwan tak awas. Ia tidak menyadari ada bongkahan batu kecil menghalangi larinya.

Shafwan terantuk batu dan terjatuh. Pergelangan kaki kanan Shafwan cidera. Lutut Shafwan juga berdarah terkena gesekan aspal. Shafwan bangkit dan terus mengejar gadis yang dicintainya itu. Dengan tertatih-tatih, menahan perih dan memar, ia terus mengejar Azkadina.

Shafwan berhenti mengejar ketika bayangan Azkadina lenyap ditelan jalanan. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Ia memegang kepala dengan kedua tangannya. Rasa penyesalan menusuk hatinya.

Kedua mata Aida kembali membening melihat sikap Shafwan. Hatinya remuk redam melihat Shafwan mengejar perempuan yang jauh lebih muda darinya itu.

Aida mengangkut semua barang belanjaannya sembari masuk ke dalam rumah. Dalam hati, ia bergumam Shafwan sudah bukan lagi milikku.
***

Dirimu bagai pelangi di sore hari

Indah berkesan

Namun tak lama bertahan

Sekejap memanjakan netra

Lalu hilang tak berbekas

 

Hari-hari Azkadina seakan melambat. Setiap detiknya terasa begitu lama. Setiap menitnya, ia teringat laki-laki yang sudah mematahkan hatinya. Hancur berkeping-keping tak bersisa.  Azkadina tak menyangka, Shafwan akan tertarik kembali ke masa lalunya.

Azkadina membiarkan hatinya membeku. Ia mematikan ponsel, mengunci diri di kamar dan tak mau melakukan apapun bahkan ke kampus. Makan pun hanya sesedikit yang dia mau.

Semua kerudung dan pashmina Azkadina dihamburkan di kamar.  Beberapa  malah dibuangnya ke tong sampah di halaman depan.

Queen kerepotan luar biasa menghadapi sahabatnya. Ia harus merapikan kamar Azkadina yang penuh dengan pakaiannya yang dihempaskan begitu saja. Beberapa kali, Queen mengajaknya untuk jalan-jalan, tapi Azkadina tidak mau.

“Ayolah Ka. Sampai kapan kamu mogok begini? Cerita dong sama aku.”

Azkadina menggeleng. Ia masih menutup rapat mulutnya.

“Kamu tuh ya. Biasanya kamu jadi aku untuk curhat. Sekarang kamu lagi ada masalah begini, malah tutup mulut. Ayo dong, aku siap jadi tempat sampahmu. ”

Azkadina menutup wajahnya dengan bantal. Ia menangis keras-keras lalu memukul-mukul bantal helo kitty itu.

“Aku cuma benci dengan diriku sendiri. Kenapa aku bisa sejauh itu suka dengan Pak Guru.”

“Hm…begitu.”

“Dulu-dulu aku gak begini kalau putus cinta. Bahkan terasa bebas sekali lepas dari laki-laki. Sekarang? Aku sakaw. Pak Guru seperti candu bagiku.”

“Mungkin bukan candu. Tapi kamu memang benar-benar jatuh cinta. Tidak sekadar suka.”

“Tapi mengapa aku bisa secinta itu. Dan ternyata Pak Guru juga sama brengseknya dengan …,” suara Azkadina tertahan, “Ayah…”

Azkadina kembali menangis.

“Apa iya Pak guru se-brengsek itu? Kamu sudah dapat penjelasan?”

“Penjelasan apa? Sudah jelas-jelas dia tidak segera memberikan jawaban. Tidak berkabar. Tahu-tahu sudah balik sama mantannya.”

“Kamu pernah bilang kan, apa yang kamu lihat, tidak selalu yang sebenarnya. Bisa jadi bukan seperti dugaanmu.”

“Ah sudahlah, Queen. Kamu tahu apa tentang Pak Guru. Aku kenal banget siapa dia. Laki-laki gagal move on yang sudah telat nikah.”

“Aku bisa bantu kamu apa, Ka?”

“Entahlah…”

“Kamu jarang makan. Sering merenung di atap sana. Dan sesekali aku bau rokok. Kamu merokok lagi?”

“Apaan sih! Suka-suka aku kenapa..”

“Please deh Azka. Kamu sudah berhenti merokok dua tahunan ini. Kenapa kamu merokok lagi? Kamu tahu kan kalau kamu pernah punya masalah kesehatan dengan rokok.”

“Bacot kamu!”

“Tuh kan! Kata-katamu mulai urakan lagi. Hello, kemana bestie-ku yang sudah tobat dan hijrah itu ya…”

“Halah!Diam. Katanya kamu mau jadi tong sampahku. Ternyata sama aja, tukang ceramah doang kayak Pak Guru…Haduh, kenapa jadi ngomongin Pak Guru.”

Queen cekikian melihat Azkadina mengacak-acak rambutnya.

“Tuh kan ketawa. Udah ah!” Sahut Azkadina. Ia menyambar kunci motor, tas dan jaket di atas meja. Setengah gontai, ia melangkahkan kakinya turun ke bawah menuju motor tua kesayangannya.

Azkadina menyalakan motor, lalu menghilang dari balik pagar.

Queen hanya melihat Azkadina dengan cemas.

Mau ke mana gadis itu?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My X Idol
14245      2181     4     
Romance
Bagaimana ya rasanya punya mantan yang ternyata seorang artis terkenal? Merasa bangga, atau harus menutupi masa lalu itu mati-matian. Seterkenal apapun Rangga, di mata Nila ia hanya mantan yang menghilang ketika lagi sayang-sayangnya. Meski bagi Rangga, Nila membuat hidupnya berwarna. Namun bagi Nila, Rangga hanya menghitam putihkan hatinya. Lalu, apa yang akan mereka ceritakan di kemudian hari d...
Teacher's Love Story
2795      946     11     
Romance
"Dia terlihat bahagia ketika sedang bersamaku, tapi ternyata ia memikirkan hal lainnya." "Dia memberi tahu apa yang tidak kuketahui, namun sesungguhnya ia hanya menjalankan kewajibannya." Jika semua orang berkata bahwa Mr. James guru idaman, yeah... Byanca pun berpikir seperti itu. Mr. James, guru yang baru saja menjadi wali kelas Byanca sekaligus guru fisikanya, adalah gu...
Why Joe
1045      542     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
If Is Not You
9256      1922     1     
Fan Fiction
Kalau saja bukan kamu, mungkin aku bisa jatuh cinta dengan leluasa. *** "Apa mencintaiku sesulit itu, hmm?" tanyanya lagi, semakin pedih, kian memilukan hati. "Aku sudah mencintaimu," bisiknya ragu, "Tapi aku tidak bisa melakukan apapun." Ia menarik nafas panjang, "Kau tidak pernah tahu penderitaan ketika aku tak bisa melangkah maju, sementara perasaank...
Damn, You!!
2520      898     13     
Romance
(17/21+) Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cinta kepadanya? Arogansinya, sikap dinginnya, atau pesonanya dalam memikat wanita? Semuanya hampir membuatku jatuh cinta, tetapi alasan yang sebenarnya adalah, karena kelemahannya. Damn, you!! I see you see me ... everytime...
Our Different Way
3591      1503     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Ti Amo
473      265     2     
Romance
“Je t’aime, Irish...” “Apa ini lelucon?” Irish Adena pertama kali bertemu dengan Mario Kenids di lapangan saat masa orientasi sekolah pada bulan Juli sekitar dua tahun yang lalu. Gadis itu menyukainya. Irish kembali bertemu dengan Mario di bulan Agustus tahun kemudian di sebuah lorong sekolah saat di mana mereka kembali mencari teman baru. Gadis itu masih menyukainya. Kenyataannya...
Dia yang Terlewatkan
342      228     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
SILENT
4787      1449     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
If I Called Would You Answer
344      235     1     
Short Story
You called her, but the only thing you heard was ' I'm Busy '