Read More >>"> Rewrite (Gadis) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU
About Us  

Mentari menggelayut manja menjelang kepergiannya. Sinarnya setengah temaram, setengah terang. Menyisakan rona jingga hangat cakrawala.

Mata Shafwan takjub menatap langit senja. Sesekali ia tersenyum lalu netranya menerawang jauh. Shafwan menikmati lukisan indah hari itu dari jendela kelas ruang kelasnya.

Sudah pukul lima sore, Shafwan belum berkemas. Laptop berlogo apel tergigit itu masih terbuka di mejanya. Ia baru saja menyelesaikan lesson plan untuk tiga hari ke depan dan satu bab untuk penelitian tindakan kelas yang disusunnya. Beberapa buku bertema metode pembelajaran, buku catatan dan alat tulis saling berkelindan di atas meja.

Shafwan menenggak air minum dari botol kuning yang dibawanya. Setelah dirasa cukup mengerjakan tugas, ia menutup laptop dan merapikan mejanya. Shafwan meletakkan buku-buku tebal itu ke dalam lemari kelas. Setelah laptopnya tidak lagi menghangat, ia memasukkannya ke dalam ransel Exsport kombinasi warna hitam dan abu-abu. Beberapa sampah sisa bungkus makanan juga ia buang ke tempat sampah.

Tililit … tililit…

Ponsel-nya berdering. Melihat nama yang muncul di layar ponsel, panggilan itu berasal dari salah satu wali muridnya.

“Ustaz Shafwan, mohon maaf, kotak makan Sofi ketinggalan di kelas. Warna pink dengan gambar boneka warna kuning.”

“Inggih Bunda. Kenapa?”

“Nitip dicarikan Ustaz. Besok minta tolong diberikan ke Sofi.”

“Oh baik Bunda. Semoga kotak makan ananda ada.”

“Semoga ada ya Ustaz. Itu kotak makan kesayangan Sofi. Kalau hilang, belinya susah. Mahal lagi. Seharusnya tadi Ustaz mengingatkan ke anak-anak supaya tidak ada yang ketinggalan.

Sampun Bunda. Semua sudah kami ingatkan.”

“Apa sudah dicek satu per satu laci mejanya?”

“Mboten Bunda.”

“Seharusnya bantu di-cek-kan Ustaz supaya ketahuan apa yang ketinggalan.”

“Anak-anak kami latih untuk ngecek barang pribadinya masing-masing.”

“Tapi akhirnya kan ketinggalan nggih. Seharusnya Ustaz bantu cek juga. Memastikan satu per satu supaya kami juga tenang.”

Shafwan terdiam mendengar suara wanita di seberang yang terus menyalahkannya. Ia menarik nafas panjang.

Bagaimana anak-anak belajar bertanggung jawab jika orang tua menyalahkan orang lain atas kelalaian anaknya?

“Inggih Bunda. Semoga kotak makan ananda ketemu. Besok akan saya sampaikan ke anak-anak supaya lebih bertanggung jawab.”

Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu menutup panggilan teleponnya. Tak perlu menunggu lama, Shafwan mencari kotak makan seperti ciri-ciri yang disebutkan. Kotak makan itu tergeletak di samping loker siswa, tertutup oleh buku tulis milik siswa lain. Shafwan memungutnya dan meletakkan barang-barang tersebut di kotak khusus barang tertinggal di kelas. Beberapa barang lain yang ia temukan tadi siang juga diletakkan di kotak itu. Ada kaus kaki dan pensil warna juga.

“Baiklah, tema morning circle besok adalah bertanggung jawab terhadap barang pribadi,” gumam Shafwan.

Shafwan melanjutkan aktivitas beberes-nya. Setelah memastikan tidak ada barang di meja kerjanya, ia memakai jaket lalu mencangklong ransel di pundaknya.

Shafwan bersiap pulang ke rumah dengan Revo hitamnya.

***

Azan maghrib berkumandang persis ketika Revo hitam Shafwan berhenti di depan rumah berpagar putih milik orang tuanya. Shafwan membuka pagar sendiri. Biasanya ada Pak Mulya yang akan membukakan pintu, namun hari ini tidak. Pak Mulya sedang pulang ke desa.

Sebuah mobil terparkir di halaman rumah. Mobil yang bukan milik Mama atau Papa Shafwan.

“Ada tamu? Siapa ya?” Mata sedang berkaca mata milik Shafwan menyipit mencoba mencari tahu siapa yang datang ke rumah orang tuanya. Setelah menempatkan Revo hitamnya, Shafwan melangkahkan kaki memasuki rumah.

“Assalamualaikum,” salam Shafwan ramah.

“Nah ini dia Shafwan datang.” Sambut perempuan bernama Nina.

Tampak di depan Shafwan, seorang perempuan separuh baya dengan rambut hitam yang disanggul ke atas. Lalu di sebelahnya, seorang perempuan berambut hitam lurus yang usianya jauh lebih muda. 

“Shafwan, kenalkan, ini teman Mama. Tante Karin. Kamu masih ingat?”

“Ah ya tante Karin yang rumahnya di Jojoran ya.”

“Iya kamu benar. Apa kabar Shafwan?”

“Alhamdulillah baik. Tante apa kabar?”

“Baik juga. Ini kenalkan, Renata, putri bungsu tante.”

“Hai Shafwan,” sapa Renata sambil mengulurkan tangan. Namun sedetik kemudian, Shafwan menangkupkan kedua tangannya ke dada.

“Halo Renata.”

Renata tersenyum kecil melihat sikap Shafwan yang menolak jabat tangannya.

“Ya begini ini Jeng Karin. Shafwan jadi guru, pulangnya menjelang maghrib setiap hari. Iya kalau gajinya banyak. Masih separuh gaji adiknya yang kerja di Bank.”

Shafwan melirik Mamanya dengan pandangan kurang nyaman. Namun Shafwan memilih diam.

“Ya gak pa-pa Jeng Sinta. Namanya juga passion ya Mas Shafwan. Jadi guru itu mulia sekali. Tidak banyak orang yang mau.”

Shafwan tersenyum mendengarnya. Begitu pula dengan Renata. Kali ini ia memandang Shafwan dengan pandangan agak sinis.

“Shafwan ke dalam dulu, Ma.”

“Eh sebentar Shafwan. Ini tadi Renata, anak tante Karin. Dia baru pulang dari Bandung setelah lulus kuliah hukum. Kamu ajak jalan-jalan ya besok. Biar kenal dengan Surabaya. Ia sudah  sepuluh tahun tidak di Surabaya.”

“Besok? Aku kan masih ngajar Ma sampai sore.”

“Gak bisa izin kah?”

Shafwan menggeleng. “Kasian muridku gak ada yang ndampingi belajar, Ma.”

“Aduh… kan bisa belajar sama guru lain..”

“Maaf Ma. Belum bisa kalau izinnya untuk jalan-jalan.”

“Ya deh  baiklah, setelah mengajar ya Shafwan, Atau malam sekalian dinner gitu.”

InsyaAllah. Shafwan usahakan.”

Wajah Shafwan terlipat. Ia pun melangkahkan kaki ke kamarnya, meninggalkan tamu bersama mamanya.

Ini pasti ulah Mama. Mau mencarikan jodoh untukku.

Usia Shafwan sudah mencapai kepala tiga, dan belum ada tanda-tanda untuk menikah. Mama Shafwan sudah resah, bertanya, mendesak lebih tepatnya, untuk mencari pendamping hidup.

Tiga bulan lalu, Mama menyerahkan foto dan biodata beberarap gadis, anak dari kenalannya. Tak satupun dari foto itu membuat Shafwan tertarik. Hal ini membuat Mama Shafwan sedih dan sempat sakit.

Lalu tibalah hari ini. Mama tak lagi membawakan foto dan biodata, tapi langsung membawa orangnya. Tak hanya itu, mama langsung menodong untuk nge-date.

Pening tiba-tiba melanda kepala Shafwan. Setelah masalah kotak makan Sofi, sekarang masalah jodoh dari Mama. Mana besok, Shafwan sudah ada janji nengok Prisca, muridnya yang sedang sakit typhus.

Shafwan menarik nafas panjang. Ia pun bersih diri dan menyegerakan salat maghrib.

***

“Shafwan, kamu mau ke mana?” Suara mama Santi menghentikan langkah Shafwan sejenak.

“Mau pengajian, Ma. Di rumah teman.”

“Tante Karin dan Renata tidak ditemani dulu? Minimal makan malam gitu.”

Mata Shafwan bingung hendak dilangkahkan ke mana kakinya. Ia melihat Casio hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sampai akhirnya ia memutuskan, “Baik, Ma. Tapi sepuluh menit lagi, Shafwan berangkat ya.”

“Gitu dong. Masa’ ada tamu cantik ditinggal pergi.”

Wajah Renata memerah, ia tersenyum simpul. Senyum itu tertangkap oleh mata bening Shafwan. Ia membalas senyum itu sembari menunduk. Hatinya sempat kebat-kebit oleh paras cantik Renata. Namun langsung memudar, berganti bayangan orang lain memenuhi benaknya.

Shafwan memejamkan matanya. Bayangan itu semakin tajam di benaknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love You, Om Ganteng
15305      3648     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
ETHEREAL
1138      495     1     
Fantasy
Hal yang sangat mengejutkan saat mengetahui ternyata Azaella adalah 'bagian' dari dongeng fantasi yang selama ini menemani masa kecil mereka. Karena hal itu, Azaella pun incar oleh seorang pria bermata merah yang entah dia itu manusia atau bukan. Dengan bantuan kedua sahabatnya--Jim dan Jung--Vi kabur dari istananya demi melindungi adik kesayangannya dan mencari sebuah kebenaran dibalik semua ini...
BOOK OF POEM
1832      562     2     
Romance
Puisi- puisi ini dibuat langsung oleh penulis, ada beragam rasa didalamnya. Semoga apa yang tertuliskan nanti bisa tersampaikan. semoga yang membaca nanti bisa merasakan emosinya, semoga kata- kata yang ada berubah menjadi ilustrasi suara. yang berkenan untuk membantu menjadi voice over / dubber bisa DM on instagram @distorsi.kata dilarang untuk melakukan segala jenis plagiarism.
Memoreset (Segera Terbit)
3094      1198     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
River Flows in You
642      359     6     
Romance
Kean telah kehilangan orang tuanya di usia 10 tahun. Kemudian, keluarga Adrian-lah yang merawatnya dengan sepenuh hati. Hanya saja, kebersamaannya bersama Adrian selama lima belas tahun itu turut menumbuhkan perasaan lain dalam hati. Di satu sisi, dia menginginkan Adrian. Di sisi lain, dia juga tidak ingin menjadi manusia tidak tahu terima kasih atas seluruh kebaikan yang telah diterimanya dar...
Kasih dan Sebilah Pisau
308      195     0     
Short Story
Kisah ini dibuat berdasarkan keprihatinan atas krisisnya kasih dan rapuhnya suatu hubungan. *** Selama nyaris seumur hidupku, aku tidak tahu, apa itu kasih, apa itu cinta, dan bagaimana seharusnya seseorang tersenyum saat sedang jatuh cinta.
If I Called Would You Answer
337      229     1     
Short Story
You called her, but the only thing you heard was ' I'm Busy '
Kenangan Masa Muda
5727      1617     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Let it go on
1082      763     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
The Spark Between Us
5492      2329     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya