Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lenna in Chaos
MENU
About Us  

Aku memercayai satu hal, bahwa Bandung adalah tuan rumah yang bijaksana. Ada perasaan mati rasa yang semakin menggunung. Perasaan itu menggerogotiku tanpa ampun namun aku hanya mampu menyandarkan diriku pada sudut-sudut kota dan cahaya lampu kota saat petang turun. Seisi kota memelukku dalam keheningan yang menahun. Aku berharap masih dapat merasakan sesuatu. Tapi tetap saja, aku tidak mampu merasakan apa-apa.

Terkadang ada beberapa bagian pekerjaanku yang membosankan. Menunggu balasan narasumber, menyalin beberapa transkrip wawancara, menyusun kata demi kata dan kalimat demi kalimat, serta berharap sesuatu yang besar terjadi. Akhir-akhir ini aku kebanyakan meliput kegiatan seni di Pusat Kebudayaan. Beberapa kolega di perusahaan mengajakku makan siang sambil mendengarkan mereka memaparkan rencana perusahaan mereka ke depan. Dalam lubuk hati, aku tau mereka berusaha untuk memikatku agar kelak aku mau meliput mereka.

“Lenna!” Maia dan Yuka tiba-tiba menyeret kursi mereka dan duduk di hadapanku.

Sekarang masih pukul 14.25 saat mereka berdua kembali dari Gedung Rumentang Siang. Keadaan kantor sangat sepi dan kantuk sudah terlanjur menguasai kedua mata saya sejak satu jam yang lalu. Aku mengadahkan kepala dan melihat mereka dengan tatapan malas, “Hmm?”

“Hei. Apa kamu bisa menggantikan saya untuk mewawancarai Pak Shaheer minggu depan? Ternyata di hari yang sama, saya harus pergi mendatangi kantor bupati. Saya takut nggak terkejar,” Maia menatapku dengan setengah memohon.

Aku menaikkan alis, “Siapa Pak Shaheer?”

“Oh, dia itu dosen ilmu sejarah dan pendiri Komunitas Bandung Tempo Doeloe. Tadinya saya ingin mewawancarainya dalam rangka ulang tahun Bandung tanggal 25 September mendatang. Mas Sultan minta dibuatkan artikel lengkap tentang hal itu. Kalau kamu bersedia, saya akan kirim kontaknya, ya. Saya juga sudah buatkan daftar pertanyaannya jadi kamu tinggal….,”

Refleks, aku menaikkan sebelah alis. “Tunggu. Tadi kamu bilang Shaheer? Shaheer siapa nama lengkapnya?”

“Shaheer Ali Nugraha.”

Aku segera menyembunyikan rasa keterkejutanku dengan berpaling menatap pekerjaan di hadapanku dengan wajah serius yang dibuat-buat. Untung saja baik Maia maupun Yuka tidak menangkap gelagat itu.

“Lenna kamu bersedia, kan?” Maia segera menyidik-nyidik air mukaku, namun aku masih memilih untuk tidak menggubris.

Yuka segera membuka mulutnya, “Lenna, kalau kamu marah pada saya gara-gara insiden di depan Gedung PTUN itu, ya, maafin saya, dong. Saya sama sekali nggak bermaksud apa-apa. Lagi pula, kamu sendiri yang malah pergi ninggalin saya. Makanya saya itu khawatir…,”

“Memangnya apa yang terjadi?” Maia malah balik bertanya.

“Berantem dia sama Nirvana,” jawab Yuka.

“Ah, yang benar? Kalian kenapa, Len? Jangan bilang ini soal cinta segitiga?” balas Maia tanpa ampun.

“Sudahlah. Baik. Tolong berikan saja alamatnya, ya, Mbak Mai,” potongku dengan sinis.

Keduanya hanya saling bertatapan dan mengangkat bahu. Mereka segera kembali ke meja masing-masing dan sibuk bergulat dengan deadline. Sementara itu, aku kembali teringat kejadian yang telah terjadi sangat lama. Seragam biru putih, siput, langit, tanah, ayunan, darah, dan sisa-sisa kenangan masa kecil yang selama ini telah menjadi duri di dalam hatiku.

 

*

 

Saat tiba di depan rumah Ambu, Wulan tersenyum patah padaku dan menggandengku masuk ke dalam. Hari itu, hujan turun dengan deras, menyisakan sisa-sisa kabut tipis di setiap inci halaman dan beranda rumahnya. Perempuan itu memintaku untuk duduk saat ia menyambar tungku dan menuangkan air panas dari ceret. Kemudian ia menghidangkan dua cangkir teh panas untuk kami berdua, seperti biasa.

“Gimana pekerjaan Kak Lenna?” tanya Wulan kemudian. Aku mengamati perutnya. Belum ada perubahan yang berarti. “Kantung matanya hitam banget. Kak Lenna pasti jarang tidur.”

“Capek. Rumit. Ya, begitulah.”

“Hei, apa ada yang terjadi?” tanyanya kemudian. Aku hanya tersenyum lalu menggeleng. Aku tidak ingin membuatnya khawatir. “Gimana kabar cowok yang menolongmu waktu demo dulu? Masih sering ketemu, kan?”

“Masih.”

“Gimana-gimana?” wajahnya begitu semangat ingin tahu kelanjutannya.

“Kadang-kadang, sih. Nggak ada waktu yang teratur bagi kami untuk ketemu. Ini tentang pekerjaan. Tapi kurasa kami lagi nggak sedang baik-baik saja.”

“Kak Lenna masih kepikiran Aksara?” cetusnya.

Aku memandangnya dengan tatapan lembut, “Hmm, masih. Tapi, nggak tahu kenapa nama itu semakin terdengar asing. Kayaknya dunia ingin aku benar-benar melupakannya.”

“Bagus, dong?”

“Mungkin. Aku sendiri lagi nggak punya pendirian apa-apa. Biarin sajalah dunia yang membawaku kemana saja yang dia mau.”

Wulan kemudian memintaku untuk menyeruput teh buatannya pelan-pelan. Rasanya hangat dan sedikit mengobati lidah dan tenggorokan yang kelu. Suara guruh dan hujan semakin menyatu di luar. Ada aroma tanah yang masuk menyusup melalui celah jendela yang terbuka. Tanaman-tanaman mawar yang tumbuh di taman samping rumah terlihat merunduk lesu. Aku izin menjenguk Ambu sebentar saja. Wulan mengizinkan.

Setelah mengetuk pelan pintu kamarnya di sudut lorong, kemudian aku masuk. Ambu masih terbaring. “Mbu, ini Lenna. Akhir-akhir ini hujan terus, ya, Mbu,” gumamku.

Seratus persen aku yakin Ambu bisa merasakan keberadaanku. Kemudian aku menciumi punggung tangannya. Memeluknya. Mencium kedua pipinya. Aku hanya ingin Ambu tau, bahwa setidaknya aku sangat ingin membuat Ambu sangat bahagia sekali lagi saja.  

 

*

 

Aku tiba di rumah pukul satu malam, di saat hujan baru saja berhenti, kabut mengisi seluruh kota, dan suhu udara di bawah rata-rata. Aku masih selamat dari gamparan sunyi kota yang sudah jatuh lelap. Aku juga masih selamat dari hantu-hantu kenangan yang bergentayangan di sudut kota. Gelap. Halaman rumahku gelap.

Di sofa ruang keluarga, aku mendapati seorang wanita menangis tersedu-sedu di antara remang cahaya. Botol wine, gelas pecah di atas lantai, dan Kamila.

Aku tidak tau apakah aku harus terus melenggang di hadapannya tanpa menoleh atau sebaliknya, bertanya mengenai apa yang baru saja terjadi kepadanya. Namun, aneh rasanya mendapati seorang wanita asing di dalam rumah selarut ini.

“Lenna,” gumamnya.

Aku menghentikan langkah tanpa enggan menoleh.

“Saya mencintai Papamu. Sungguh.”

Sesaat, aku teringat Mama. Mungkin Mama sekarang sedang terbalut selimut di atas ranjang kapuknya yang tidak begitu empuk sembari melamuni nasib sisa hidupnya yang tidak menentu. Melihat gelas pecah yang berserakan di atas lantai itu memperingatiku. Apa yang sudah dirusak, tidak akan kembali menjadi utuh.

Mengerikan. Akhir-akhir ini malam berlalu dengan sangat mengerikan.

***

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mr.Cool I Love You
135      119     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Salon & Me
4276      1328     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
140      108     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Palette
6169      2229     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Matchmaker's Scenario
1307      688     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
Love Like Lemonade
4553      1520     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
SILENT
5529      1660     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Blue Island
145      122     1     
Fantasy
Sebuah pulau yang menyimpan banyak rahasia hanya diketahui oleh beberapa kalangan, termasuk ras langka yang bersembunyi sejak ratusan tahun yang lalu. Pulau itu disebut Blue Island, pulau yang sangat asri karena lautan dan tumbuhan yang hidup di sana. Rahasia pulau itu akan bisa diungkapkan oleh dua manusia Bumi yang sudah diramalkan sejak 200 tahun silam dengan cara mengumpulkan tujuh stoples...
Our Different Way
5357      2060     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Potongan kertas
923      481     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...