Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dunia Alen
MENU
About Us  


Hancur sudah semuanya. Sama sekali tidak ada yang berjalan baik di rumah.
Renata memijat kepalanya, menatap ke langit-langit persegi. Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya? Apa selama ini usaha Renata benar-benar tidak berarti? Orang bilang, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Tapi apa ini? Setelah semua perjuangan Renata membesarkan kedua putrinya sebagai orang tua tunggal, salah satu di antara dua putrinya malah merasa ada kasih sayang yang tak sebanding. Kasih sayang yang timpang.
“Alen nggak akan apa-apa kan, Ma?” Alice mengalihkan perhatian Renata dari langit-langit persegi yang kosong. Renata berbaring di kamarnya, ditemani Alice yang duduk di tepian ranjang setelah keributan tadi. 
“Semoga nggak apa-apa.” Renata menjawab lirih. Ia berbaring menyamping, menatap punggung putri sulung yang membelakanginya. Rambut Alice hitam mencapai bahu. Dulu rambut itu menjuntai sampai ke pinggang, tapi Renata memutuskan untuk memotongnya. Renata tidak tahan melihat helaian rambut Alice berserakan di ranjang setiap kali membereskan kamar putri sulungnya itu.
“Ini salah aku.”
Renata bangkit. Ia beringsut lemas ke sisi Alice lalu duduk di samping putrinya dan menyandarkan kepalanya di bahu Alice. “Kamu bilang ini bukan salah siapapun.”
“Maksudku, Alen mengurung diri lagi di kamar. Salahku.”
Renata mengembuskan napas. Alen bergegas mengunci pintu, mengurung diri di kamar. Lagi. Setelah mendengarkan rentetan kata-kata Alice yang mungkin benar-benar menyakiti hatinya. Gadis itu kembali bersembunyi, mengabaikan panggilan Renata seperti saat pertama kali mengetahui kenyataan soal Galen. 
Renata khawatir tentu saja, tapi ia juga lelah. Untuk saat ini, Renata tidak ingin melakukan apapun. Mungkin begitu juga yang dirasakan Alen. Gadis itu pasti lelah.
“Kalau aku bisa lebih ngontrol emosi…”
“Sudahlah.”
“Kalau aku nggak bentak-bentak Alen tadi, mungkin dia nggak akan mengurung diri lagi.”
“Alice....” Renata mengelus puncak kepala putrinya “Kamu sendiri yang bilang sama Mama. Ini bukan salah siapapun. Mungkin Alen cuma butuh waktu untuk menenangkan diri. Dia pasti mau keluar besok.”
Ada benarnya, sedikit banyak ini salah Alice. Tapi Renata juga paham keadaan Alice. Putri sulungnya itu pasti ingin kondisi rumah kembali seperti semula secepatnya. Ia pasti ingin Alen sembuh secepatnya dan kembali menjadi Alen yang dulu meski tetap pribadi tertutup yang lugu. 
Renata memeluk putrinya, mengelus lagi rambutnya dengan lembut. Renata pernah dengar bahwa kerja sama yang baik antara ibu anak kelak akan memudahkan tujuan yang disusun tercapai. Orang sering menasehati Renata : kalau Renata gagal dalam pernikahannya, tak masalah. Pernikahan memang sesuatu yang sakral dan menjadi istimewa saat dilakukan sekali seumur hidup, tapi hubungan ibu dan anak jauh lebih sakral. Mantan suami atau istri ada, tapi tak ada yang namanya mantan anak. 
Jadi, jika Renata berhasil melalui badai di rumahnya dan memperbaiki keretakan antara dirinya dengan Alen, maka ia berjanji pada dirinya sendiri untuk membentuk kerjasama yang hebat bersama kedua putrinya. Membangun rumah yang nyaman sebagai tempat untuk berkumpul dan berlindung. Juga membentuk pilar yang kuat untuk mempertahankan hubungan mereka sebagai ibu dan anak.
#
Benar. Seperti yang Renata katakan kemarin malam, Alen keluar kamar keesokan harinya. Gadis itu mondar-mandir di rumah seolah tak pernah terjadi apapun. Wajahnya datar, dihiasi gurat lelah. Tubuh Alen yang sebelumnya kurus sekarang menjadi lebih kurus lagi. 
Renata tak melepaskan perhatiannya dari Alen. Ia bertanya beberapa kali apa Alen sudah minum obat atau belum, apa yang ingin Alen makan, apa Alen mau pergi ke sekolah atau tidak, tapi tak ada satu pun yang Alen jawab. Gadis itu memang menampakkan dirinya, tapi jiwanya seolah tak ada. Seperti ia tak pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan Renata. Seperti mayat hidup.
Tapi tak masalah. Semuanya akan segera berlalu. Lagi pula, Alen juga akan merasa lelah, kan? Dan selama Alen masih belum juga buka suara, Renata tak akan tinggal diam. Ia akan terus mengajukan macam-macam pertanyaan sampai Alen menjawab, setidaknya satu pertanyaan saja. 
“Hari ini Mama antarkan ke sekolah, ya?”
Alen bergeming. Gadis menyuap sarapannya, tampak tidak berselera. Setelah tiga suapa Alen berhenti. Ia meletakan sendok, lalu membawa piring ke dapur dan membuang sisa makanan ke wastafel. Renata memperhatikan. Ia mendengar suara keran dinyalakan, disusul oleh denting piring dan sendok yang dicuci.
Alen bergegas meninggalkan ruang makan yang merangkap sebagai dapur setelah selesai mencuci piring. Ia kembali ke kamarnya, lalu keluar lagi dengan menenteng cross bag-nya. Jaket merah yang selalu ia pakai setiap hari juga ikut ditenteng. Beberapa saat kemudian Alen meninggalkan rumah. Gadis itu pergi, mengenakan seragam sekolah tanpa pamit pada Renata, apalagi pada Alice.
“Ma…” 
Renata menoleh begitu Alice menginterupsi perhatiannya dari sosok Alen yang menghilang di balik pintu.
“Alen gak akan kenapa-kenapa, kan?”
Sebenarnya Renata juga takut. Ia sempat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa dilakukan Alen dalam kondisi kesehatannya yang tidak stabil. Apalagi Alen merasa tidak dicintai di rumah. Apa yang paling mungkin dilakukan seorang anak saat ia merasa tidak berharga dan tidak diperlukan di keluarganya? Minggat? Bunuh diri? Renata menggigil memikirkan semua itu. 
Meski begitu, Renata yakin, Alen bukan tipikal gadis dangkal yang mengatasi masalah dengan hal-hal semacam itu. Renata percaya putrinya masih akan memberikan kesempatan untuk sebuah penjelasan. Juga membukakan pintu untuk memperbaiki semua kesalahpahaman.
#
Ini sudah beberapa hari sejak insiden di ruang tamu. Teriakan marah Alice dan tuduhan-tuduhan gadis itu soal Alen yang terlalu merendahkan diri, juga kata-kata jahat tentang Alen yang terlalu sensitif dalam menyikapi segala hal sering terngiang di malam hari. Membangunkan Alen dari tidur yang sebenarnya tak pernah nyenyak. 
Malam ini pun begitu. Alen bangun dalam sekali sentakan.
Lo tuh terlalu sensitif. Nganggap diri lo sendiri rendah dan selalu berlebihan dalam setiap situasi. Ini itu dibikin sedih. Tapi itu salah lo sendiri. Salah lo nggak pernah cerita. Salah lo selalu tertutup. Lo bikin gue malu di sekolah. Banyak gosip yang beredar soal lo di kelas gue. Lo nggak pernah nganggap gue sama Mama ada, kan?
Ucapan itu yang menorehkan luka paling besar dalam diri Alen. 
Alen menyeka keringat yang merembes keluar di dahinya. Gadis itu menggapai gelas di nakas. Tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu yang tipis di sisi gelas. Sebuah kertas. Alen menarik kertas itu, membaca sesuatu yang tertulis di sana setelah meminum seteguk air. 
Alen, kalau nanti pagi kamu masih tidak ingin bicara dengan Mama dan Alice, tak masalah. Tapi jangan lupa untuk makan dan minum obat. Mama percaya kamu.
Wajah Alen berubah masam. Gadis itu melempar kertas pesan di tangannya setelah meringsekkan kertas itu dalam kepalan kuat. 
Apa semua hal bisa diselesaikan dengan maaf? Kalau begitu apa gunanya polisi, hakim, dan pengacara? 
Oke. Perasaan terluka Alen mungkin bukan sesuatu yang bisa dibawa ke pengadilan, tapi bukan juga sesuatu yang bisa diselesaikan dengan maaf saja. Maaf mungkin bisa menyembuhkan luka, tapi tidak menghilangkan bekas luka yang diberikan seseorang. 
Sewaktu Alice meneriaki Alen di ruang tamu, Renata tak mengatakan apa-apa. Bukankah sebagai ibu seharusnya Renata menengahi anak-anaknya? Atau setidaknya Renata menghentikan Alice. Sekali pun Renata tidak peduli dengan Alen, tapi ada baiknya Renata tidak membiarkan Alice meninggikan suara. Apa kata tetangga nanti? Sudah ada anggota keluarga yang gila, ada pula anggota lain yang temperamen. 
Alen tersenyum terpaksa. Keluarganya memang tidak bisa diandalkan. Dan tidak layak diandalkan. 
Alen merebahkan lagi tubuhnya di ranjang. Ia merasakan napasnya tenang dan lembut. Sementara itu, pikirannya berpacu. Potongan-potongan teriakan Alice terdengar lagi. Jelas, terasa sangat nyata, seperti Alice sedang berdiri di depan dan mengucap ulang semua kata-kata pedasnya pada Alen waktu itu. 
Sekoyong-koyong Alen merinding. Katanya, orang yang punya masalah dengan kesehatan mentalnya memang kesulitan mengendalikan pikiran, tapi sama sekali tak terbayangkan maksud dari kesulitan mengendalikan pikiran adalah dihantui berbagai hal yang tak patut ditakuti, seperti suara-suara yang menyakitkan. 
Tubuh Alen berguling ke samping. Ia memejamkan mata, tapi ketika kesadarannya hampir tenggelam dalam tidur, suara Alice muncul lagi. Alen tersentak. Ia bangun lagi, mengambil lagi gelas di nakas dan meminum isinya sampai tandas. Lelah, Alen melirik jam. Pukul 2 malam. 
Apa sekarang saat yang tepat untuk menyiksa Alen dengan suara-suara itu?
Alen menggigit bibirnya. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, meringkuk, kemudian mulai sesak oleh suara-suara dalam benaknya. Suara itu tak mau pergi. Suara Alice yang membentak dan menyakitkan, tiba-tiba bercampur dengan bayangan menakutkan.
Renata tersenyum sinis di belakang Alice, sedetik kemudian tertawa lepas. Renata tertawa. Senang sekaligus merendahkan. Alen meringkukkan badannya lebih dalam. Gadis itu menutup mata rapat. Tapi semakin rapat matanya, semakin jelas suara di benaknya. Ketika Alen menutup telinganya, tawa Renata mendominasi.
Lalu rasa takut merambat cepat.
Alen tak bisa begini. Gadis itu menyibak selimut yang menggulung seluruh tubuhnya. Jangan terlarut. Jangan terlarut. Alen harus tetap waras. Ya.
Alen kemudian meraih ponsel. Kalau Alen tak boleh tidur, tak masalah. Alen masih bisa melakukan hal lain untuk mengalihkan perhatiannya. Dibukanya sebuah aplikasi pemutar podcast. 
Di tengah-tengah siaran podcast yang Alen dengar, ada sesuatu yang menarik. 
Sakit hati itu seperti penyakit HIV yang mati jika inangnya mati.
Pertanyaan itu sektika muncul. 
Apa Alen akan baik-baik saja jika ia mati?
 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • juliartidewi

    bagus

    Comment on chapter Yang tidak diketahui
Similar Tags
Gino The Magic Box
4470      1383     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
NADI
6274      1726     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
671      472     1     
Short Story
Aku bukan langit, matahari, dan unsur alam lainnya yang selalu kuat menjalani tugas Tuhan. Tapi aku akan sekuat Ayahku.
Dendam
511      369     3     
Short Story
Dulu, Helena hidup demi adiknya, Kiara. Setelah Kiara pergi, Helena hidup demi dendamnya.
Are We Friends?
4279      1276     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Unexpected You
523      369     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Kepak Sayap yang Hilang
129      119     1     
Short Story
Noe, seorang mahasiswa Sastra Jepang mengagalkan impiannya untuk pergi ke Jepang. Dia tidak dapat meninggalkan adik kembarnya diasuh sendirian oleh neneknya yang sudah renta. Namun, keikhlasan Noe digantikan dengan hal lebih besar yang terjadi pada hidupnya.
My Dangerious Darling
4937      1810     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
NIKAH MUDA
2893      1057     3     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...
Love Al Nerd || hiatus
144      115     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta