Read More >>"> Bus dan Bekal (Your Haters) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bus dan Bekal
MENU
About Us  

Ruang musik adalah tempat yang pertama Mentari datangi untuk mencari teman-teman Raka. Hans, Dimas, dan Julio. Mendatangi tempat itu membuatnya teringat dengan Satria. Karena bisanya jika dirinya ke sana, tujuannya adalah mencari Satria yang telah kabur dari kelas. Memikirkan itu membuatnya berpikir, apakah ada Satria di sana? Mungkin cowok itu akan mengira Mentari mencarinya jika melihatnya di sana.

Mentari berhenti di ambang pintu, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Tidak terlihat satu pun member Xamei di sana. Ia memutuskan untuk pergi. Kantin adalah tempat yang selanjutnya Mentari kunjungi. Seharusnya itulah tempat yang pertama didatangi karena ini jam istirahat. Benar saja, mereka ada di sana. Tengah  mengobrol dengan tumpukan magkok yang sudah kosong di atas meja.

Jujur Mentari cukup malu mendatangi cowok-cowok itu. Ia menyesal menolak tawaran Angel untuk ditemani. Kalau mereka kenal dekat, mungkin ia tidak akan semalu ini. Masalahnya mereka hanya kenal nama. Namun, meski malu, Mentari nekat saja. Akan membuang waktu jika ia meminta Angel menemaninya dulu.

Mereka bertiga langsung menatap Mentari begitu cewek itu tiba di samping meja ketiganya. Jelas mereka menatap Mentari dengan tatapan bertanya. Dengan tenang, Mentari bertanya kenapa Raka tidak berangkat, dengan alasan ia bertanya karena ada urusan dengan cowok itu.

“Katanya lagi ada urusan,” jawab Dimas.

“Dia nggak bilang ya, urusan apa?” tanya Mentari lagi.

‘’Oh, nggak,’’ jawab Dimas lagi.

Mentari mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tersenyum. “Oke, makasih, ya.”

“Sama-sama. Urusan penting, ya?’’

“Iya, makanya gue sampe nyamperin kalian.” Mentari tersenyum lebar, yang dibalas tawa renyah oleh ketiganya. Setelah itu, Mentari pamit pergi pada mereka.

Mentari kembali ke kelas dengan wajah kusut masai. Iai sampai tidak makan siang dulu karena terlalu berambisi mencari informasi tentang Raka. Tiada informasi yang ia dapat, Raka pun tidak membalas pesannya. Ia butuh merenung untuk memikirkan apa lagi langkah selanjutnya.

Mentari tengah memakan bekalnya sambil melihat sosial media pada menit-menit terakhir pada jam istrirahat saat melihat unggahan instagram Quwela lewat. Untuk pertama kalinya setelah adanya kasus Satria, akun itu membuat unggahan lagi. Isinya video mereka tengah berlatih.

Banyak komentar positif tentang betapa senangnya penggemar band itu karena idola mereka sudah aktif lagi. Melihat komentar para penggemar band tersebut, Mentari jadi terpikirkan sesuatu, yaitu orang-orang yang tidak menyukai Quwela. Lebih tepatnya, orang yang tidak menyukai Satria. Mereka patut dicurigai, bukan?

“Ngel,” panggil Mentari pada Angel yang sedang serius membaca novel.

“Hemm?” sahut cewek itu.

Haters Satria yang lo tau siapa?”

Angel menoleh pada Mentari dengan kedua alis bertaut. “Gue nggak taulah kalo itu. Cek aja IG-nya. Gue pernah liat deh ada yang komen jelek di sana.’’

‘’Itu Raka.’’

‘’Iya?’’ Angel tampak terkejut.

‘’Iya, tapi sekarang udah dihapus, sih.”

“Apanya?”

“Ya, komennya.”

“Oh.” Seolah baru terpikirkan sesuatu, Angel menaruh novelnya di meja dan memandang serius pada Mentari. ‘’Oh, iya, orang kayak gitu kan patut dicurigai, ya. Jadi lo sekarang nyari haters-nya dia?’’

‘’Iya.’’ Mentari mengangguk. ‘’Lo ada saran terkait ini?’’

Angel mengangguk dengan bersemangat. ‘’Tanya sama temen-teman dia. Iqbal, Aldi, sama Rio.”

“Bener. Oke, thanks.

Sebenarnya Mentari ingin bertanya langsung pada mereka bertiga. Namun, berhubung mereka sedang bersama Satria saat itu, terpaksa ia menghubungi mereka lewat chat. Ketiganya pertama menyebut orang yang sama, yaitu Raka. Kemudian Aldi membalas lagi, teman Raka juga ada yang tidak menyukai Satria dengan alasan yang cowok itu sendiri kurang tahu. Namun, ia tahu kalau mereka bermusuhan karena mereka pernah berkelahi. Beberapa menit setelahnya Rio dan Iqbal menyebut nama Bram, yang merupakan murid sekolah lain. Ternyata dia orang yang Aldi maksud.

Mentari bertanya pada mereka bagaimana wajah Bram itu, siapa tahu mereka mempunyai kontaknya. Namun, lima menit menunggu pesan dari mereka, tidak satu pun dari ketiganya yang membalas. Bel tanda jam istirahat berbunyi beberapa saat kemudian. Tak lama setelahnya Satria masuk ke kelas, diikuti salah satu guru pada mata pelajaran saat itu. Mentari mau tak mau menyimpan ponselnya. Ia akan mencari tahu tentang si Bram itu nanti.

 

***

 

Media sosial adalah salah satu jalan kita mencari tahu tentang seseorang. Dan itulah jalan yang Mentari pakai untuk mencari tahu tentang Bram. Pertama-tama ia mengunjungi akun instagram Raka dulu, lalu mengetik nama ‘Bram’ di kolom pencarian. Ia langsung berseru senang saat menemukan satu-satunya akun yang memakai nama itu. Mentari langsung mengunjungi akun tersebut, dan melihat foto profil yang berupa foto wajah pemilik akun itu.

Ini … Mentari mengamati wajah itu dengan saksama. Ia pernah melihatnya. Tidak salah lagi. Itu teman Raka yang pernah ditemuinya saat di ruang musik. Yang hampir bertabrakan dengannya di ambang pintu.

Mentari men-screenshoot foto Bram, lalu mengirimkannya pada Aldi. Bertanya apakah orang itu yang cowok itu maksud. Ternyata memang dia.

Mentari melihat-lihat profil Bram. Melihat semua unggahan yang ada. Ia mengernyit melihat foto Bram yang memamerkan tato yang ada di lengan kirinya. Dilihat dari penampilannya, Bram lebih tua dari dirinya. Sepertinya sudah kuliah atau bekerja. Karena jika masih sekolah, ia tidak mungkin berani membuat tato yang cukup besar itu di tangannya.

 Mentari tak henti-henti mengernyit melihat foto-foto diri Bram. Bram berfoto memamerkan tatonya, memamerkan tindik di telinganya, juga memamerkan minuman yang seperti minuman keras dengan latar belakang sebuah bar. Meski semua fotonya diambil dengan epick dan ia akui Bram cukup tampan, tetapi melihat itu membuat Mentari mengecap cowok itu agak nakal. Seketika bayangan obat-obat terlarang melintas di pikiran Mentari. Apakah cowok itu mengansumsi itu juga?

Memikirkan itu membuatnya menghubungkan hal tersebut dengan kasus Satria. Cowok ini patut dicurigai.

Ia merasa perlu mengikuti akun itu, maka Mentari mengikutinya. Ia juga penasaran seberapa tidak sukanya cowok itu pada Satria. Kira-kira apa apa yang bisa ia lakukan untuk mengetahuinya? Jika menanyakannya, itu tidak mungkin.

Mentari memikirkan hal itu cukup lama. Kemudian ia kembali membuka ponsel untuk melihat akun Bram. Bram ternyata sudah mengikutinya balik.Namun, itu hanya sebentar, tak lama sesudahnya ketika ia melihat-lihat akun yang cowok itu ikuti, Bram malah membatalkan mengikuti akunnya. 

“Ih, kenapa?” tanya Mentari pada diri Sendiri.

Tak kehabisan akal, Mentari mendapat ide untuk melakukan cara lain. Ia akan mengirim pesan pada Bram lewat Direct Mesengger berupa permintaan di-follback. Mentari tidak harus menunggu lama sampai pesannya dibaca oleh Bram. Tak sampai satu menit terkirim, cowok itu langsung membacanya. Namun, ia tidak membalas atau menanggapi dengan apa pun. Pesan Mentari dibiarkan begitu saja.

Mentari mengernyitkan keningnya untuk entah yang keberapa kali malam itu. Kenapa?


 

***

 

“Aldi!” panggil Mentari pada Aldi yang tengah berjalan menuju gerbang sekolah. Cowok itu berhenti dan menoleh pada Mentari, sementara ia berlari menyusulnya.

‘’Kenapa?’’ tanya cowok itu.

“Gue mau ngobrol sama lo.’’

‘’Tentang Satria?’’ tebak cowok itu, yang diangguki oleh Mentari. “Btw, kalian nggak bareng berangkatnya? Biasanya kalo berangkat bareng.”  Aldi heran.

“Elo nggak dikasih tau, ya? Satria marah sama gue.”

“Hah?!” Aldi jelas terkejut. “Kenapa?”

Mentari menceritakan apa yang terjadi pada Aldi. Cowok itu diam mendengarkan selama ia menceritakan semuanya. Tentang rasa menyesal dan bersalahnya juga.

“Wajar sih dia marah. Elo lho yang kayak gitu. Gue yang pernah curiga Satria bohong juga lo nggak terima,” balas Aldi. Ia dan Mentari memutuskan duduk di depan taman yang dekat dengan pos satpam dulu.

“Iya, gue emang salah. Bodoh banget,” maki Mentari pada diririnya sendiri. ‘’Jadi, orang yang jelas nggak suka banget sama Satria itu Raka sama Bram itu? Apa ada lagi?”

“Setau gue cuma itu.”

“Kalo Bram itu kenapa nggak suka sama Satria?”

“Asal mulanya kurang tau jelas sih, gue. Cuma ada beberapa kali waktu kita nge-band di cafe si Bram itu ngerusuh. Apa ya? Entah apa deh yang buat dia nggak suka sama Satria. Dia yang rese dan kali waktu mood Satria yang nggak bagus buat mereka berantem. Dia yang notabenanya temannya Raka buat sesekali kami ketemu sama si Bram itu. Si Satria juga makin nggak suka sama dia dan bawaannya tuh anak pengen bales terus omongan nggak sopan Bram padahal lo tau sendiri kan Satria itu agak sabar orangnya, dan nggak suka cari ribut.”

“Lo nggak tanya kenapa Satria kayak gitu?”

“Justru kita males tanyanya, karena Satria keliatan mood-nya jelek banget kalo abis ketemu Bram. Terus kalo ditanya dia banyak diemnya, kalo nggak nyuruh kita nggak balas hal itu.”

Mentari mengangguk mengerti. Itulah kenapa Satria tidak memberi tahu Aldi dan yang lain kalau sedang marah padanya. Kalau sudah seperti itu, berarti Satria benar-benar marah dan membahas hal tersebut sungguh membuat suasana hatinya berantakan.

“Selain sama Bram, Satria pernah berantem siapa lagi, gitu, nggak? Kalo Raka nggak usah disebut, ya.”

“Setau gue cuma itu.”

Aldi menatap Mentari yang tampak sedang memikirkan sesuatu. Sebenarnya ia ingin kembali ke kelas karena ada PR yang belum ia selesaikan. Namun, demi membantu Mentari yang artinya juga membantu Satria, ia rela menunggu dulu, apa yang bisa dirinya lakukan untuk membantu mereka.

“Menurut lo, Al … masuk akal nggak, sih, kalo gue nyurigain yang jebak Satria itu orang yang nggak suka sama dia?”

“Masuk akal. Ya, emang dia nggak, sih? Maksudnya, ya orang yang nggak suka sama Satria itulah pelakunya. Karena kalo bukan siapa lagi? Nggak mungkin orang iseng. Mana ini di sekolah, lho.”

“Berarti juga orang itu ngerencanainnnya mateng-mateng, ya?”

“Jelas. Dia nyuri kesempatan waktu kelas dan pelataran sekolah lagi sepi karena lagi pada ngumpul ke GSG.”

Benar. Mentari bisa-bisanya baru menyadari hal itu sekarang.

‘’Oh, iya.’’

Mentari menatap Aldi dengan penasaran karena cowok itu tampak tengah terpikirkan sesuatu.

‘’Buat nyari siapa aja yang nggak suka sama Satria yang kemungkinan pelakunya, kayaknya lebih baik  tanya sama Satrianya langsung, deh. Dia pasti lebih ngerti, kan ?’’

‘’Iya, sih, tapi mengingat situasi sekarang … ‘’ Mentari menggantung kalimatnya.

‘’Iya, paham. Nanti gue coba tanya dia, ya. Oh, iya, Satria jelas lagi nyari pelakunya juga. Jadi, menurut gue, dia udah menduga siapa yang jebak dia itu.’’

‘’Bener. Pasti dia udah punya gambaran. Btw, makasih ya udah mau nyanyain ke Satria.”

“Lo coba temuin Satria lagi, gih. Lebih mudah kalo kalian kerja bareng.”

Mentari mengembuskan napas pelan dengan wajah murung. Ia mengangguk tanda menyetujui perkataan Raka itu. ‘’Nanti gue mau coba ke rumahnya,’’ tekad Mentari.

‘’Jangan dengan tangan kosong, Ri,’’ canda Aldi, dan sukses membuat Mentari tertawa.

‘’Tenang, nanti gue bawain bingkisan

 

***

 

Mentari jarang sekali masak. Biasanya ia masak jika mamanya tidak ada di rumah dan tidak ada makanan yang bisa dimakan di dapur. Namun, malam ini walaupun tersedia sayur dan lauk buatan mamanya ia memutuskan memasak sayur lagi karena akan ia jadikan bahan untuk menemui Satria.

Mamanya sempat bertanya kenapa ia masak sayur lagi padahal sayur yang beliau masak massih ada, dan Mentari menjawab ia ingin saja. Kemudian karena ia masak agak banyak, ia kan membaginya dengan Satria. Sambil mengucap doa semoga yang menyambutnya adalah Satria, ia pergi ke rumah cowok itu. Ia mendadak lesu saat yang membalas sahutannya adalah ibunya Satria.

“Satrianya ke mana, Tante?” tanyanya sambil menyerahkan bungkusan berisi sayur.

“Udah tidur, Ri. Tadi sebelum ke sini Tante kan ngelewatin kamarnya.’’

‘’Oh, pantes.’’

Baiklah. Meski diberi tahu seperti itu pada ibu Satria sendiri, Mentari agak tidak percaya. Pasalnya lampu kamar cowok itu masih menyala. Sekarang juga masih jam delapan. Sepertinya cowok itu ketiduran, atau … pura-pura tidur?

Mentari pulang ke rumahnya dengan bahu lesu. Ia membanting tubuhnya di kasur, lalu membuka ponsel dengan harapan mendapat notifikasi pesan dari Satria. Sayang tidak ada. Namun, ada satu pesan yang membuat matanya berbinar. Pesan dari Raka. Cowok itu menjawab apakah Mentari masih mau bertemu dengannya. Mentari langsung membalas bahwa masih, dan Raka bilang mereka bisa bertemu besok pada jam istirahat di perpustakan sekolah mereka.

Waktu dan tempat telah sudah ditentukan. Keesokan harinya Mentari bertanya lagi pada Raka untuk memastikan mereka bisa bertemu di hari yang sudah ditentukan. Tidak ada hambatan baik dari Raka maupun Mentari untuk mereka bertemu.

Mereka berjanji akan mengabari jika sudah ada di perpustakaan. Mentari tiba lebih dulu. Sengaja tidak memakan bekal dulu untuk lekas ke sini karena tak ingin Raka yang menunggunya. Sebaliknya, dialah yang harus menunggu cowok itu. Mentari menunggu sekitar lima menit, barulah Raka muncul dari balik rak buku dan duduk di kursi dengan meja panjang yang berhadapan dengannya.

‘’Udah lama?’’ tanya cowok itu basa-basai.

Mentari menggeleng. ‘’Nggak,’’ jawabnya. Meski tidak mungkin ada yang menguping pembicaraan mereka, Mentari ingin menjaga intonasi suaranya. ‘’Langsung aja ya, Rak, gue sempet terhasut omongan lo dan curiga Satria bohong. Gara-gara itu Satria marah sama gue. Tenang, gue nggak nyalahin lo, tapi diri gue sendiri. Sekarang gue mau tanya, lo tau sesuatu tentang kasusnya Satria, ya?’’

Dengan raut wajah yang tenang seperti biasa, Raka tersenyum. “Apa lo mencurigai gue sebagai pelakunya?’’

‘’Ya, kalo bukan lo pelakunya, lo tau siapa pelakuya,’’ balas Mentari.

‘’Kenapa?’’

‘’Karena … lo terlalu sibuk ikut campur masalah Satria ini, Rak. Lo bukan siapa-siapanya Satria, iya, lo nggak suka sama dia. Tapi dengan lo ngehasut gue, buat gue menduga dengan pasti lo tau sesuatu tenang kasus itu. Lo … kayak lagi pengen nyampaiin sesuatu lewat hasutan, pertanyaan, dan semua yang lo bilang sama gue itu,’’ jelas Mentari. Kalau ia tidak salah lihat, dirinya melihat perubahan di wajah Raka. Wajah cowok itu berubah serius.

Raka tampak menimbang-nimbang dulu sebelum menjawab Mentari. Dengan sabar Mentari menunggunya bicara.

“Bener, gue tau sesuatu tentang kasus Satria. Bukan gue palakunya, tapi gue tau yang jebak Satria siapa.”

Mendengar itu, jantung Mentari seketika berdetak dua kali lebih cepat. Ia memandang Raka dengan lekat. “Siapa?” tanyanya.

“Gue mau ngasih tau, kalo Satria sendiri yang tanya sama gue.’’

‘’Ken---‘’

‘’Oke, kalo gitu, Rak. Gue bakal tanya sama lo.”

Baik Mentari dan Raka jelas terkejut dengan kedatangan Satria yang tiba-tiba. Mereka berdua memandang Satria seolah ia alien yang muncul tba-tiba dari rak buku.

Satria duduk di samping Raka. Ia memandang Mentari, dan tersenyum ramah seperti sebelum-sebelumnya.

 



 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
The Legend of the Primrose Maiden
770      410     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Manuskrip Tanda Tanya
4310      1438     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
BELVANYA
306      207     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Too Sassy For You
1379      619     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
Different World
697      367     0     
Fantasy
Melody, seorang gadis biasa yang terdampar di dunia yang tak dikenalnya. Berkutat dengan segala peraturan baru yang mengikat membuat kesehariannya penuh dengan tanda tanya. Hal yang paling diinginkannya setelah terdampar adalah kembali ke dunianya. Namun, ditengah usaha untuk kembali ia menguak rahasia antar dunia.
KSATRIA DAN PERI BIRU
141      118     0     
Fantasy
Aku masih berlari. Dan masih akan terus berlari untuk meninggalkan tempat ini. Tempat ini bukan duniaku. Mereka menyebutnya Whiteland. Aku berbeda dengan para siswa. Mereka tak mengenal lelah menghadapi rintangan, selalu patuh pada perintah alam semesta. Tapi tidak denganku. Lalu bagaimana bisa aku menghadapi Rick? Seorang ksatria tangguh yang tidak terkalahkan. Seorang pria yang tiba-tiba ...
Hidden Hearts
136      110     2     
Romance
Nara dan Zian, dua remaja dengan dunia yang berseberangan, pertama kali bertemu saat duduk di bangku SMA. Nara adalah seorang gadis pendiam yang gemar menulis cerpen, sementara Zian adalah sosok populer di sekolah yang penuh pesona. Takdir mempertemukan mereka saat kali pertama Nara menginjakan kakinya di sekolah dan saat itu pula Zian memperhatikannya. Pertemuan sederhana itu menjadi awal dari p...
She's (Not) Afraid
1712      765     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Mencari Cinta Suamiku
556      287     2     
Romance
“Mari berhenti melihat punggung orang lain. Semua yang harus kamu lakukan itu adalah berbalik. Kalau kamu berbalik, aku ada disini.” Setelah aku bersaing dengan masa lalumu yang raganya jelas-jelas sudah dipeluk bumi, sekarang sainganku adalah penyembuhmu yang ternyata bukan aku. Lantas tahta apa yang tersisa untukku dihatimu?.
Story of April
1695      702     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…