Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 35: SESAK) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Di gedung besar di antara riuhnya penggila game online, perempuan dengan jaket parka berwarna biru tua berusaha memisahkan diri dari sana. Selain ingin menelepon temannya, ia juga merasa sangat lapar. Restoran di depan gedung ini menjadi pilihan yang tepat untuknya.

Halo El?

Seseorang menyahut dari di ponselnya. Elfina tersenyum, kala suara laki-laki itu menari di telinganya. Perihal perasaan memang tidak ada yang tahu selain dirinya dengan Tuhan. “Tumben kamu enggak ikut turnamen?” tanyanya.

Enggak, ah! ML game bocah! Laki-laki di seberang sana terkekeh, membuat dirinya tidak bisa menahan untuk tidak mengembangkan senyum.

“Bocahan mana sama main Hago?” timpal Elfina membuat dia kembali terkekeh.

Hago obat gabut, ML obat bucin, PUBG obat pusing, Free Fire obat lapar! Sepertinya laki-laki di seberang sana memang hobi tertawa, pasalnya diujung kalimatnya selalu ada kikikkan.

“Kalo aku obat apa?” tanya Elfina.

Obat sepi. Dia kembali tertawa, sementara dirinya membeku berharap apa yang diucapkan olehnya bukanlah gurauan.

Canda!

Elfina terperangah. “Serius juga enggak apa-apa.” Aku ngarep banget loh, Hatinya melanjutkan.

Apa?         

Elfina jadi salah tingkah bahkan gelagapan. “Enggak kok, enggak ada, ya aku hanya bosan aja. Aku kira ada kamu dan teman-temanmu yang itu, yah kalo tahu gini aku gak bakalan ke sini.”

Kamu lagi di gedung?

Elfina tidak menggubris ucapan temannya itu, tatapannya terarah pada kumpulan orang yang mengerumuni sesuatu di persimpangan. Bahkan, orang-orang yang mengendarai kendaraannya pada turun untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana.

“Ge, aku tutup dulu ya, dah.” Elfina segera berlari memecah kerumunan orang yang memenuhi jalan persimpangan, ia bisa mendengar salah seorang yang sedang bercakap dengan pihak rumah sakit.

Saat netranya menangkap seseorang yang tergeletak dengan lumuran darah memenuhi sekitar kepalanya, sontak dia terkejut dan merasa tidak percaya. Orang yang kini tergeletak di hadapannya, merintih menahan sakit, matanya tampak berkaca-kaca sebagai pelampiasan rasa sakit yang menderanya. Tanpa berpikir lama, ia menghampiri orang itu dan berjongkok di sampingnya. Ia mengangkat kepalanya agar tidur di pangkuannya, ditatapnya dia dengan tatapan penuh pilu.

Orang itu tampak kesulitan dalam berucap, segera Elfina mendekatkan telinganya ke mulut dia.

“A-a-ku me-ne-mu-kan ja—wa-ban—nya, ku—ha-rap, me—re-ka, ti-dak, me-nge-ta—hu-i se-be—lum, i-bu-ku, sem—buh.” Ucapnya terpatah-patah, membuat Elfina mengernyitkan dahinya. Detik berikutnya, orang itu tersenyum, lalu tak sadarkan diri.

Elfina panik. Ia berusaha membangunkan dia dengan menepuk-nepuk kecil pipinya, berharap orang yang tidak asing dimatanya ini tersadar. “Regan!” serunya. Ia masih mengingat nama salah satu temannya Gema ini.

Tak lama dari itu, ambulans datang mengangkat Regan ke kasur roda dan memasukannya ke mobil. Saat pihak dari rumah sakit menanyakan ada hubungannya dengan Regan, Elfina langsung menganggukkan kepalanya. Ia ikut mengurusi apa yang menimpa kepada temannya ini.

Elfina izin kepada petugas rumah sakit untuk mengecek barang-barang yang berada di tas selempang Regan. Begitu menganggukkan kepalanya, Elfina membukanya dan mendapatkan data, ponsel serta buku bersampul hitam. Dibacanya data tersebut, lalu beralih ke buku bersampul hitam itu.

Di halaman awal hanya ada sepenggal kisah, tapi ketika berada di tengah-tengah halaman, Elfina tertegun memandangi tulisan itu. Hatinya tergores!

Tuhan, berilah keajaiban untuk surgaku,

Dimanakah aku harus berpijak untuk menemukan orang yang bisa menolong ibuku, beliau kritis, beliau membutuhkan jantung. Berilah aku jawaban…

Seketika mata Elfina membeliak, mungkinkah ini yang dimaksud dengan ucapan Regan beberapa menit yang lalu. Dia sedang mencari jawaban atas kalimat ini, dan jawabannya adalah dirinya sendiri. Elfina kembali membuka lembaran baru dan hatinya kembali menggebu.

Kak, apa bisa keluarga kita kembali seperti semula?

Mudah-mudahan, Ris.

Elfina kembali ingat dengan gadis SMP yang merupakan adiknya Regan. Begitu Sampai di Rumah Sakit Sentosa, Regan langsung ditangani dokter di sana. Kepada perawat yang turut menangani Regan, Elfina mengutarakan pesan dari temannya itu. Bahwa dia ingin menyelamatkan ibunya yang terbaring lemah di Rumah Sakit Sejahtera, dengan mendonorkan jantung kepadanya.

Pakaian Elfina berselimut darah, hatinya terus menggebu tidak menyangka dengan apa yang terjadi hari ini. Meskipun hanya sekali ia bertemu, betapa menyesakkan keadaan ini, keadaan yang menimpa temannya ini membuat tubuhnya bergetar.

Saat dokter yang menangani Regan keluar, Elfina segera menghadapinya.

“Teman kamu sudah tidak bisa diselamatkan lagi, tubuhnya mengalami banyak benturan, apalagi di bagian kepalanya. Tengkoraknya retak, sehingga terjadi pendarahan. Namun, jantungnya masih bekerja dengan baik. Dan, setelah mendengar kabar dari perawat, kami membantu pasien dengan alat bantu pernapasan agar detak jantungnya berpacu dengan baik. Kami akan segera melapor ke pihak Rumah Sakit Sejahtera, dan kami akan segera membawa pasien ke rumah sakit tersebut.”

Elfina membeku, mulutnya tidak bisa berkata apa-apa. Matanya kembali menjatuhkan air matanya, tubuhnya merasa lemas. Beginikah rasanya kehilangan? Sangat sesak!

O0O

Risma dan Bi Surti merasa tidak tenang, pasalnya Regan belum juga kembali. Beberapa menit yang lalu, Bi Surti membeli makanan untuk Risma, tapi kondisi seperti ini membuat gadis belia itu kehilangan nafsu makannya.

“Dengan keluarga Ibu Anita?” Bi Surti segera mengangguk, Dokter Adrian menyuruhnya untuk masuk ke ruangannya sementara Risma hanya menatap kebingungan.

Beberapa menit Risma menunggu, akhirnya Bi Surti kembali dan langsung mendekapnya dengan begitu erat. Bi Surti menceritakan bahwa ibunya akan segera mendapatkan donor jantung. Mendengar hal itu, Risma tersenyum merekah, wajah yang sedari tampak murung kini berseri kembali.

“Bi, tapi, Kak Regan kenapa belum kembali. Dan aku lupa enggak bawa hape untuk meneleponnya. Eh, Bi, tapi siapa pendonor jantung untuk ibu?”

Bi Surti menggelengkan kepalanya, saat dirinya bertanya ke dokter, beliau tidak memberitahunya. Tapi, yang jelas ibu Anita akan kembali sehat seperti dahulu. Setelah mendapatkan kabar bahagia ini, nafsu makan Risma membaik. Ia langsung melahap nasi goreng yang dibeli Bi Surti untuknya.

Beberapa saat kemudian, Dokter Adrian memberi kabar bahwa operasi pencangkokan jantung segera dilakukan, beliau meminta agar Risma dan Bi Surti berdoa supaya operasi ini lancar dan berhasil. Risma sangat tidak tenang, kenapa kakaknya belum juga tiba, ingin sekali ia mendekapnya dan melukis masa yang akan dilaluinya setelah ibunya kembali pulih.

“Kak Regan pasti datang.” Bi Surti memberi semangat kepada Risma, tapi tetap saja hal itu tidak membuatnya tenang.

Operasi ini menghabiskan waktu sekitar empat jam, selama empat jam Risma dan Bi Surti terus berharap kepada Tuhan untuk kelancaran semuanya. Dan selama ini kakaknya belum juga muncul, kemana Kak Regan? Oh, Tuhan!

Pukul dua belas malam, operasi pencangkokkan jantung akhirnya berjalan dengan lancar. Saat Dokter Adrian kembali dari sisi ruangan yang lain, Bi Surti dan Risma menghadapnya. Ada seberkas cahaya dalam wajahnya, tapi tidak begitu terang seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan.

Segera mereka berlari menuju ruangan di mana ibu Anita di operasi, begitu bahagianya Risma dan Bi Surti melihat ibu Anita akan kembali sembuh dan menjalankan aktifitas sehari-harinya. Saat perawat keluar dari ruangan itu, lagi-lagi keduanya menanyakan sang pendonor, tapi jawabannya tetap sama. Bisa menemui saat ibunya sudah sadarkan diri.

Kak, kita akan mengukir kenangan indah lagi bersama ibu. Untuk ayah, aku harap engkau kembali,....

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pasha
1121      483     3     
Romance
Akankah ada asa yang tersisa? Apakah semuanya akan membaik?
Anne\'s Daffodil
586      398     3     
Romance
A glimpse of her heart.
Just Another Hunch
425      285     3     
Romance
When a man had a car accident, it\'s not only his life shattered, but also the life of the ones surrounding him.
Yang ( Tak ) Di Impikan
505      376     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
Tumpuan Tanpa Tepi
7985      2706     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Love is Possible
110      104     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Just Me [Completed]
26774      2773     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Tinta Buku Tebal Riri
494      318     0     
Short Story
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan kejadian, nama dan tempat hanyalah kebetulan semata. NB : picture from Pixabay.com
Throwback Thursday - The Novel
14562      2131     11     
Romance
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.
Adelia's Memory
472      299     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?