Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 26: INSIDEN 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Awalnya Ninda, Ana, dan Evi hendak beraksi untuk menjatuhkan gadis mistis di istirahat pertama. Namun, mereka urung karena keterkejutan yang luar biasa. Naila, gadis yang hendak dibully tiba-tiba saja datang dan menahan Regan beserta kedua temannya yang hendak pergi ke kantin. Dengan wajah dinginnya, Naila menyodorkan pakaian ke arah Regan.

“Terima kasih,” ujarnya saat Regan menerima pakaiannya yang kemarin ia pinjamkan.

Mereka bertiga juga terkejut, atas kehadiran Naila di kelas IPS. Hati Ninda menggebu, menimbulkan api yang membara. Dengan sorot mata yang tajam, Ninda menghampiri Naila dan langsung mendorong tubuh Naila hingga mundur beberapa langkah dari hadapannya.

“Lo itu ya, udah nyari gara-gara lagi sama gue. Pasal jus aja, gue belum maafin dan sekarang lo deketin pacar gue. Mau lo apa sih!” Ninda akui tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Regan dan Naila, adegan tadi merupakan asupan negatif untuk pikirannya.

Ulah mereka berhasil mengundang beberapa siswa yang tengah berisirahat. Ada yang sibuk merekam, ada yang turut mencibir Naila, ada juga yang hanya menyaksikan perdebatan mereka layaknya menonton teater.

Regan terdiam. Ia bingung harus melakukan apa, di sisi lain Regan kasihan sama Naila. Baginya, usaha Naila untuk membuat ibunya tersenyum adalah hadiah terindah. Di sisi lain, Ninda adalah pacarnya. Salahnya, Regan mendukung usaha balas dendam Ninda waktu itu.

“Gan, kok baju kamu bisa ada di tangan dia sih?” seru Ninda berapi-api. Regan hanya terdiam memandang Ninda yang tengah menatapnya tajam. “Sini!” Ninda merebut pakaian yang bertengger di tangan Regan. “Biar aku yang nyuci.”

“Ta-pi itu udah dicuci kok,” ujar Naila.

Ninda menoleh ke arah Naila. “Gue gak peduli, lagian lo ngapain masih di sini. Udah pergi sana!” usir Ninda.

Setelah itu Ninda menyeret tubuh Regan untuk kembali ke kelasnya. Orang-orang yang sebelumnya berkemul di depan kelas IPS 1 mulai berhamburan kembali ke aktivitasnya masing-masing. Begitu juga dengan murid kelas IPS 1 yang meninggalkan Ninda dan Regan berdua di kelas.

“Gan, jawab pertanyaanku!” pintanya.

Regan menghela napas pendek. “Kemarin saat di hukum dia kembali ke sekolah dan membantuku menjalankan hukuman. Karena pulangnya udah hampir malam, dan gak mungkinkan ada angkutan apalagi saat hujan. Ya udah aku ajak dia ke rumah, kalo dia sakit siapa yang dimarahin, aku juga. Kamu tenang aja, aku tetap mencintaimu, kok.” Regan menjelaskan dengan tenang. “Aku minta maaf ya?”

Ninda memutar bola matanya malas. Bukannya membaik, setelah mendengar penjelasan Regan rasa cemburu semakin memburu, dan rasa untuk menjatuhkan Naila semakin memuncak. “Kamu tau kan, aku benci sama dia. Dan aku cemburu saat kamu bilang kasihan sama dia.” Ninda duduk di bangkunya dengan ekspresi penuh emosi.

Regan merangkul Ninda dan hendak mencium keningnya. Namun, Ninda mendorong tubuh Regan kesal, sekesal-kesalnya. “Ini sekolah.”

“Aku minta maaf ya?” mohon Regan masih merangkul Ninda.

“Iya, tapi kalo seperti itu lagi kita udahan aja,” tegas Ninda.

Seketika hati Ninda menggebu kala mulutnya melontarkan kalimat mengerikan itu. Ninda mengaku, putus dari Regan bukan hal yang diinginkannya. Terlalu indah, jika kisah cintanya selesai hanya karena gadis mistis itu. Mulai dari sini, Ninda bertekad untuk terus menjatuhkan Naila bagaimanapun caranya.

“Janji!” balas Regan seraya mengecup pelipis Ninda, lalu tersenyum dengan maksud untuk mencairkan suasana yang mendadak panas ini. “Ya udah siniin bajunya.”

“Aku enggak mau ada sidik jari dia di baju kamu,” ungkap Ninda yang masih jelas betapa kesalnya atas kejadian barusan.

Regan terbelalak. “Owh, kamu posesif banget sekarang. Tambah cinta, deh! Ya udah, kita ke kantin yuk. Aku lapar, kamu juga, kan?”

Ninda mengangguk.

Setelah itu, mereka pergi ke kantin bersama. Mengabaikan tatapan orang-orang yang menyorot kepadanya, bahkan samar-samar kejadian tadi mulai menyebar dan menjadi makanan mulut mereka yang kelaparan. Ninda memutar bola matanya malas dengan pemandangan seperti ini.

“Halo sweet couple,” sambut Gema dengan nada mengejek. “Kalian mau pesan apa, biar gue aja yang pesanin, kayaknya lo berdua butuh rileks.”

“Gak usah!” kata Regan. “Kamu, mau pesan apa?” tanya Regan kepada Ninda.

“Aku pengen, es teh sama bakso aja,” jawab Ninda datar.

Segera, Regan pergi untuk memesan makanan yang disebutkan Ninda. Perasaan Ninda masih belum tenang, meskipun hanya sebatas adegan memberikan hatinya tetap tidak terima apalagi penjelasan Regan menyulut rasa cemburunya. Semua itu didasari oleh rasa benci yang sudah tumbuh saat kejadian jus tumpah. Dari sana Ninda sudah benci kepada Naila, dan tadi, lengkap sudah tingkat kebencian Ninda terhadap Naila.

“Heh, kan gue udah bilang, game yang lo berikan untuk Regan itu hanya memperkeruh keadaan saja. Buktinya sekarang, lihat,” celetuk Gema berhasil membuat Ninda dan Rama terbelalak bersamaan. Refleks, tangan Rama menjitak kepala Gema yang juga terkejut atas keceplosannya.

Gema membeku begitu juga Rama. Gema baru sadar, kalo di antara mereka ada Ninda. Sekarang kekasih Regan sedang menatap mereka dengan ekspresi yang sulit untuk dideskripsikan.

“Apa lo bilang? Jadi dasarnya Regan mencintai gue karena sebuah permainan?” Rama dan Gema membeku, sementara Ninda sudah bangkit dari bangkunya pergi meninggalkan mereka.

“Ninda! Bukan begitu, lo salah paham!” teriak Rama. Detik berikutnya, ia sangat geram terhadap Gema yang tiba-tiba gelagapan.

Teriakkan Rama mengundang beberapa pasang mata untuk melihat ke arahnya, termasuk Regan yang telah membawa pesannan Ninda. Penasaran, Regan menatap kedua temannya yang kebingungan.

“Ninda—”

Regan berlalu dari hadapan Rama dan Gema dengan perasaan yang tidak menentu. Regan mencari keberadaan Ninda, tapi tidak berhasil ia temukan, bahkan di kelas pun tidak ada. Hari ini Regan benar-benar frustrasi. Kekuatan nuraninya terus tergores dengan kejadian-kejadian sepele yang menimbulkan kesalahpahaman. Sekarang, kekasihnya pergi entah kemana. Apa yang telah diperbuat oleh kedua temannya hingga dia pergi begitu saja.

Ingin sekali Rama menjitak lagi kepala Gema. Sebenarnya tidak salah untuk mengungkapkan hal itu, tapi situasinya sedang tidak tepat. Mereka memutuskan untuk menemukan Regan, dan berhasil. Regan tampak frustrasi, bahkan sampai menendang pintu kelasnya yang membuat orang ngeri melihatnya.

“Gan, plis.” Rama berusaha untuk menghentikan Regan melakukan yang bisa mengundang orang-orang. Rama menyeret Regan untuk masuk ke kelasnya. “Gan, lo tenang dulu, ini tidak sengaja. Gema tidak sengaja, plis.”

Regan menatap tajam ke arah Gema. “Jadi lo yang ngancurin hubungan gue! Lo ini teman gue atau bukan, bangs*t!” Regan berontak, satu pukulan berhasil mendarat di wajah Gema dan membuatnya terjerembap. Rama dan beberapa orang di sana terkejut bukan main atas apa yang dilakukan oleh Regan kepada Gema. Melihat hal itu, Rama berusaha untuk melerai mereka berdua.

Gema ikut berontak, mungkin karena pukulan Regan emosinya tersulut. Ia berusaha untuk membalas perlakuan Regan, tapi anak kelas IPS berusaha menahannya. Perempuan yang berada di kelas membeku tidak mengerti sekaligus tidak percaya mereka berdua yang dibilang akrab bertengkar seperti ini.

“Eh, anji*g, selama lo pacaran, lo berubah, seharusnya lo sadar apa yang lo lakuin itu egois!” Gema benar-benar lepas kendali, dalam sekejap mata apa yang namanya teman hancur begitu saja.

“Gue gak peduli, lo bukan teman gue lagi!” ujar Regan final, setelah itu ia pergi dari kelas tidak peduli dengan sorot mata mereka yang terus mengekorinya.

Rama yang berada di antara mereka menghela napas kasar, ia tidak menyangka ending dari pertemanannya seperti ini. Andaikan jika Gema tidak ceroboh dalam pengucapan, dan Regan tidak buru-buru memanjakan emosinya, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Ia menghampiri Gema yang sudah duduk dibangkunya.

“Lo gak dengar, semuanya sudah berakhir. Jadi enggak usah bujuk gue,” ujar Gema.

“Tapi bukan berarti pertemanan gue dan lo berakhir.” Gema sibuk memegangi bibirnya, yang berdarah akibat pukulan Regan tadi.

Rama menghela napas pendek. “Gue gak nyangka akan seperti ini, gue—”

“Bodo amat, lagian gue udah muak lihat mereka yang jelas-jelas menjadi benalu dalam pertemanan ini, maksudnya mantan pertemanan.” Gema mengoreksi ucapannya.

“Jangan bilang lo serius ngomong gitu,” tegur Rama.

Gema masih sibuk memegang bekas pukulan Regan. “Gue serius.”

“Ge—”

“Daripada lo bacot mulu, mending lo beliin gue es dan tisu,” potong Gema, membuat Rama berlalu dari hadapannya.

Sebenarnya, Gema juga tidak yakin dengan ucapannya itu. Namun apalah daya, ulah Regan berhasil menyulut emosinya. Meskipun faktanya memang dirinya yang salah, tapi ia berniat untuk berbicara baik-baik dengan Regan. Tapi, Regan sudah tersulut lebih dulu, ya sudah, pertemanan mereka yang menjadi korban.

O0O

Wajah Regan benar-benar kusut, ia tidak peduli bolos pelajaran. Yang ia khawatirkan sekarang adalah Ninda. Regan berjalan di depan perpustakaan, samar-samar ia mendengar seseorang menangis. Tanpa ragu, Regan masuk ke perpustakaan karena ia sudah menduga bahwa yang menangis itu adalah Ninda.

Melihat Regan datang, Ana dan Evi tersentak. Ana hendak mengusirnya, tapi mereka sudah diusir terlebih dahulu oleh Regan. Tak perlu berpikir panjang, Evi dan Ana pergi begitu saja dari perpustakaan, meninggalkan Regan dan Ninda.

“Nin?”

“Ngapain kamu ke sini? Aku pikir kamu tulus mencintaiku, bukan dari permainan,” serang Ninda.

Regan duduk di samping Ninda. Perlahan Regan merangkul tubuh Ninda dengan lembut. Entah kenapa, mulutnya terasa kelu saat Regan melakukan hal ini kepadanya. Ia hendak mengusir Regan, tapi tidak bisa. Kenapa?

“Nin, aku minta maaf. Awalnya memang dari permainan, tapi bukankah kita telah berjanji dan aku sudah mengungkapkan kesungguhanku kepada orangtuamu. Aku tulus mencintaimu, Nin. Aku merasa bahagia bersamamu. Nin, kamu mau, kan, maafin aku?” terang Regan.

Darah Ninda berdesir, jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. Apa yang diucapkan Regan berhasil mengusik hatinya. Ia juga sangat bahagia saat bersama Regan, ia juga terpukau dengan cara Regan untuk membuktikan kesungguhannya, dan ia juga cemburu saat Regan bersanding dengan perempuan lain. Bukankah cemburu itu tanda cinta?

“A-aku memaafkanmu, tapi, berjanjilah kepadaku bahwa kamu akan tetap bersamaku.” Ninda menatap Regan dengan bekas air mata yang tengah berceceran di wajahnya.

“Aku berjanji,” balas Regan mengeratkan rangkulannya, lalu mengecup kepalanya.

“Astaghfirullahaladzim! Heh! Ini perpustakaan bukan tempat pacaran!” gebrak Pak Dani, membuat Regan dan Ninda terkejut bukan main. Refleks, tangannya melepaskan rangkulannya.

“Kalian berdiri, ikuti bapak,” pinta Pak Dani. Regan dan Ninda mengekori Pak Dani dan berhenti di ambang pintu, menghadap sebuah lemari.

Pak Dani meraih sapu di sampingnya, lalu mengetuk-ketuk lemari tersebut tepatnya ke sebuah kertas yang tertempel di kacanya. “Coba kalian baca yang keras!” perintahnya.

Regan dan Ninda saling beradu pandang, lalu mengucapkan kalimat yang tertera di kertas tersebut sesuai intruksi Pak Dani.

“INI PERPUSTAKAAN BUKAN TEMPAT PACARAN!” seru Regan dan Ninda bersamaan.

“Lagi!”

“INI PERPUSTAKAAN BUKAN TEMPAT PACARAN!”

Ana dan Evi yang memutuskan menunggu di luar seketika terbelalak saat pelafalan kalimat itu dibaca keras oleh kedua temannya. Setelah itu mereka tertawa, tepat pengucapan yang ketiga kali Ana merekam aksi mereka dan langsung di post di status whats app.

“Udah, gih, pergi!” usir Pak Dani.

Ketika dua sejoli itu keluar dari perpustakaan, Ana dan Evi menghampirinya. Dengan perkataan yang lembut, Ninda meminta kedua temannya untuk duluan pergi ke kelas, sedangkan ia dan Regan hendak ke WC dulu.

“Gan aku malu, mataku bengkak begini,” gerutu Ninda.

“Lagian pake acara nangis segala,” celetuk Regan membuat Ninda melotot ke arahnya. “Ya, udah kamu istirahat aja di UKS.”

“Kamu?”

“Aku ke kelas, lah,” balas Regan.

“Ya udah ke kelas, nanti dihukum loh,” ujar Ninda.

“Aku mau jagain kamu, sampai kamu benar-benar masuk ke UKS.” Regan memegang tangan Ninda hingga mereka tiba di WC, begitu juga saat mereka hendak ke UKS.

Di saat Regan berjalan santai hendak menuju kelas, tiba-tiba Naila menyeru dari lorong kelas IPA. Regan menoleh dan menatapnya acuh tak acuh.

“Aku hanya ingin minta maaf, atas kejadian tadi.”

Regan melanjutkan langkahnya mengabaikan Naila, yang sebenarnya ingin ia gubris. Setelah pertemuan tadi, mendadak pikirannya merencanakan untuk lebih mengetahui kehidupan Naila. Selain penasaran, ia juga ingin berterima kasih kepadanya, tapi tidak di sini dan cara seperti ini.

Saat Regan memasuki kelas, suasananya berubah dengan suara gaduh game online. Sudah diduga, kalau keadaan kelas seperti ini tidak ada guru yang mengisi pembelajaran. Evi dan Ana menatap heran ke arahnya, pasalnya Ninda tidak bersamanya.

“Ninda mana?” tanya Ana.

“UKS, dia malu katanya, matanya pada bengkak,” jelas Regan lalu duduk di bangkunya, kemudian ia memasang earphone untuk menumpas kegaduhan yang terjadi.

Alunan musik yang sedang di dengarnya, membuat tubuh Regan yang sudah sangat lelah menghadapi berbagai masalah pada hari ini merasa lebih rileks. Sesekali matanya terpejam, dan mulutnya berkomat-kamit menyanyikan lagu yang memenuhi pendengarannya.

Di saat sibuk memainkan game online, Rama menghampiri Regan yang sudah larut dengan musik. Sedangkan Gema, tidak peduli sedikitpun atas kehadiran Regan. Kejadian tadi membuat dua insan ini kalap, secara tegas mereka mengakhiri persahabatannya.

“Gimana Ninda?” tanya Rama dengan tangan sibuk memainkan game online-nya.

“Baik-baik saja, dia hanya lagi butuh sendiri,” jawab Regan datar.

“Hubungan lo gimana?” tanya Rama, lagi.

“Aman.” Jawaban Regan berhasil melahirkan senyum di bibirnya.

“Kalo begitu, lo baikkan sama Gema,” ujar Rama.

“Nggak bisa, mending lo fokus aja main game, kalo pertemanan lo ingin baik-baik saja.” Regan memejamkan matanya, fokus dengan musik yang menari-nari di telinganya.

Pertemanan antara Regan dan Gema benar-benar sudah berakhir, mereka tidak lagi saling melihat apalagi mengobrol. Kejadian tadi, benar-benar mengakhiri semuanya. Emosi yang terlahir dalam diri mereka berhasil meremas lalu membuang semua kenang yang telah tertulis selama hampir tiga tahun. Sepele tapi mematikan, adalah kalimat yang tepat untuk menjuduli kejadian tadi.

“Gan, lo serius?” Rama mengharapkan agar pertemanan mereka kembali saat ini juga.

“Gue egois karena cinta, dia egois karena game. Udah seimbang, lagian bentar lagi juga perpisahan, jadi sudahlah.” Regan benar-benar sudah tidak ada niatan lagi untuk memperbaiki semuanya, hal itu terlihat dari cara dia berbicara.

Melihat hal ini, Rama merasa paling bersalah. Dia yang mulanya memberikan tantangan untuk Regan, karena ia ingin Regan lepas dari sikap yang tidak baik. Dan sekarang, pertemanannya hancur hanya karena rasa ego masing-masing.

Saat Rama kembali ke bangkunya, perlahan Regan menghela napas panjang. Mengingat kembali setiap cerita yang pernah dilalui bersama kedua temannya, membuat rasa sesal timbul di dalam benaknya. Sekilas Regan melirik ke arah Gema, tapi laki-laki itu terlihat enjoy. Mungkin ini jeda untuk kembali memahami sikap masing-masing.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
U&I - Our World
329      222     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
PELANGI SETELAH HUJAN
419      293     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
Dearest Friend Nirluka
59      54     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Heya! That Stalker Boy
507      299     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Snow
2449      810     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Pesona Hujan
885      467     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
27th Woman's Syndrome
9661      1807     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
HEARTBURN
328      235     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Nina and The Rivanos
8466      1903     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
The Ruling Class 1.0%
1161      474     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?