Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 15: KEKESALAN NINDA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Regan menghentikan motornya di depan rumah Ninda, hanya menunggu beberapa menit gadis itu menampakkan batang hidungnya dari balik pintu rumah bersama ibunya. Tampak Ninda menyalami ibunya, dan memberikan lambaian tangan kepada ibunya. Sebelum mereka benar-benar berangkat menuju sekolah, Regan memberikan kiss bye kepada ibu Ninda.

“Ish, dah Bu!” seru Ninda. “Cukup aku yang di buat baper, jangan yang lain apalagi ibuku!” gerutu Ninda membuat Regan terkekeh pelan.

“Aku perlu mendapatkan hati ibumu, untuk mempererat hubungan kita.” Regan tersenyum simpul.

Ninda memeluk tubuh Regan dan menyandarkan kepala ke punggungnya. Tiada hentinya, Ninda mengumbar senyum sampai mereka berdua tiba di sekolah. Baru saja, mereka menginjakkan kakinya di koridor kelas 12, di ujung sana sudah ada keributan. Karena penasaran, mereka setengah berlari menuju kerumunan orang di sana.

“Heh! Lo itu murid baru di sini! Jaga dong tata kramanya! Modus lo itu kelewatan tahu gak, main meluk-meluk tubuh gue! Gara-gara lo, pacar gue marah nih!”

Naila gadis berkulit putih itu terdiam dalam jatuhnya, tak sedikitpun ia menunjukkan raut kesakitan atau kekesalan di sana. Ekspresinya datar dan juga dingin, masih sama seperti kemarin. Detik berikutnya, ia pergi berlari kecil menuju kelasnya.

“Dasar cewek aneh!”

Ninda menoleh ke arah Regan dan mengajaknya untuk ke kelas, laki-laki yang menjadi pacarnya itu menganggukkan kepala.

“Naila itu orangnya aneh, kemarin aja udah buat bajumu berwarna kuning jus, sekarang dia buat masalah lagi.”

“Iya sih, lagian kenapa sekolah mau nerima cewek aneh itu. Dan kenapa pula, dia itu membuat onar terus, sadar diri gak sih, itu orang!” ujar Regan. “Udahlah, kenapa jadi bahas dia.”

Ninda hanya menaikkan bahunya. Selebihnya mereka mengobrol ringan di kelas sambil becanda bareng, dan berhasil membuat orang geleng-geleng kepala.

“Mesra-mesraan terus, sampai saturnus kehilangan cincinnya.” Evi menidurkan kepalanya di atas meja, sangat malas melihat mereka.

“Vi, plis, deh, lo enggak usah lebay! Gue muak lihat lo kayak gini terus, masih banyak kok cowok yang lebih keren dari dia. Ayolah Vi,” ujar Ana yang berusaha tak acuh terhadap panorama di sampingnya.

“Ya udah gue sama si David aja!” celetuk Evi tak mengindahkan ulahnya.

Refleks, tangan Ana mengusutkan rambut Evi. “Apa gue bilang, lo pasti tertarik sama dia, pilihan gue gak pernah salah. Tapi, kalo lo pingin jadian sama dia langkahin dulu gue!”

Regan dan Ninda tidak menghiraukan Ana dan Evi yang berkutat tentang hubungannya ini. Keduanya sangat enjoy dengan hubungan yang indah ini. Setiap harinya selalu manis, nan romantis, mungkin sebagian temannya menangis melihat setiap tingkah lakunya.

Perlu diketahui, Ana sangat tidak nyaman melihat hubungan mereka yang semakin ke sini semakin indah. Ana mengakui dirinya cemburu melihat mereka bermesraan terus di hadapannya, jika bukan karena untuk memertahankan prinsipnya agar terlihat biasa saja melihat mereka, mungkin ia akan sama lebaynya seperti Evi.

“Helo gaiesss! Ini udah hampir jam delapan, tapi guru belum datang. Daripada melamun gak jelas, mending kita mabar PUBG aja.” Gema mulai menyebarkan virus seperti biasa.

Semua siswa laki-laki bersorak setuju atas apa yang dibeberkan oleh Gema—rajanya game online—kecuali Regan yang masih seru mengobrol dengan pacarnya. Dalam hitungan menit, seisi kelas mulai heboh dengan game yang ditayangkan di layar ponselnya. Mereka berseru, bahkan saling hujat saat temannya kalah dalam permainan.

Lengkap sudah nasib kelas XII-IPS 1 sampai jam istirahat tidak ada guru yang mengisi pelajaran. Selain kantin yang menjadi primadona para murid, ketika guru pelajaran tidak masuk pun adalah primadona. Tapi, itu hanya berlaku terhadap anak kelas XII-IPS 1 GHS, enggak tahu kalau yang lainnya.

Seperti biasa di meja biasa, mereka berempat menghabiskan waktu istirahat bersama. Berbeda seperti sebelum-sebelumnya yang selalu memesan nasi goreng Mang Asep, sekarang mereka hanya memesan satu jus dan mulai mengobrol.

“Hubungan kalian makin hari makin indah kayaknya, sampai lo jarang gabung kita lagi.” Gema meminum minumannya.

“Ya, kan, daripada terus baperin orang mulu, kasihan mending pikat satu dan serius,” timpal Rama berusaha mengamankan ucapan Gema yang bernada singgungan itu.

“Ish, apaan sih, perasaan kalian suka main game barengkan malam-malam sampai jam dua belas,” ujar Ninda menatap satu persatu teman sebangkunya.

“Ya kalo itu sih iya, maksudnya kontak secara langsung,” balas Gema.

“Oh, ya udah gue bisa pindah kok.” Ninda sudah bangkit dari duduknya, seketika itu Rama sama Regan mulai bereaksi.

“Nin, maksud Gema bukan begitu, tenang saja, biasa efek jomblo.” Rama sangat jengkel dengan nada ucapan Gema yang terkesan menyebalkan itu.

Ninda kembali duduk di tempatnya. Sementara itu, Regan masih bergeming tidak menghiraukan obrolan teman-temannya. Lagi pula apa yang diucapkan Gema memang benar, semenjak dirinya pacaran waktu bersama mereka hampir tidak ada, hanya mengandalkan game online dan sosial media.

Terlepas dari ocehan menyebalkan Gema, Regan mulai menyodorkan jusnya ke arah Ninda. Membuat gadis itu terdiam sejenak, saat Ninda menyeruput minuman yang disodorkan oleh pacarnya. Dorogan cukup keras terhadap punggung Regan berhasil membuat Ninda tersedak karena tersentak, bahkan jus milik Regan tumpah, membuat sebagian pakaian Ninda basah.

Regan berusaha membuat Ninda tenang. Setelah itu ia memutar tubuhnya, dan mendapati gadis aneh dengan banyak onarnya. Siapa lagi kalau bukan Naila.

“HEH!”

Bentakkan Regan membuat seisi kantin memusatkan pandangannya terhadap apa yang sedang terjadi kepada laki-laki populer itu. Naila hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, membungkam semua kata-kata di dalam dadanya.

“Lo itu murid baru di sini, bisa nggak lo gak buat gara-gara. Apa lo belum puas dengan onar lo kemarin? Lihat tuh, baju pacar gue jadi basah gara-gara sikap lo! Awas saja, sekali lagi lo bikin gara-gara lagi sama gue, siap-siap saja!” Regan kembali duduk membiarkan Naila berlalu dengan diiringi oleh sorakkan pengisi kantin ini.

“Kamu enggak apa-apa, kan?” tanya Regan.

“Enggak apa-apa kok, lama-lama dia ngeselin ya?” Ninda membersihkan pakaiannya dari jus yang tumpah.

“Yaelah, Nin, namanya juga setan.” Gema menimpali.

“Setan dari mana, orang dia nggak gaib,” balas Rama.

Tak lama dari itu bel tanda berakhirnya jam istirahat berbunyi, membuyarkan siswa-siswi yang masih bersantai di kantin. Menjadi salah satu sekolah favorit di Jakarta Pusat, GHS memiliki peraturan yang cukup ketat dalam disiplin waktu, meskipun masih banyak murid bad akan tetapi NEMnya besar dan bisa tembus sekolah ini.

O0O

Seperti biasa sepasang kekasih, Regan dan Ninda tidak bisa dipisahkan. Di mana pun, mereka selalu terlihat bersama. Meskipun di luar sana, tidak sedikit yang terus memberikan cacian terutama kepada Ninda yang katanya tidak pantas berpacaran bersama Regan. Bahkan di Instagram miliknya, para komentar selalu men-tag Bebi si ketua cheersleader, yang menurut mereka lebih pantas dia dibandingkan Ninda.

“Gan, bisa ngebut dikit gak, nih pakaian udah ngeselin, udah lengket dan baunya udah gak enak, pengen mandi,” rengek Ninda.

“Iya tahan aja. Kayaknya cewek setan itu, prilakunya harus di balas, baru saja beberapa hari di GHS udah ngajak ribut.” Regan mulai kesal dengan ulah Naila, bahkan sekarang niat buruknya telah bermain-main dalam otaknya. Satu persatu niat jahatnya mulai terputar dalam pikirannya, yang tentunya semua niat itu ditujukan untuk mempermalukan murid baru itu.

“Betul, aku juga bakal balas dendam sama dia. Gak tau diri banget tuh orang,” timpal Ninda yang turut tersulut emosi.

Mereka telah sampai di rumah Ninda. Tanpa kata-kata, gadis berambut sepunggung itu setengah berlari memasuki halaman rumah, meninggalkan Regan yang masih sibuk dengan pikirannya. Di saat kakinya tengah berada di depan pintu rumah, Ninda menoleh dengan kerutan di dahinya, heran.

“Gan!” Regan terbelalak, dan mengangguk saat Ninda memberikan isyarat untuk masuk ke rumahnya.

Regan melempar tasnya di sofa, lalu tubuhnya. Orang tua Ninda sudah sangat kenal dekat dengan Regan, bahkan saat Regan rebahan di sofa orang tua Ninda hanya tersenyum. Pernah saat itu, orang tua Ninda memeluknya dan memberikan nasihat. Kalo dirinya serius, dan sudah mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tetap, mereka siap untuk melangsungkan acara sakral untuk dirinya dan Ninda. Seketika itu, Regan sangat senang, dan benar-benar serius menjalani hubungan ini.

Selesai membersihkan badan, Ninda datang dengan laptop ditadahnya. Setelah laptop tersebut di simpan di atas meja yang berada di depan sofa di mana Regan merebahkan tubuhnya. Dengan lembut Ninda mengangkat kepala Regan untuk ditidurkan di kaki Ninda.

“Buka mulutnya, aaaaa.” Sebuah film kesukaan Ninda telah diputar. Dengan tatapan fokus ke film, sesekali Ninda menyuapi Regan dengan camilan.

Di saat adegan kesal, seenak jidat Ninda menjambak rambut Regan sampai-sampai pacarnya itu memaparkan deretan giginya menahan sakit. Di saat adegan manis, Ninda memencet hidung Regan yang mancung, atau mencubit pipinya. Lagi-lagi Regan menampakkan deretan giginya.

Saat Ninda benar-benar fokus terhadap filmnya, sampai terlupa tidak menyuapinya, Regan bangkit dari rebahannya, dan menonton sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Ninda. Detik berikutnya, Regan terlelap.

Ninda terdiam sangat lama melihat adegan film yang menuju ke klimaks, berikutnya mata Ninda mulai berkaca-kaca melihat ending episode minggu ini. Sangat manis, sampai Ninda rela menangis dan berteriak histeris.

Regan yang tertidur, seketika terperanjat, apalagi ketika Ninda memelukya erat bahkan mencium kedua belah pipinya. “Huwa!!! Endingnya manis!!!”

“Lebih manis aku!” sewot Regan.

“Oh my prince! Love you.” Ninda mencium pipi Regan, lagi.

Regan tersenyum, ini merupakan ciuman kesekian kali dari Ninda. Hubungan yang awalnya dari sebuah tantangan, menjadi kisah yang mengesankan. Manis, romantis, dan sangat kompak dalam hal memadu kasih sayang.

Love you, waw, rambutmu bau sekali.” Regan terkejut, saat ibunya Ninda muncul dari balik pintu. Namun, Ninda lebih terkejut dan sangat kesal dengan ucapan Regan yang menyebalkan itu, bahkan tangan kanan Ninda telah mendarat di tangan kiri Regan, menjelma sebagai cubitan.

“Nah, kan, kamu itu males banget di sampo, Nin,” celetuk Tira sembari duduk di sofa yang lainnya.

“Kak Regan!” Bagas berlari lalu duduk di antara Regan dan Ninda, “Kak, aku udah beli hape, dan udah buat Instagram. Saat aku lihat Instagram Kak Regan, followersnya udah banyak, kak Ninda juga kalah. Atau mungkin followers kak Ninda nambah, gara-gara pacaran sama Kak Regan.” Bagas tertawa di ujung kalimatnya, disusul oleh Tira dan juga Regan.

“Ish!” Ninda baru saja hendak mencubit adiknya yang baru menginjak kelas enam itu, tapi ucapan Regan mengurungkan niatnya.

“Enggak kok, Gas. Followers kak Ninda, waktu itu empat ratus—”

Ninda kembali terbelalak. Ia pikir, Regan akan membelanya tapi malah menjatuhkannya. Refleks, tangan Ninda menabok bahu Regan dan mencubit Bagas karena menertawakannya sampai adiknya merintih kesakitan.

“Dan setelah pacaran sama kamu, followersnya jadi seribu dua ratus tiga puluh satu,” tambah Tira sambil beranjak dari hadapan mereka bertiga.

Ninda sangat terkejut dengan ucapan ibunya yang begitu hafal dengan jumlah pengikut di Instagramnya. “Ibu!” teriak Ninda, membuat Prasetya yang baru nongol dari pintu langsung mendekati Ninda.

“Kenapa Nin?”

“Regan, Bagas, dan ibu menyebalkan sekali. Mereka, bilang followers aku nambah gara-gara pacaran sama Regan,” jawab Ninda, meskipun apa yang mereka ucapkan nyata adanya. Tapi, siapa tahu ayahnya akan membela dirinya.

“Oh, emang waktu kamu belum pacaran sama Regan, berapa?” tanya Prasetya.

“Ya, empat ratus sembilan puluh.” Ninda tersenyum, ia sudah yakin kalo Prasetya akan membelanya.

“Oh, berarti tujuh ratus empat satu, itu followersnya Regan, iya?” Setelah itu Prasetya berlalu sambil menahan tawa.

“Ish! Kalian itu Anak di bully, kok malah ngikutin ngebully!” teriak Ninda sejadinya.

“Tapi, aku kan adikmu, Kak, jadi enggak apa-apa kan, aku ngebully,” ujar Bagas polos.

“Ish, punya adik kok ngeselin!” Ninda menggelitiki tubuh Bagas, sampai bocah sebelas tahun itu berlari terbirit-birit menuju kamarnya.

“Oh, iya, Kak Regan nanti aku polbek ya! Bagassagara!” seru Bagas.

Regan tersenyum dan mengangkat jempolnya. Melihat Ninda cemberut, Regan menghela napas cukup panjang lalu berdeham dan mulai menggeser tubuhnya, mendekati Ninda. Prasetya dan Tira beranjak dari sana sambil menggelengkan kepala, melihat dua remaja yang sedang kasmaran.

“Mau ngapain?” tanya Ninda.

“Hm,” Regan menjeda beberapa detik, selanjutnya ia mengecup pipi Ninda dengan cepat. “I love you,”

“Hm.”

Regan membenarkan posisinya, ia sadar Ninda sedang kesal sama dirinya akibat kejadian tadi. Meskipun pada dasarnya, Regan becanda dengan ucapannya.

“Aku minta maaf, aku hanya terkejut melihat ibumu datang tiba-tiba—”

“Tapi, tidak harus menyebutkan rambut aku bau.”

“Iya, aku minta maaf, dan pasal followers pun aku minta maaf ya?” Regan kembali mengucapkan kata maaf untuk Ninda. Namun, gadis itu malah bungkam seolah tidak peduli kepadanya. “Nanti aku ajak jalan-jalan.” Ninda masih bergeming. “Dan nonton konser Sheila On Seven bulan depan, gimana?”

Perlahan-lahan lengkungan tipis mulai terukir dari bibir Ninda, “Iya, aku maafin.”

Siapa yang enggak suka dengan hadiah terakhir yang ditawarkan Regan kepadanya? Ninda sudah sangat suka dengan grup band tersebut, selain lagu-lagunya yang enak di dengar, makna dari setiap baris liriknya membuat dirnya tersentuh.

Regan merangkul tubuh Ninda, lalu mengecup dahinya. Yang dikecup menyenderkan kepalanya ke tubuh Regan; menikmati lantunan jantung pacarnya yang teratur.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
U&I - Our World
329      222     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
PELANGI SETELAH HUJAN
419      293     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
Dearest Friend Nirluka
59      54     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Heya! That Stalker Boy
507      299     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Snow
2449      810     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Pesona Hujan
885      467     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
27th Woman's Syndrome
9661      1807     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
HEARTBURN
328      235     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Nina and The Rivanos
8466      1903     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
The Ruling Class 1.0%
1161      474     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?