Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Regan dan Ninda berjalan berdampingan melewati lorong-lorong kelas yang sedikit gaduh. Cowok tampan itu mengeratkan genggaman ke tangan Ninda, hingga senyum manis tercetak secara bersamaan. Pemandangan seperti ini sudah bukan lagi hal asing di mata mereka, melainkan sudah seperti menonton drama di pagi hari.

Tangan kiri Regan merangkul bahu Ninda saat mereka siap masuk ke kelas. Ana yang terduduk di sana terlihat biasa saja, dan setelah mereka kemah bersama sikap Ana sedikit berubah. Sementara Evi, cewek yang selalu histeris saat Regan tiba kini diam saja, bahkan sekarang dia jutek dan seperti menaruh benci terhadap Ninda.

“Haduh, enggak bosen tiap hari kerjaannya mesra-mesraan mulu, udah lupa sama kita?” ketus Evi tanpa menoleh sedikit pun kepada dua sejoli itu.

“Bilang aja cemburu, Vi.” Balas Regan menoleh sekilas ke arah Evi yang mengenaskan.

“Dibilang juga enggak bakal kalian putus, dan enggak mungkin kamu jadi pacar aku.” Sikap Evi memang berubah, tapi tidak sepenuhnya. Matanya masih belum bisa menutupi betapa jatuh cintanya dia kepada Regan. Ninda jahat? Tidak, yang cinta duluan bukan Ninda tetapi laki-laki yang tengah duduk di sampingnya dengan senyum yang mengembang.

“Vi, gue enggak lupa sama lo. Perasaan lo, nya, aja yang enggak baik-baik aja, jadi lo berpikiran seperti itu,” timpal Ninda.

“Enggak usah disebut, kan, gue masih cinta sama Regan, apa gue perlu gigit Regan dan meminum darahnya,” seru Evi.

Sontak Regan dan Ninda membeliakkan kedua bola matanya, tidak mengerti dengan ucapan Evi. “Maksud lo apa?” tanya Ninda.

“Gue butuh darah Regan, mungkin dengan bercampurnya darah Regan dengan gue. Gue sama Regan bisa bersatu,” kata Evi sedikit menoleh ke arah sepasang kekasih itu.

“Haduh, lo parah banget sih Vi, gak usah lebay kayak gitu Vi, najis!” ujar Ana tiba-tiba, tanpa mengindahkan ekspresinya.

Regan yang duduk di samping Ninda bangkit dan menatap Ana yang tak acuh kepadanya, begitu juga kepada Ninda. Tatapan Ana fokus ke ponsel, sedangkan pikirannya masih terus memutar kejadian yang menurutnya indah dan bagi dia masalah—mungkin. Ana belum bisa bebas dari kejadian itu, bagaimana jika cowok yang ia idamkan menjauh hanya karena ucapannya.

“Lo juga cemburu?” tanya Regan.

“Kagak, gue emang enggak cinta sama lo. Gue hanya cemburu melihat tingkah kalian,” jawab Ana seadanya.

Perasaan Ana tetap ditujukan untuk David. Tidak dengan cowok lain. Hanya satu hal yang membuat dirinya jatuh cinta kepada David, yaitu dia selalu berusaha menjadi orang biasa. Dia tidak mengejar popularitas di sekolah ini hanya karena dia anak orang kaya dan berprestasi, malah dia menutupinya rapat-rapat dengan menyeimbangi kebiasaan teman-temannya.

“Gue tau, lo jatuh cinta sama si David. Dan gue tahu, apa yang lo lakukan kepada si David. Hampir semua orang tahu, bahwa gue enggak dekat dengan dia. Tapi, gue tahu apa yang membuat David menghindar dari rasa cinta lo.” Regan berjalan menuju bangkunya, meninggalkan kesan mendalam untuk Ana.

O0O

Lebih dari seminggu Regan berpacaran dengan Ninda, dan semuanya berjalan baik-baik saja. Sampai saat ini, Instagram milik mereka berdua selalu menjadi sorotan bagi orang-orang di sekitarnya. Hubungan mereka yang terkesan manis nan romantis, selalu menjadi bahan obrolan hangat bagi siswa se-GHS. Tapi itu dulu.

Kenapa? Semenjak kedatangan siswi baru kemarin, kisah cinta mereka mulai tak sepopuler dulu. Sikapnya yang dingin, kulitnya yang putih, lengkap dengan rambut panjang tergerai, cewek itu menjadi bahan obrolan hangat di GHS. Meskipun begitu, Regan dan Ninda belum pernah bertemu dengannya. Banyak yang bilang, sepertinya dia lebih memilih diam di kelas.

“Sayang, ke kantin yuk, kasihan mereka, kegerahan.” Regan menarik tangan Ninda dengan perlahan, tidak peduli dengan Ana yang terdiam namun begitu jelas betapa beratnya beban pikirannya. Sementara Evi, diam saja.

Berjalan berdampingan dengan Ninda, melewati riuhnya siswa GHS sudah menjadi rutinitasnya. Hari-hari selalu seperti ini, membiarkan penonton menatapnya dengan ribuan rasa yang entah apa maknanya. Namun, hampir di sepanjang koridor sekolah orang-orang membicarakan murid baru itu. Keanehannya, menjadi trending topik di GHS.

Seperti biasa, Regan dan Ninda bergabung bersama Rama dan Gema yang tengah menyantap makanan kesukaannya. Nasi goreng Mang Asep. Bukan hanya mereka yang asyik mengobrol tentang murid baru yang aneh itu, tapi kedua temannya juga membicarakannya di sela-sela aktivitasnya. Regan dan Ninda langsung duduk di hadapan mereka.

“Eh, Gan, kenapa lo baru ke sini, kita hampir aja selesai makannya,” sambut Gema.

“Enggak apa-apa, gue kan punya Ninda yang siap sedia nemenin gue makan.” Regan mengedipkan salah satu matanya ke arah Ninda.

“Haduh, bucin nih,” balas Gema, melahap suapan terakhir untuk nasi gorengnya.

“Zaman sekarang, bucin sudah menjadi hal normal, jadi plis lo gak usah panggil gue bucin lagi, ngerti?” Regan menatap penuh wajah Gema yang malah cengengesan.

“Heh, Ram, lo tahu ular kobra?” Gema menyenggol pelan temannya yang langsung menganggukkan kepalanya. “Sekali dicolek, dia langsung tersinggung.”

Regan memalingkan wajahnya, dan segera memesan dua porsi nasi goreng ke Mang Asep. Melihat hal itu, Rama dan Gema terkekeh kompak begitu juga dengan Ninda.

By the way, lo tahu gak Naila itu dekat dengan Kezia?” Gema kembali bercakap yang kemudian meneguk es tehnya.

“Naila siapa?” balas Regan.

“Gan, Gan, miris banget hidup lo. Naila itu murid baru yang lagi viral di mulut orang-orang sekarang.” Kini Rama yang berucap. Laki-laki paling pintar di antara mereka meneguk minumannya.

Sorry ya, gue gak punya waktu untuk ngebahas perempuan itu, ya kan sayang?” Regan merangkul bahu Ninda yang hanya dibalas dengan tatapan dan senyuman.

“Iya gue tahu, jangankan bahas dia, kan, gabung sama kita aja susah banget, kemarin aja gue undang untuk datang ke rumah gue lo enggak mau, parah.” Gema memalingkan wajahnya dari Regan yang malah menatap Ninda.

Setelah kemping di pantai, minggunya Gema mengikuti kompetisi game online. Meskipun enggak juara satu, Gema ingin berbagi kebahagiaan untuk kedua temannya, tapi Regan enggak datang katanya ada janji dengan Ninda. Alhasil, hanya Rama yang menikmati berbagai hidangan yang dibuatkan oleh asisten rumah tangganya.

Saat pesanan Regan terhidang di atas meja, laki-laki tampan berwajah tegas itu beranjak dari kursinya hendak membeli dua botol teh di kedai minuman. Dengan ucapan bersahabat, Regan menyodorkan dua lembar uang kepada penjaga yang hanya dibalas seutas senyum kepadanya.

Baru saja beberapa detik kantin ini terasa tenang, ketika Regan memutar tubuhnya hendak kembali ke bangkunya, kondisi kantin sedikit berubah dengan lahirnya berbagai macam obrolan tidak menyenangkan. Bahkan seluruh pengisi kantin menyorot terhadap satu titik di mana titik itu adalah seorang perempuan berambut sepinggang dengan warna kulit putih nyaris pucat duduk di salah satu bangku di sana.

“Kenapa setan bisa masuk ke sekolah ini, sih, gue heran.” Gema menggelengkan kepalanya pelan, sambil menatap perempuan itu.

“Pantesan jadi trending topik, kulit putih, rambut panjang, aura dingin, tidak jauh berbeda dengan kerabat lo Ge,” celetuk Rama.

“Anjir! Ogah banget punya kerabat kek gitu, yang ada gue merinding terus,” timpal Gema.

Regan duduk di kursinya membuat Ninda menoleh sembari mengembangkan senyum. “Oh, jadi dia yang lo maksud, Ge?”

“Iya, serem banget, anehnya kenapa Kezia mau bareng dengannya. Dari pada deketin dia, kenapa enggak deketin gue. Secara gue ini cakep,” terang Gema dengan penuh rasa percaya diri.

“Kalo lo jatuh cinta sama Kezia, lupakan game online, terus ngaji, rajin salat, intinya lo harus shaleh aja,” kata Rama.

Di tengah kesibukan penduduk kantin menatap satu titik menarik, Regan dan Ninda malah asyik menyantap nasi goreng sambil bersenda gurau satu sama lain. Bahkan mereka saling menyuapi, setelah itu Regan mengusap nasi yang tertanggal di dagu Ninda. Begitulah seterusnya, sampai bel masuk berbunyi.

Semua siswa mulai pergi, meninggalkan riuh obrolan yang perlahan mulai lenyap. Regan mengembalikan botol bekas minumannya ke kedai, sekaligus membeli jus manga untuk Ninda. Laki-laki berpakaian PSAS tanpa dasi itu, sedikit terkejut karena ada perempuan berkulit putih itu yang juga membeli jus.

Dengan kepala tertunduk, perempuan itu memutar tubuhnya dan ….

BRAK!

PRANK!

Jus yang dipegang perempuan itu tumpah mengenai Regan, dan membuat efek kejut bagi keduanya, juga beberapa orang yang berada di sekitarnya. Akibatnya, salah satu botol minuman terlepas dari tangan Regan dan pecah. Seketika, Regan langsung membentak perempuan itu, apalagi dia bersikap lancang; kedua tangannya segera memberikan pembersihan terhadap sisa jus yang tertanggal di seragam Regan, tepatnya di bagian badannya.

“Heh! Setan! Lo punya mata nggak sih? Selain pake kaki untuk berjalan, pake mata lo!”

“I-i-iya ma-maaf, a-ku eng-gak sengaja,” respons perempuan itu, masih dalam posisi menunduk.

Ninda yang semula bergeming di bangkunya, langsung menghampiri pacarnya yang sedang berapi-api. “Ada apa?” Saat mata Ninda memotret noda jus di seragam pacarnya, segera ia mengalihkan tatapannya kepada perempuan itu. “Lo itu anak baru di sini, bisa gak beretika sedikit.”

Belum genap dua hari sekolah di Ganesha High School, mimpi buruk telah menyerang perempuan berambut panjang itu. Saat mereka pergi, ia memungut dengan teliti serpihan kaca dari botol yang pecah itu, tentunya dibantu sama sang pemilik kedai. Untungnya, sang pemilik kedai baik, sehingga ia tidak perlu repot-repot menggantinya.

Kezia temannya yang baru kembali dari toilet, segera menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan yang bernada khawatir. Ini merupakan kali pertama, perempuan itu mendapatkan apa yang namanya teman selama duduk di bangku persekolahan ini.

“Nai, kita ke kelas, yuk,” ajak Kezia sambil merangkul Naila yang memenjarakan rasa syok dibalik kedinginnannya.

Kezia benar-benar khawatir dengan teman barunya ini, perasaannya sudah tidak bisa dibendung lagi untuk mengetahui apa yang membuat Naila bersikap seperti ini. Tanpa sengaja keduanya bertemu dengan sang ketua Osis, dan mereka ditahannya.

“Kezia, gue hanya mau ngingetin laporan kegiatan rohis nanti kumpulin ke ruang osis, ya?” David memaparkan senyum hangat kepada Kezia, kemudian tatapannya beralih kepada Naila yang bergeming dengan kepala sedikit menunduk.

“Lo murid baru yang kemarin, ya? Kenalin gue David Aryasatya, yang kemarin lo tabrak, ingat?” David mengulurkan tangan kanannya kepada Naila.

“Hah?” heran Kezia.

“Ya, kemarin dia enggak sengaja nabrak gue sampai berkas-berkas laporan pengurus osis berantakan,” jelas David seraya menarik kembali uluran yang diabaikan, tapi tanpa di duga-duga Naila kembali menarik tangan David yang siap masuk ke saku celananya.

“Naila. Aku minta maaf soal kemarin,” kata Naila.

David tersenyum. “Iya enggak apa-apa, gue pergi dulu. Senang berkenalan dengan lo, btw, kalo lo enggak nunduk wajah lo cantik.” David beranjak dari hadapan mereka.

Kezia mengekori David terheran-heran, kemudian Kezia menyenggol pelan tubuh Naila sambil tersenyum menggoda.

“Cie! David tuh yang bilang, ketua osis loh!” goda Kezia, tapi ya namanya juga Naila apa pun kondisinya dia akan seperti itu. Tanpa ekspresi!

Aku cantik? Hm…

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Loker Cantik
549      415     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Are We Friends?
4188      1259     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Aku Biru dan Kamu Abu
826      482     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
In Her Place
1007      658     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Frasa Berasa
66778      7415     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Niscala
356      239     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Tentang Hati Yang Mengerti Arti Kembali
859      536     5     
Romance
Seperti kebanyakan orang Tesalonika Dahayu Ivory yakin bahwa cinta pertama tidak akan berhasil Apalagi jika cinta pertamanya adalah kakak dari sahabatnya sendiri Timotius Ravendra Dewandaru adalah cinta pertama sekaligus pematah hatinya Ndaru adalah alasan bagi Ayu untuk pergi sejauh mungkin dan mengubah arah langkahnya Namun seolah takdir sedang bermain padanya setelah sepuluh tahun berlalu A...
Kamu
301      247     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
5 Years 5 Hours 5 Minutes and 5 Seconds
549      388     0     
Short Story
Seseorang butuh waktu sekian tahun, sekian jam, sekian menit dan sekian detik untuk menyadari kehadiran cinta yang sesungguhnya
The First
522      377     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...